Disusun Oleh:
Fitriyani (235139033)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esayang telah
memberikan rahmat serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Trauma Abdomen”. Makalah ini di buat sebagai tugas Mata Kuliah
Keperawatan Kegawatan Darurat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan
Keperawatan Kegawatan Darurat yaitu Ns. Dheni Koerniawan, M.Kep yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini dengan baik.
A. Latar Belakang
Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma juga mempunyai dampak
psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian yang bersifat holistik dan dapat
menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang.
Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal penting dan menarik.
Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup deteksi dini dari kemungkinan adanya perdarahan
yang tersembunyi pada abdomen dan pelvis pada pasien trauma tumpul. Trauma tajam pada dada di antara
nipple dan perineum harus dianggap berpotensi mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada penilaian
abdomen, prioritas maupun metode apa yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat dan
lokasi trauma, maupun status hemodinamik penderita.
Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian yang
sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan menganggap bahwa ruptur organ berongga maupun perdarahan
dari organ padat merupakan hal yang mudah untuk dikenali. Hasil pemeriksaan terhadap abdomen mungkin
saja dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol, penggunaan obat-obat tertentu, adanya trauma otak atau
medulla spinalis yang menyertai, ataupun adanya trauma yang mengenai organ yang berdekatan seperti kosta,
tulang belakang, maupun pelvis. Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik karena pukulan
langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus dianggap mungkin mengalami trauma visera atau
trauma vaskuler abdomen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Trauma Abdomen?
2. Apa Klasifikasi trauma abdomen?
3. Apa etiologi dari trauma abdomen ?
4. Apa patofisiologi dari trauma abdomen ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari trauma abdomen?
6. Apa komplikasi trauma abdomen ?
7. Apa pengkajian dari trauma abdomen ?
8. Apa saja diagnosis dari trauma abdomen?
9. Apa saja penatalaksaan dari trauma abdomen ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari trauma abdomen
2. Mengetahui Klasifikasi dari trauma abdomen
3. Mengetahui etiologi dari trauma abdomen
4. Mengetahui patofisiologi trauma abdomen
5. Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic dari trauma abdomen
6. Dapat mengetahui komplikasi trauma abdomen
7. Dapat nmengetahui ada berapa pengkajian dari trauma abdomen
8. Mengetahui diagnosis trauma abdomen
9. Mengetahui penatalaksaan dari trauma abdomen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Trauma Abdomen adalah sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan luka tumpul atau yang menusuk.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ. (Musliha, 2010)
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas
abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan
dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan
cavitas pelvis atau rongga panggul.
Istilah Trauma Abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik
akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering
berpa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi
atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
B. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat
cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam
jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri
dari:
Trauma penetrasi:
1. Tembakan
3. tusukan
Trauma non-penetrasi:
D. Patofisiologi
Pada trauma abdomen akan terjadi perdarahan intra abdomen yang serius. Tanda
gejala yang dapat muncul terjadinya tanda-tanda iritasi, kehilangan sel darah merah
dalam jumlah yang cukup banyak dan dapat mengakibatan syok hemoragik. Jika suatu
organ visceral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi dan iritasi akan nampak
di peritoneum. Tanda yang sering muncul dalam trauma abdomen antara lain nyeri tekan
pada perut, nyeri spontan, nyeri lepas, tidak ada bising usus. Jika sudah ada syok pasien
akan mengalami takikardi, suhu tubuh meningkat dan leukositosis. Pada keadaan ini
peritonitis belum tampak. Pada awal fase perforasi tanda yang khas belum muncul dan
hanya tanda-tanda yang tidak yang muncul.
E. Manifestasi klinis
Menurut hudak dan gallo (2001),tanda dan gejala trauma abdomen yaitu:
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.nyeri dapat timbul dibagian yang
luka atau tersebar.terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan Cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan di rongga peritoneum yang disebabkan oleh
iritasi.
3. Penderita tampak anemis (pucat)
Bia perdarahan beraat,akan timbul gejala dan tanda shock hemoragik.
4. Mual dan muntah
5. Adanya darah intraperitonea
Penderita akan merasa nyeri abdomen, yang dapat bervariasi dari ringan sampai
berat.pada auskultasi biasanya bising usus menurun, yang bukan merupakan tanda
yang dapat dipercaya, karena bising usus akan menurun pada banyak keadaan lain.
Pada pemeriksaan akan teraba bahwa abdomen nyeri tekan,kadang kadang ada nyeri
lepas dan defans muscular atau kekuatan otot seperti pada peritonitis.perut yang
membesar hanya akan ditemukan apabila perdarahan hebat dan penderita tidak
gemuk. Pada perkusi akan dapat ditemukan pekak sisi yang meninggi
6. Penurunan kesadaran (malaise,letarge,gelisah)
Disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda tanda awal syok hemoragi.
7. Pecahnya organ berlumen
Pecahnya gaster,usus halus dan kolon akan menimbulkan peritonitis yang dapat
timbul cepat sekali (gaster)atau lebih lambat.
8. Nyeri seluruh abdomen
Pada pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen.
Auskultasi bising usus akan menurun
Pada auskultasi bising usus akan menurun dan ditemukan defans muscular.
9. Pada perkusi akan ditemukan nyeri ketat
Biasanya peritonitis bukan merupakan yang memerlukan penanganan segera (berbeda
dengan perdarahan intraperitoneal) sehingga jarang menjadi pada fase prarumah sakit.
F. Komplikasi
Komplikasi pada trauma abdomen yaitu :
1. Perdarahan dan syok hipovolemik
Setiap trauma abdomen (baik trauma tumpul dan trauma tembus) dapat menimbulkan
perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah alat-alat parenkim,
mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus digestivus pada trauma tumpul
biasanya tidak terkena.
2. Perforasi
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau
mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka terjadi
perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis hebat
Penurunan fungsi organ dapat disebabkan karena terjadinya perdarahan yang masif tanpa
penanganan yang adekuat sehingga pasokan darah ke organ tertentu menjadi berkurang
sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi organ, bahkan fungsi organ bisa
menghilang.
Peradangan dan penumpukan darah dan cairan pada rongga peritoneal dapat menyebabkan
mudahnya bakteri untuk menginfeksi sehingga risiko terjadinya infeksi sangat tinggi, dan
apabila infeksi tak terkendali, mikroorganisme penyebab infeksi dapat masuk ke dalam darah
dan mengakibatkan syok sepsis.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan diagnostic
a. Foto toraks : untuk melihat adanya trauma pada toraks
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan ini diperlukan untuk base – line data bila terjadi perdarahan
terus menerus.
c. Plain abdomen foto tegak
memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperinel dekat duodenum, corpus elineum, dan perubahan gambaran
usus.
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
f. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut.
g. USG dan CT – Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum operasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
2. Pemeriksaan Khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menetukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum.
b. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c. Rekto – sigmoidoskopi
Bila dijumpai perdarahan dan anus, perlu dilakukan rekto- sigmoidoskopi
A. Pengkajian
Dasar pemeriksaan fisik ‘Head To Toe’ harus di lakukan dengan singkat, tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data datar menurut Doenges (2000) adalah :
a) Aktivitas/Istirahat
Data Subjektif : Pusing, Sakit Kepala, Nyeri, Mulas
Data Objektif : Perubahan Kesadaran,Masalah dalam keseimbangan cedera
(Trauma).
b) Sirkulasi
Data Objektif : Kecepatan (Bradipneu,Takhipneu),PolaNapas
(Hipoventilasi,Hiperventilasi,dll).
c) Integritas ego
Data Subjektif : Perubahan kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Objektif : Cemas, Bingung, Depresi.
d) Eliminasi
Data Subjektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
e) Makanan dan Cairan
Data Subjektif : Mual, Muntah,dan mengalami perubahan selera makan.
Data Objektif : Mengalami distensi abdomen.
f) Neurosensori
Data Subjektif : Kehilangan kesadaran sementara,Vertigo
Data Objektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan, status
mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
g) Nyeri dan kenyamanan
Data Subjektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Objektif : Wajah meringis, Gelisah, Merintih.
h) Pernapasan
Data Subjektif :Perubahan Pola Napas.
i) Keamanan
Data Subjektif : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Data Objektif : Dislokasi gangguan kognitif,Gangguan rentang gerak.
B. Analisa Dara
D. Rencana Keperawatan
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan Kaji intensitas nyeri Untuk menentukan intervensi
tindakan keperawatan Jelaskan penyebab yang tepat.
selama 1x 30 menit, nyeri Untuk menenangkan klien dan
diharapkan nyeri klien Beri posisi nyaman keluarga.
hilang Ajarkan teknik Meningkatkan kenyamanan
Dengan KH : relaksasi klien. Mengurangi ketegangan
Klien mengatakan otot sehingga mengurangi nyeri.
nyeri klien hilang Kolaborasi: Analgetik berfungsi
Klien tampak rileks Kolaborasi dengan dokter menghilangkan nyeri
untuk pemberian analgetik
A. Kesimpulan
B.Saran
Bagi seorang perawat dalam penanganan pasien yang mengalami trauma abdomen yaitu
perawat harus memperhatikan atau melakukan tindakan kegawatdaruratan yang cepat dan tepat,
terutama pada kasus trauma abdomen akibat cidera atau kecelakaan.
Untuk memudahkan pemberian tindakan darurat secara sepat dan tepat perlu dilakukan
prosedur tetap/protocol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan, sangat tepat
apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang diperlukan baik untuk
perawat maupun pasien.
Daftar Pustaka
Ulya, I. (2019). Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat pada Kasus Trauma. Jakarta: Salemba
Medika.