Disusun oleh:
Pembimbing:
SUMATERA SELATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan laporan kasus berjudul “Luka Bakar Derajat 2A BSA 5,5%”.
Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia.
Penulis mengetahui bahwa laporan kasus ini tidak sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan pembaca pada umumnya. Terima Kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
ii
F. Diagnosis........................................................................................20
G. Tatalaksana.....................................................................................22
H. Komplikasi.....................................................................................27
I. Prognosis........................................................................................27
BAB IV...........................................................................................................................28
ANALISIS KASUS......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Beratnya luka bakar tergantung pada dalam, luas dan letak luka. Luka
bakar menurut kedalamannya dibagi menjadi tiga yaitu dangkal, parsial dan
ketebalan penuh. Sedangkan menurut luasnya dapat dihitung oleh setidaknya
3 metode yang berbeda yakni rule of nine, grafik Lund dan Browder dan
permukaan palmar. Berat atau ringannya luka bakar membantu dalam
penentuan prognosis dan tatalaksana yang tepat.1,2,4
1
penting agar dapat menatalaksana secara benar sehingga mencegah terjadinya
komplikasi.
BAB II
STATUS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 25 th
Agama : Islam
2
2.2 Anamnesis
- Tidak ada
3
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Ibu : Hipertensi
- Ayah : (-)
Riwayat Sosial-Ekonomi :
Menengah
Primary Survey
Airway : Paten
4
Circulation : Perdarahan aktif tidak, pucat tidak tidak ada, nadi:
Secondary Survey
Kepala : Bentuk normal, alis terbakar (-/-), rambut hitam
terdistribusi merata
Mata : Refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Hidung : Bulu hidung terbakar (-), sekret (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pemebesaran kelenjar tiroid (-),
tidak ada peningkatan JVP
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis maupundinamis,
retraksi ICS (-)
Palpasi : Fremitus taktik kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor di kedua hemithoraks
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicular line
sinistra
Perkusi : Redup
Batas jantung atas di ICS II PSL sinistra
Batas jantung kiri di ICS V MCL sinistra
Batas jantung kanan di ICS IV SL dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
5
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Genitalia : (status lokalis)
Ekstremitas : (status lokalis), akral hangat
Status Lokalis :
Pada regio femoralis terdapat luka bakar derajat 2A dengan BSA 4,5%
Pada Regio Genitalia dan suprapubik terdapat luka bakar dengan BSA 1%
6
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Foto Thoraks
7
Deskripsi:
Foto thorax AP view, posisi supine, simetris, inspirasi dan kondisi cukup,
hasil:
Kesan:
2.6 Tatalaksana
a. Terapi Cairan:
8
Rumus Baxter = % luka bakar x 4 x BB
= 5,5% x 4 x 60
= 1320 cc
- 8 jam pertama : 660 cc (45 tpm)
- 16 jam Selanjutnya : 660 cc (15 tpm)
b. Injeksi Ketorolac 1 x 8 mg
c. Wound Toilet dengan salep Brunazine + NaCl
d. Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam IV
e. Monitoring resusitasi menggunakan kateter urin
Urin (0,5-1 cc/kgBB/jam) = 30-60 cc/ jam.
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
A. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari 3 jenis sel, yaitu: epitel berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), sel
melanosit, dan sel Langerhans, serta sel tambahan yaitu sel Merkel.6
Epidermis terdiri atas lima lapisan7:
b. Stratum spinosum, terdiri atas 8-10 lapis sel yang berbentuk poligonal
dengan ukuran berbeda-beda. Makin dekat ke permukaan sel berbentuk
semakin gepeng. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-
jembatan antar sel (intercelullar bridge) yang terdiri atas protoplasma
dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di
antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel Stratum
spinosum mengandung banyak glikogen.
c. Stratum granulosum, terdiri dari 3-5 lapis sel poligonal gepeng dengan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
11
e. Stratum korneum (lapisan tanduk),adalah lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri atas 25-30 lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
B. Dermis
12
C. Subkutis
D. Persarafan Kulit
Ada 3 macam serabut saraf yang terdapat pada kulit, yaitu :8.9
13
b. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.
Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut:
E. Vaskularisasi Kulit
Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit
merupakan 10% dari seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh
darah di dalam kulit terdiri dari 2 plexus yaitu :
a. Plexus superficialis: terdapat pada bagian atas dermis dan tersusun
sejajar dengan epidermis. Plexus superficialis ini terdiri dari atas
kapiler-kapiler, endarteriole dan venulae yang memberi makan ke
papilla.
14
b. Plexus profunda: terdapat pada bagian bawah dermis atau dekat
subkutis dan terutama terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang lebih
besar dari pada plexus superficialis.
b. Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat dan sisa metabolisme seperti Na, Cl, urea,
asam urat, amonia. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang berguna
15
untuk menekan evaporasi air yang berlebihan. Kelenjar keringat
mengeluarkan keringat beserta garam-garamnya.10
c. Fungsi Absorbsi
Fungsi absorbsi dimungkinkan dengan adanya permeabilitas kulit.
Absorbsi berlangsung melalui celah antar sel, menembus epidermis atau
melalui muara saluran kelenjar. Kulit yang sehat tidak mudah menyerap
air, larutan atau benda-benda padat, tetapi larutan yang mudah menguap
akan mudah diabsorpsi. Kemampuan absorbsi dipengaruhi oleh ketebalan
kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, umur, trauma pada kulit dan jenis
vehikulum.10
d. Fungsi Keratinisasi
Keratinisasi adalah proses diferensiasi sel-sel stratum basale menjadi sel-
sel yang berubah bentuk dan berpindah ke lapisan atas menjadi sel-sel
yang makin gepeng dan akhirnya mengalami deskuamasi. Proses
keratinisasi ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.10
f. Fungsi Termoregulasi
Pengaturan regulasi panas dilaksanakan oleh sekresi kelenjar keringat,
kemampuan pembuluh darah untuk berkontraksi dan vaskularisasi kulit
16
yang banyak pada dermis. Panas tubuh keluar melalui kulit dengan cara
radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.10
h. Fungsi Persepsi
Fungsi persepsi dimungkinkan dengan adanya saraf sensori di dermis dan
sub kutis. Persepsi yang dapat diterima kulit adalah perabaan, tekanan,
panas, dingin dan rasa sakit. Persepsi raba terletak pada badan taktil
Meisnier yang berada di papila dermis dan Merkel Ranvier di epidermis.
Persepsi tekana oleh badan Vater Paccini di epidermis, rasa panas oleh
badan Ruffini di dermis dan sub kutis, rasa dingin oleh badan Krause dan
rasa sakit oleh “free nerve ending”. Saraf-saraf sensorik lebih banyak
jumlahnya di daerah erotik.10
17
akibat radiasi UV, zat kimia maupun oleh virus onkogenik. Sampai saat ini
peranan SALT masih terus diselidiki.6
B. Epidemiologi
C. Etiologi
18
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas,
dan lain-lain).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali
yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
D. Patofisiologi
19
Zona hyperemia
Di zona ini perfusi jaringan meningkat. Jaringan akan membaik,
kecuali terdapat sepsis berat atau hipoerfusi berkepanjangan.11
Zona stasis
Area hipoperfusi yang terletak disekeliling zona koagulasi dan masih
berpotensi untuk diselamatkan. Merupakan target utama resusitasi
untuk meningkatkan perfusi ke daerah ini dan mencegah kerusakan
baru yang ireversibel. Keadaan lainnya seperti hipotensi
berkelanjutan, infeksi, ataupun edema dapat mengubah area ini
menjadi rusak ireversibel.11,12
Zona koagulasi
Titik kerusakan maksimum terjadinya kehilangan jaringan
ireversibel akibat koagulasi protein. Zona ini terdiri dari eschar atau
jaringan nekrotik dan biasanya terkena paling dekat dengan sumber
panas.11,12
b. Respon Sistemik
20
Ketika luas luka bakar mencapai 15-20% total permukaan tubuh, terjadi
pelepasan sitokin dan mediator inflamasi pada lesi yang memberi efek
sistemik.11
Perubahan Kardiovaskuler
Luka bakar yang terjadi akan berdampak terhadap peningkatan
permeabilitas pembuluh-pembuluh kapiler. Permeabilitas kapiler
yang meningkat membuat pelepasan protein dan cairan intravaskuler
ke kompartemen interstitial. Selain itu terjadi juga vasokonstriksi
arteri-arteri perifer dan splanknik. Pelepasan TNF-α menyebabkan
kontraktilitas miokard menurun. Keadaan tersebut diperberat dengan
hilangnya cairan dari luka dan luas daerah yang terkena. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya hipotensi sistemik dan berujung pada
hipoperfusi organ pada luka bakar.11,13
Perubahan Respiratorik
Mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi dan pada
keadaan yang berat dapat menyebabkan respiratory distress
syndrome.11
Perubahan Metabolik
Basal metabolic rate meningkat hingga 3 kali lipat dan diperberat
dengan hipoperfusi splanknik, membutuhkan nutrisi enteral segera
untuk mengurangi katabolisme dan menjaga keutuhan usus.11
Perubahan Imunologis
Terjadi down regulation tidak spesifik sistem imun, baik selular
maupun humoral. Contohnya, depresi aktivitas limfosit, penurunan
produksi immunoglobulin, supresi aktivitas sistem komplemen, dan
gangguan pada fungsi neutrofil dan makrofag. 11,14 Kerusakan stratum
korneum pada kulit juga memungkinkan invasi mikroorganisme.
Selain itu, kerusakan sel Langerhans yang berfungsi sebagai
mediator respon imun lokal juga dapat meningkatkan meningkatkan
21
risiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan
hidup pasien.11,14
E. Klasifikasi
22
Gambar 3. Kedalaman Luka Bakar dan aspek klinis
23
Luka bakar pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki dan
genitalia/perineum
Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, dan disertai trauma lain.
F. Diagnosis
24
Gambar 4. Wallace rule of nines
25
Gambar 5. Lund and Browder Chart
G. Tatalaksana
Tatalaksana Awal
a. Hentikan proses luka bakar, jauhkan semua sumber luka bakar. Pakaian
sebaiknya dilepaskan karena dapat menahan panas.
b. Dinginkan luka bakar. Efektif pada 20 menit pertama, irigasi dengan air
15 oC selama 20 menit. Hal tersebut membantu melepaskan bahan
berbahaya, mengurangi nyeri, dan mengurangi edema dengan
menstabilkan sel mast dan pelepasan histamine. Jangan gunakan air
dengan es karena vasokonstriksi yang disebabkannya dapat
menyebabkan progresi luka bakar. Namun, mendinginkan area kulit
luka bakar yang luas dapat menyebabkan hipotermia, terutama pada
anak-anak.11,15
c. Luka bakar tertentu. Pasien dengan luka bakar sengatan listrik tegangan
tinggi dapat mengalami penurunan kesadaran atau memiliki EKG
abnormal saat masuk rumah sakit, sehingga memerlukan pemantauan
EKG 24 jam. Pasien dengan luka bakar kimia perlu dilakukan irigasi
dengan sejumlah besar air dalam waktu yang cukup lama, terutama
pada daerah mata. Pembengkakan kelopak mata dan spasme otot
disertai nyeri akan menghalangi pencucian adekuat. Untuk irigasi
kadang diperlukan prosedur retraksi kelopak mata yag baik.15
Initial Assesment
26
a. Airway
Sama halnya dengan bantuan hidup lanjut, sebaiknya servikal tetap
dilindungi kecuali yakin tidak terdapat jejas servikal. Inhalasi gas panas
dapat menyebabkan edema pita suara beberapa saat kemudian. Oleh
karena itu, jaga jalan napas tetap paten. Bila diperlukan dapat dilakukan
intubasi.11
Tanda-tanda trauma inhalasi adalah sebagai berikut:
Riwayat luka bakar karena api atau luka bakar di ruangan tertutup
Luka bakar yang luas dan dalam di area wajah, leher, atau upper
torso
Bulu hidung yang terbakar
Adanya sputum berkarbon atau partikel karbon di orofaring
27
b. Breathing
Seluruh pasien luka bakar sebaiknya mendapat oksigen 100% dengan
non-rebreathing mask11
Luka bakar yang mengellilingi dada, atau sangat luas dan dalam di
area dada, dapat membatasi pergerakan dada dan membuat ventilasi
inadekuat. Dibutuhkan tindakan eskarotomi
Jejas yang mempenetrasi menyebabkan tension pneumothorax,
kontusio paru, dan trauma alveolar yang dapat menyebabkan adult
respiratory distress syndrome.
Sekalipun telah dingin, hasil kombustio dapat masuk ke dalam paru-
paru dan mengiritasi paru yang menyebabkan inflamasi,
bronkospasme, dan bronkorhoea. Sillia pneumosit yang rusak dapat
berlanjut menjadi atelektasis atau pneumonia. Dapat diberikan
nebulizer atau ventilasi tekanan positif dengan positive end-
expiratory pressure (PEEP)
Afinitas ikatan karbonmonoksida dengan deoksihemoglobin 40 kali
lebih kuat bila dibandingkan dengan oksigen. Karbonmonoksida
juga berikatan dengan protein intraseluler terutama melalui jalur
sitrokrom oksidase, Kedua proses tersebut menyebabkan hipoksia
ekstraseluler dan intraseluler. Pulse oximetry tidak dapat
membedakan keduanya sehingga dapat menunjukkan hasil yang
normal. Analisis gas darah dapat menunjukkan asidosis metabolic
dan peningkatan karboksihemoglobin. Berikan oksigen 100% untuk
mengeser kedudukan karbon monoksida dengan cepat.11
c. Circulation
Buat dua jalur intravena yang besar di area tanpa luka. Pada luka
bakar >20% diperlukan pemasangan kateter urine untuk memonitor
keluaran urine. Pada anak, bila tidak memungkinkan dengan akses
intravena, dapat menggunakan akses interoseus untuk sementara.
Namun, jalur intravena tetap harus segera dipasang.11
Total cairan yang dibutuhkan dalam 24 jam:
28
4 mL x luas luka bakar (%) x berat badan (Kg)
d. Disability
Periksa tingkat kesadaran pasien dengan Glasglow coma scale.
Penurunan kesadaran dapat terjadi karena hipoksia atau hipovolemi.
Dilakukan penilaian dengan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
serta penilaian terhadap reflex cahaya pupil.15
e. Exposure
Seluruh permukaan tubuh pasien harus diperiksa termasuk punggung,
untuk mendapatkan estimasi akurat dari area luka bakar dan jejas yang
menyertai. Pasien sebaiknya segera ditutupi selimut karena rentan
hipotermi, terutama anak-anak. Jangan lupa untuk menggali informasi
riwayat pasien, biasanya dilakukan dengan menggunakan AMPLE
(Allergies, Medication, Past Illness, Last Meal, Environment).15
Tatalaksana Lanjutan
29
a. Bersihkan luka
Bersihkan dengan sabun dan air atau cairan antibakteri seperti cairan
klorheksidin. Bila terdapat bula yang besar, sebaiknya dipecahkan dari
bagian dasar, kulit mati sebaiknya dibuang dengan gunting atau jarum
steril. Bula yang kecil sebaiknya dibiarkan saja.11
Luka bakar derajat I
Cuci dengan air dan sabun, berikan pelembab atau antibiotik topical.
Dalam beberapa hari akan sembuh.11
Luka bakar derajat II
Bila terdapat bula intak, biarkan karena membantu penyembuhan
luka
Bila bula sudah terbuka, buang semua kulit mati
Berikan antibiotic topical, biasanya krim neomycin basitrasin
(Nebacetin) atau salep MEBO dua kali sehari dan tutup dengan
penutup kering
Derajat II superficial biasanya sembuh dalam 10–14 hari.
Sedangkan derajat II dalam biasanya sembuh dalam 3–4 minggu
30
Idealnya dalam 24 jam perlu dilakukan pemeriksaan dressing ulang.
Pertama kali dressing diganti setelah 48 jam, kemudian setiap 3-5 hari
berikutnya. Bila luka yang diberi dressing terasa nyeri, berbau,
terkontaminasi, keluar cairan berlebihan, atau adanya tanda-tanda
infeksi seperti demam, segera ganti dressing. Bila luka tidak sembuh
dalam 3 minggu, segera rujuk ke bedah plastic yang menangani luka
bakar. Bekas luka bakar akan kering dan sensitif. Dalam masa
penyembuhan dapat terasa gatal. Sebaiknya berikan krim pelembut dan
hindarkan dari paparan sinar matahari langsung.11
c. Suportif
Berikan analgesic, terutama luka bakar superficial karena sangat nyeri.
Bila NSAID tidak dapat mengatasi nyeri, dapat diberikan morfin oral
(pada luka bakar kecil) atau intravena. Dengan dosis 2-3 mg setiap kali
pemberian dan di titrasi untuk kontrol. Hati-hati pemberian karena dosis
berlebihan dapat menyebabkan pasien tidak bernapas. Jangan berikan
lebih dari 0,1 mg/KgBB dalam periode 1-2 jam. Berlaku pada anak-
anak dan dewasa.11
d. Luka bakar di wajah
Sebaiknya dirujuk ke spesialis bedah plastik. Namun bila hanya
sunburn, luka sebaiknya dibersihkan 2 kali sehari dengan solusio
klorheksidin terdilusi. Sebaiknya dilapisi krim seperti paraffin cair,
setiap 1-4 jam untuk meminimalisasi pembentukan krusta. Pasien
sebaiknya tidur dengan 2 bantal dalam 48 jam pertama untuk mencegah
edema wajah.11
31
Trauma kimia > 5% total area tubuh, pajanan terhadap radiasi yang
mengionisasi, trauma listrik tegangan tinggi, trauma panas tekanan
tinggi, luka bakar asam hidrofluorat >1% total luas permukaan
tubuh, atau trauma yang diduga karena disengaja (kekerasan)
Luas kulit yang terkena pada anak-anak <16 tahun sekitar >5% dari
seluruh luas permukaan tubuh, dewasa > 16 tahun bila >10% luas
permukaan tubuh.
Adanya kondisi komorbid lain yang menyertai seperti kehamilan,
imunosupresi, gangguan jantung, fraktur, trauma kepala atau
kecelakaan.
H. Komplikasi
I. Prognosis
32
BAB IV
ANALISIS KASUS
Sejak 3 jam SMRS pasien terkena ledakan tabung oksigen yang mengenai
paha dan area genital pasien. Pasien bekerja di perusahaan yang bergerak di
bidang batu bara. Setelah kejadian, pasien langsung di bawa ke klinik perusahaan
dan telah dilakukan irigasi pada luka bakar lalu dibalut dengan kassa. Selanjutnya
pasien dibawa ke RS AR Bunda Lubuk Linggau.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio femoralis sinistra tampak luka
dengan dasar putih, bula (-), nyeri (+), + 4,5% BSA. Pada regio genitalia, di area
glans penis dan skrotum tampak luka dengan dasar putih, bula (+), nyeri (+), 1%
BSA.
33
bakar yang dipakai pada kasus ini adalah menggunakan Wallace Rule of Nines,
dari hasil perhitungan didapatkan luas luka bakar 5.5%.
Tatalaksana awal untuk luka bakar adalah airway: bebaskan jalan napas dan
nilai adanya trauma inhalasi; breathing: nilai pernapasan; circulatory: pantau
tekanan darah, nadi dan resusitasi cairan; disability: nilai GCS dan environment:
menghentikan proses trauma bakar, menilai luas luka bakar dan periksa adakah
trauma penyerta lain. Pada pasien diberikan cairan dengan menggunakan rumus
baxter yaitu % luas area luka bakar x 4 cc x BB. Pasien juga diberikan antinyeri
dan antibiotik. Cairan dimonitoring dengan menilai urine output pada pasien.
Kemudian pasien dirawat inap, dilakukan wound toilet dengan salep Brunazine
dan NaCl.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
10. Ahmadsyah, I. Prasetyono, T. 2015. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat, R., de
Jong W., editor. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
11. American College of Surgeons (ACS) Committees on Trauma. Advanced
trauma life support (ATLS) student course manual. Edisi ke-9. 2012.
12. Cameron, A. M., et al. Burn Wound Management: a Surgical Prespective.
Wound Practice and Research. 2010 Feb. 18(1): 35-40.
13. Tiwari, V. K. Burn Wound: How it Differs From Other Wounds?. Indian
Journal of Plastic Surgery. 2012 May-Aug. 45(2): 364-373.
14. Rahayuningsih, T. 2012. Pentalaksanaan Luka Bakar (Combustio).
(https://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/viewFile/11/9,
Diakses tanggal 14 Desember 2018).
15. Emergency Management of Severe Burns (EMSB), Course Manual, 17th
edition. Australia and New Zealand Burn Association Ltd, Februari 2013.
16. Masood, R. A., et al. Burn Cases, Their Management and Complications: A
Review. International Current Pharmaceutical Journal. 2016 Nov. 5(12):
103-105.
36