Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
INTERNAL BLEEDING
Dosen Mata Kuliah : Kristina Pae S.,Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun oleh :
Refikadini Yanta 91030150
Nurul Hidayah 9103015026
Septi Yulnita 91030150
Patricia Mega 910303150
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan/ benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh–
pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen, (Temuh Ilmiah Perawat
Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologis
Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada
trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan
satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ
multipel, seperti organ padat ( hepar, lien, ginjal ) dari pada organ-organ berongga. (Sorensen,
1987)
a. Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat menimbulkan
perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah alat-alat parenkim,
mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus digestivus pada trauma tumpul biasanya
terhindar. Diagnostik perdarahan pada trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma
tajam, lebih-lebih pada taraf permulaan. Penting sekali untuk menentukan secepatnya, apakah
ada perdarahan dan tindakan segera harus dilakukan untuk menghentikan perdarahan tersebut.
Sebagai contoh adalah trauma tumpul yang menimbulkan perdarahan dari limpa. Dalam taraf
pertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis, sehingga tanda-tanda umum perangsangan
peritoneal belum ada sama sekali. Dalam hal ini sebagai pedoman untuk menentukan limpa
robek (ruptur lienalis) adalah :
Penyebab yang lain adalah perdarahan didalam rongga abdominal yang menyebabkan
distended sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi ekspansi rongga thoraks.
2. Pada sirkulasi
Perdarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari oragan – organ abdominal yang
padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan
darah dalam waktu singkat yang mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak
cukup mengisi rongga pembuluh darah.
b. Dampak Psikologis :
Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah yang
dialaminya dan kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan /
operasi.
c. Dampak Sosial :
Mengingat dana yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat –
obatan yang cukup tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu
yang amat segera (sempit)
Secara rutin, diperiksa hematokrit, hitung jenis leukosit, dan urinalisis, sedangkan test
lainnya dilakukan bila diperlukan. Nilai-nilai amilase urine, dan serum dapat membantu
untuk menentukan adanya perlukaan pankreas atau perforasi usus.
b. Rontgen
1. Film polos abdomen dapat menunjukkan adanya udara bebas intraperitoneal, obliterasi
bayangan psoas, dan penemuan-penemuan lainnya yang pada umunya tak khas. Fraktur
prosesus transversalis menunjukan adanya trauma hebat, dan harus mengingatkan kita
pada kemungkinan adanya perlukaan viseral yang hebat.
2. Film dada dapat menunjukkan adanya fraktur iga, hematotorak, pnemotorak, atau lainnya
yang berhubungan dengan perlukaan thorak
3. Penderita dengan tauma tumpul sering memerlukan foto thorak sinar X tengkorak, pelvis,
dan anggota gerak lainnya.
4. Studi kontras pada saluran kemih diperlukan bila terdapat hematuria.
5. Foto sinar X dengan kontras pada saluran pencernaan atas dan bawah, diperlukan pada
kasus tertentu.
6. C.T Scan abdomen sangat membantu pada beberapa kasus, tetapi inibelim banyak
dilakukan.
7. Angiografi dapat memecahkan teka-teki tantang perlukaan pada limpa, hati, dan pakreas.
Pada kenyataanya, angiografi abdominal jarang dilakukan.
c. Test Khusus
Lavase peritoneal berguna untuk mengetahui adanya perdarahan intraabdomen pada suatu
trauma tumpul, bila dengan pemeriksaan fisik dan radilogik, diagnosa masih diragukan.
Test ini tak boleh dilakukan pada penderita yang tak kooperatif, melawan dan yang
memerlukan operasi abdomen segera. Kandung kemih harus dikosongkan terlebih
dahulu. Posisi panderita terlentang, kulit bagian bawah disiapkan dengan jodium tingtur
dan infiltrasi anestesi lokal di garis tengah, diantara umbilikus dan pubis. Kemudian
dibuat insisi kecil, kateter dialisa peritoneal dimasukkan ke dalam rongga peritoneal. Ini
dapat dibantu/dipermudah oleh otot-otot abdomen penderita sendiri, dengan jalan
meikan kepala penderita. Kateter ini harus dipegang dengan kedua tangan, untuk
mencegah tercebur secara acak ke dalam rongga abdomen.
Tehnik yang lebih aman adalah dengan membuat insisi sepanjang 1 cm pada fasia, dan
kateter di masukkan ke dalam rongga peritoneal dengan pengamatan secara langsung.
Pisau ditarik dan kateter dimasukkan secara hati-hati ke pelvis ke arah rongga sakrum.
Adanya aliran darah secara spontan pada kateter menandakan adanya perdarahan secara
positif. Tetapi ini jarang terjadi. Masukan 1000 cc larutan garam fisiologis ke dalam
rongga peritoneal (jangan larutan dextrose), biarkan cairan ini turun sesuai dengan gaya
grvitasi. Adanya perdarahan intraabdominal ditandai dengan warna merah seperti anggur
atau adanya hematokrit 1% atau lebih pada cairan tersebut (cairan itu keluar kembali).
Bila cairan tetap, bening atau hanya sedikit berubah merah tandanya negatif.
2.7 Penatalaksanaan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
1. Biodata
Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain.
2) Keluhan Utama
a) Keluhan yang dirasakan sakit.
b) Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
3) Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
a) Penderita trauma abdomen menampakkan gejala nyeri dan perdarahan.
b) Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
c) Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
d) Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
e) Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran
mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
4) Riwayat Penyakit yang lalu
a) Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
b) Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetes mellitus dan gangguan faal
hemostasis.
c) Pasien belum pernah mengalami penyakit trauma abdomen seperti yang diderita
pasien sekarang.
5) Riwayat psikososial spiritual
a) Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
b) Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
c) Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).