Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

LUKA BAKAR DERAJAT 2A BSA 5,5%

Disusun oleh:

dr. Dila Aulia

Pembimbing:

dr. Ibrahim Muhammad

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

RUMAH SAKIT AR BUNDA LUBUKLINGGAU

SUMATERA SELATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan laporan kasus berjudul “Luka Bakar Derajat 2A BSA 5,5%”.
Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia.

Selama proses pembuatan dan penyusunan laporan ini penulis mengalami


keterbatasan dalam mengejarkan, oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada dr. Ibrahim Muhammad yang memberi dukungan, bimbingan,
dan dorongan selama pembuatan laporan ini berlangsung.

Penulis mengetahui bahwa laporan kasus ini tidak sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan pembaca pada umumnya. Terima Kasih.

Lubuklinggau, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1

BAB II STATUS PASIEN...........................................................................................2


2.1 Identitas Pasien......................................................................................2
2.2 Anamnesis.............................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................................5
2.5 Diagnosis kerja......................................................................................6
2.6 Tatalaksana............................................................................................6
2.7 Prognosis...............................................................................................7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................................8


3.1 Anatomi Kulit........................................................................................8
A. Epidermis..........................................................................................8
B. Dermis..............................................................................................9
C. Subkutis..........................................................................................10
D. Persarafan Kulit..............................................................................10
E. Vaskularisasi Kulit.........................................................................11
3.2 Fisiologi Kulit.....................................................................................12
3.3 Luka Bakar..........................................................................................14
A. Definisi...........................................................................................14
B. Epidemiologi..................................................................................15
C. Etiologi...........................................................................................15
D. Patofisiologi....................................................................................16
E. Klasifikasi.......................................................................................18

ii
F. Diagnosis........................................................................................20
G. Tatalaksana.....................................................................................22
H. Komplikasi.....................................................................................27
I. Prognosis........................................................................................27

BAB IV...........................................................................................................................28
ANALISIS KASUS......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn).1

Lebih dari 2 juta kasus luka bakar di Amerika Serikat memerlukan


penanganan medis setiap tahunnya, dan sekitar 14.000 kasus berakhir dengan
kematian.2 Sekitar 175.000 orang di Inggris menderita luka bakar setiap
tahunnya, dan 13.000 diantaranya memerlukan perawatan di Rumah Sakit,
sekitar 1.000 orang mengalami luka bakar berat.3

Beratnya luka bakar tergantung pada dalam, luas dan letak luka. Luka
bakar menurut kedalamannya dibagi menjadi tiga yaitu dangkal, parsial dan
ketebalan penuh. Sedangkan menurut luasnya dapat dihitung oleh setidaknya
3 metode yang berbeda yakni rule of nine, grafik Lund dan Browder dan
permukaan palmar. Berat atau ringannya luka bakar membantu dalam
penentuan prognosis dan tatalaksana yang tepat.1,2,4

Luka bakar menimbulkan kerusakan dan perubahan berbagai sistem


tubuh yang kadang sulit dipantau, sehingga menyebabkan kesulitan dalam
penanganannya. Kesulitan terbesar terutama apabila sudah terjadi
komplikasi.5 Oleh karena itu, sebagai dokter umum yang akan terjun ke
dalam lingkungan masyarakat, pemahaman tentang luka bakar sangatlah

1
penting agar dapat menatalaksana secara benar sehingga mencegah terjadinya
komplikasi.

BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 25 th

Alamat : Dusun 14 Epil

Agama : Islam

MRS : 28 November 2021

2
2.2 Anamnesis

Dilakukan Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan penderita pada tanggal


28 November 2021 di IGD

Keluhan Utama : Luka bakar pada paha dan kemaluan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keaddan sadar ke IGD RS AR bunda dengan keluhan


terdapat luka bakar pada paha kiri dan kemaluan sejak 3 jam SMRS. Luka
bakar disebabkan oleh tabing oksigen yang meledak. Awalnya pasien sedang
menghidupkan tabung gas 5,5 kg dan kemudian menghidupkan tabung
oksigen dengan ukuran 6m3. Pada saat pasien mengambil selang yang
terhubung dengan tabung oksigen dalam posisi duduk, ternyata selang
tersebut panas dan kemudian pasien langsung melepaskan selang. Ketika
pasien ingin berdiri, kemudian tabung oksigen tersebut meledak dan
terlempar ke paha kiri pasien. Pasien langsung di bawa ke klinik perusahaan
dan dilakukan irigasi dengan air dan luka bakar tersebut di pasang kassa.
Kemudian pasien di bawa ke RS AR Bunda.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Tidak ada

3
Riwayat Penyakit Keluarga :

- Ibu : Hipertensi
- Ayah : (-)

Riwayat Sosial-Ekonomi :

Menengah

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :

Pasien adalah seorang karyawan di perusahaan yang bergerak di bidang


batu bara, pasien bekerja di bagian pemotongan plat. Pasien merokok, tidak
mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan golongan narkotika.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Primary Survey

Airway : Paten

Breathing : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, Rh (-/-),

Wh (-/-), sesak, suara serak, sputum berwarna karbon atau

arang, RR: 22 x/menit

4
Circulation : Perdarahan aktif tidak, pucat tidak tidak ada, nadi:

92x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, TD: 140/80

mmHg, CRT <2’’, SpO2: 97%

Disability : Alert, pupil isokor, diameter 3mm, refleks cahaya (+/+)

Secondary Survey
Kepala : Bentuk normal, alis terbakar (-/-), rambut hitam
terdistribusi merata
Mata : Refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Hidung : Bulu hidung terbakar (-), sekret (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pemebesaran kelenjar tiroid (-),
tidak ada peningkatan JVP
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis maupundinamis,
retraksi ICS (-)
Palpasi : Fremitus taktik kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor di kedua hemithoraks
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicular line
sinistra
Perkusi : Redup
Batas jantung atas di ICS II PSL sinistra
Batas jantung kiri di ICS V MCL sinistra
Batas jantung kanan di ICS IV SL dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen

5
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Genitalia : (status lokalis)
Ekstremitas : (status lokalis), akral hangat
Status Lokalis :

 Pada regio femoralis terdapat luka bakar derajat 2A dengan BSA 4,5%

 Pada Regio Genitalia dan suprapubik terdapat luka bakar dengan BSA 1%

6
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Darah Lengkap
Hemoglobin 14,3 g/dl 13 - 18
Leucosit 11.400 mm/jam 4.400 - 11.300
LED jam ke-1 21 % 1 - 15
Segmen 79 % 40 - 70
Lymphocyt 12 % 30 - 45
Monocytes 9 % 2 - 10
Erytrocyt 4,7 4 - 5,9
Trombosit 134.000 150.000 - 450.000
Hematokrit 41 40 - 52
MCV 87 74 - 108
MCH 31 27 - 32
MCHC 35 32 - 36

CT 02’30” menit 1-3


BT 09’00” menit 6 - 15
CRP 15 mg/l <5

Foto Thoraks

7
Deskripsi:

Foto thorax AP view, posisi supine, simetris, inspirasi dan kondisi cukup,
hasil:

- Corakan bronkovascular normal


- Tak tampak penebalan pleura space bilateral
- Kedua diafragma licin, tak mendatar
- Cor, CTR <0,56
- Sistema tulang tervisualisasi intak

Kesan:

- Pulmo tak tampak kelainan


- Cor dalam batas normal

2.5 Diagnosis kerja


Luka Bakar Derajat 2A BSA 5,5% Regio femoralis + genitalia + suprapubik.

2.6 Tatalaksana
a. Terapi Cairan:

8
Rumus Baxter = % luka bakar x 4 x BB
= 5,5% x 4 x 60
= 1320 cc
- 8 jam pertama : 660 cc (45 tpm)
- 16 jam Selanjutnya : 660 cc (15 tpm)
b. Injeksi Ketorolac 1 x 8 mg
c. Wound Toilet dengan salep Brunazine + NaCl
d. Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam IV
e. Monitoring resusitasi menggunakan kateter urin
Urin (0,5-1 cc/kgBB/jam) = 30-60 cc/ jam.

2.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan organ terbesar di tubuh manusia, berkisar antara 0,25


m2 pada neonatus hingga 1,8 m2 pada dewasa. Secara anatomis kulit tersusun
atas 2 lapisan yaitu lapisan epidermis dan dermis. Lapisan luar epidermis
berfungsi sebagai pembatas terhadap lingkungan, mencegah invasi bakteri
dan paparan zat kimia. Lapisan dalam epidermis aktif secara metabolik dan
memproduksi faktor pertumbuhan yang berperan dalam replikasi kulit setiap
2 minggu. Lapisan dermis terdiri dari jaringan ikat fibrosa, memiliki
pembuluh darah dan serabut saraf. Lapisan dermis adalah pembatas yang
mencegah kehilangan air melalui evaporasi dan kehilangan panas tubuh
berlebihan. Kelenjar keringat berperan mengontrol suhu tubuh dengan cara
mengatur jumlah air yang berevaporasi. Selain itu, serabut saraf pada lapisan
dermis berperan sebagai mekanisme proteksi terhadap lingkungan. Selain itu,
kulit juga memproduksi vitamin D dengan bantuan sinar UV.2
Gambar 1. Struktur Kulit6

10
A. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari 3 jenis sel, yaitu: epitel berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), sel
melanosit, dan sel Langerhans, serta sel tambahan yaitu sel Merkel.6
Epidermis terdiri atas lima lapisan7:

a. Stratum basale, terdiri atas sel-sel berbentuk kuboid atau kolumnar


yang tersusun vertikal. Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling
bawah dan berperan dalam regenerasi sel.

b. Stratum spinosum, terdiri atas 8-10 lapis sel yang berbentuk poligonal
dengan ukuran berbeda-beda. Makin dekat ke permukaan sel berbentuk
semakin gepeng. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-
jembatan antar sel (intercelullar bridge) yang terdiri atas protoplasma
dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di
antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel Stratum
spinosum mengandung banyak glikogen.

c. Stratum granulosum, terdiri dari 3-5 lapis sel poligonal gepeng dengan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.

d. Stratum lusidum, merupakan lapisan di bawah lapisan korneum, terdiri


dari lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini hanya terdapat pada
telapak tangan dan telapak kaki.

11
e. Stratum korneum (lapisan tanduk),adalah lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri atas 25-30 lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

B. Dermis

Dermis merupakan jaringan dibawah epidermis yang terdiri dari dua


lapisan, yaitu papilar dermis dan retikular dermis. Dermis terdiri atas
ikatan jaringan ikat kuat sehingga memiliki daya regang yang besar.
Papilar dermis mengandung fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit
yang keluar dari pembuluh darah, dan terdiri atas jaringan ikat longgar.
Sedangkan retikular dermis memiliki struktur lebih tebal dan terdiri atas
jaringan ikat padat tak beraturan.7

a. Stratum papillaris yang terdiri dari 7:


 Kolagen tipis
 Kapiler
 Meissner corpuscles
 Ujung serabut saraf
b. Stratum retikularis terdiri dari7 :
 Fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan
substansi dasarnya.

 Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat,


serabut ini terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai
polypeptide. Serabut ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit
merupakan unsur pembentuk garis langer (cleavage line).

 Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin,


ini juga dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus
dibandingkan dengan kolagen. Serabut elastin ini bertanggung jawab
atas elastisitas kulit.

12
C. Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri


atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma
lemak yang bertambah.Fungsi subkutis/hipodermis antara lain sebagai
melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk
tubuh dan mechanical shock absorber.6

D. Persarafan Kulit

Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen.


Sebagian besar terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada
punggung relatif sedikit. Serabut saraf ini mempunyai akson dengan badan
sel yang berada pada dorsal root ganglia. Serabut saraf ini masuk kulit
melalui lapisan lemak subkutan, kemudian masing-masing terbagi dua
yaitu serabut saraf bermielin dan serabut saraf tidak bermielin. Serabut
saraf bermielin berjalan horizontal membentuk anyaman dengan serabut
yang sama, kemudian naik ascenden bersama pembuluh darah dan
menginervasi dermis bagian superficial. Dalam perjalanan selanjutnya
serabut ini dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian tidak bermielin.
Sebagian berakhir di dermis, beberapa melakukan penetrasi membran
basalis tetapi tidak jauh melanjut ke epidermis.6

Ada 3 macam serabut saraf yang terdapat pada kulit, yaitu :8.9

a. Serabut adrenergik : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah


(untuk vasokonstriksi pembuluh darah, m. erector papilare (untuk
kontraksi otot tersebut), dan kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi
kelenjar apokrin).

13
b. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.

c. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar


tubuh. Ada beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu Korpuskulum
Meisnerri,Korpuskulum Paccini, dan akhiran serabut saraf bebas.

Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut:

a. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan


tekanan ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat
dijumpai pada telapak tangan dan kaki.

b. Korpuskulum Paccini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan


dalam dan terdapat pada dermis bagian dalam terutama pada bagian-
bagian badan yang sering menahan beban berat.

c. Akhiran saraf rambut bebas berfungsi untuk menerima rangsangan


panas, dingin, nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas ini terdapat terutama
pada papilla dermis dan sekitar folikel rambut.

E. Vaskularisasi Kulit

Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit
merupakan 10% dari seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh
darah di dalam kulit terdiri dari 2 plexus yaitu :
a. Plexus superficialis: terdapat pada bagian atas dermis dan tersusun
sejajar dengan epidermis. Plexus superficialis ini terdiri dari atas
kapiler-kapiler, endarteriole dan venulae yang memberi makan ke
papilla.

14
b. Plexus profunda: terdapat pada bagian bawah dermis atau dekat
subkutis dan terutama terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang lebih
besar dari pada plexus superficialis.

Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah akan tetapi


epidermis mendapat nutrien dari dermis melalui membran
epidermis.Pada jari-jari di antara arteriole dan venulae terdapat
kelompokan otot polos yang mempunyai fungsi khusus yaitu mengatur
shunt arterio-venosa dan sering dinamakan glomus. Sedangkan
pembuluh limfe biasanya mengikuti pembuluh darah.8,9

3.2 Fisiologi Kulit

Kulit memiliki fungsi antara lain fungsi proteksi, ekskresi, absorbsi,


keratinisasi, pembentuk pigmen, termoregulasi, pembentuk vitamin D,
persepsi dan peran dalam imunologi kulit.
a. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga tubuh dari gangguan fisik, kimia, suhu, sinar ultraviolet dan
mikroorganisme. Proteksi terhadap gangguan fisik dan mekanis
dilaksanakan oleh stratum korneum pada telapak tangan dan telapak kaki
dan proses keratinisasi berperan sebagai barier mekanis. Serabut elastis
dan kolagen menyebabkan adanya elastisitas kulit dan lapisan lemak pada
sub kutis juga sebagai barier terhadap tekanan. Proteksi terhadap gangguan
kimia dilaksanakan oleh stratum korneum yang impermeabel terhadap
berbagai zat kimia dan air serta adanya keasaman kulit. Proteksi tehadap
radiasi dan sinar ultraviolet dilaksanakan oleh melanosit, ketebalan stratum
korneum dan asam uroleanat yang dijumpai pada keringat.10

b. Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat dan sisa metabolisme seperti Na, Cl, urea,
asam urat, amonia. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang berguna

15
untuk menekan evaporasi air yang berlebihan. Kelenjar keringat
mengeluarkan keringat beserta garam-garamnya.10
c. Fungsi Absorbsi
Fungsi absorbsi dimungkinkan dengan adanya permeabilitas kulit.
Absorbsi berlangsung melalui celah antar sel, menembus epidermis atau
melalui muara saluran kelenjar. Kulit yang sehat tidak mudah menyerap
air, larutan atau benda-benda padat, tetapi larutan yang mudah menguap
akan mudah diabsorpsi. Kemampuan absorbsi dipengaruhi oleh ketebalan
kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, umur, trauma pada kulit dan jenis
vehikulum.10

d. Fungsi Keratinisasi
Keratinisasi adalah proses diferensiasi sel-sel stratum basale menjadi sel-
sel yang berubah bentuk dan berpindah ke lapisan atas menjadi sel-sel
yang makin gepeng dan akhirnya mengalami deskuamasi. Proses
keratinisasi ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.10

e. Fungsi Pembentukan Pigmen


Pembentukan pigmen kulit dilaksanakan oleh sel melanosit yang ada di
stratum basale. Proses pembentukan melanin terjadi didalam melanosom
yang terdapat dalam melanosit dan kemudian melalui dendrit-dendritnya
membawa melanosom ke sel keratinosit, jaringan sekitarnya bahkan
sampai ke dermis. Warna kulit ditentukan oleh jumlah, tipe, ukuran,
distribusi pigmen, ketebalan kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.10

f. Fungsi Termoregulasi
Pengaturan regulasi panas dilaksanakan oleh sekresi kelenjar keringat,
kemampuan pembuluh darah untuk berkontraksi dan vaskularisasi kulit

16
yang banyak pada dermis. Panas tubuh keluar melalui kulit dengan cara
radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.10

g. Fungsi Pembentukan Vitamin


Pembentukan Vitamin D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum
basale yaitu dengan mengubah 7 dehidro kolesterol dengan bantuan sinar
ultraviolet B. Walaupun didapat pembentukan vitamin D ditubuh tapi
kebutuhan ini belum cukup sehingga perlu pemberian vitamin D dari
luar.10

h. Fungsi Persepsi
Fungsi persepsi dimungkinkan dengan adanya saraf sensori di dermis dan
sub kutis. Persepsi yang dapat diterima kulit adalah perabaan, tekanan,
panas, dingin dan rasa sakit. Persepsi raba terletak pada badan taktil
Meisnier yang berada di papila dermis dan Merkel Ranvier di epidermis.
Persepsi tekana oleh badan Vater Paccini di epidermis, rasa panas oleh
badan Ruffini di dermis dan sub kutis, rasa dingin oleh badan Krause dan
rasa sakit oleh “free nerve ending”. Saraf-saraf sensorik lebih banyak
jumlahnya di daerah erotik.10

i. Peran dalam imunologi kulit


Pada kulit didapat apa yang disebut SALT (Skin Associated Lymphoid
Tissue) yang terdiri dari sel Langerhans, keratinosit, saluran limfatik kulit
dan sel endotel kapiler khusus yang memiliki reseptor khusus untuk
menarik sel limfosit T kedalam epidermis. Sel Langerhans berfungsi
sebagai antigen presenting cell yang membawa antigen ke sel limfatik
dalam reaksi alergi kontak. Sel keratinosit memproduksi cairan yang
mengandung protein yang akan berikatan dengan antigen yang masuk ke
epidermis untuk membentuk antigen kompleks yang potensial. Keratinosit
juga memproduksi Limphokine Like Activity seperti Epidermal Thymocyte
Activating Factor (ETAF) yang identik dengan IL-1 dan berbagai fungsi
lain. SALT juga sangat penting untuk memonitor sel-sel ganas yang timbul

17
akibat radiasi UV, zat kimia maupun oleh virus onkogenik. Sampai saat ini
peranan SALT masih terus diselidiki.6

3.3 Luka Bakar


A. Definisi

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan
api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn).1

B. Epidemiologi

Lebih dari 2 juta kasus luka bakar di Amerika Serikat memerlukan


penanganan medis setiap tahunnya, dan sekitar 14.000 kasus berakhir
dengan kematian.2 Sekitar 175.000 orang di Inggris menderita luka bakar
setiap tahunnya, dan 13.000 diantaranya memerlukan perawatan di Rumah
Sakit, sekitar 1.000 orang mengalami luka bakar berat.3
Luka bakar juga masih menjadi masalah besar yang mengancam
seluruh kalangan usia. Lebih dari 60% pasien luka bakar terjadi dalam
kisaran usia produktif dimana pria lebih banyak daripada perempuan.
Hingga 55% disbebakan oleh api, 40% karena air mendidih, dan
selebihnya dikarenakan kimia dan listrik.11

C. Etiologi

Penyebab terjadinya luka bakar dapat berdasarkan mekanisme


injurinya meliputi1:
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat

18
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas,
dan lain-lain).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali
yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio


aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri.
Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi.

D. Patofisiologi

Luka bakar tidak hanya dapat menyebabkan terjadinya respon lokal


saja, tetapi juga dapat menyebabkan respon sistemik bagi tubuh. Hal ini
dipengaruhi oleh seberapa luas distribusi/luas luka pada kulit, temperatur,
dan seberapa lama kulit terpapar dengan sumber panas tersebut.12
a. Respon Lokal
Jackson mendeskripsikan luka bakar lokal menjadi tiga zona yaitu:

19
 Zona hyperemia
Di zona ini perfusi jaringan meningkat. Jaringan akan membaik,
kecuali terdapat sepsis berat atau hipoerfusi berkepanjangan.11
 Zona stasis
Area hipoperfusi yang terletak disekeliling zona koagulasi dan masih
berpotensi untuk diselamatkan. Merupakan target utama resusitasi
untuk meningkatkan perfusi ke daerah ini dan mencegah kerusakan
baru yang ireversibel. Keadaan lainnya seperti hipotensi
berkelanjutan, infeksi, ataupun edema dapat mengubah area ini
menjadi rusak ireversibel.11,12

Gambar 2. Zona Luka Bakar

 Zona koagulasi
Titik kerusakan maksimum terjadinya kehilangan jaringan
ireversibel akibat koagulasi protein. Zona ini terdiri dari eschar atau
jaringan nekrotik dan biasanya terkena paling dekat dengan sumber
panas.11,12

b. Respon Sistemik

20
Ketika luas luka bakar mencapai 15-20% total permukaan tubuh, terjadi
pelepasan sitokin dan mediator inflamasi pada lesi yang memberi efek
sistemik.11
 Perubahan Kardiovaskuler
Luka bakar yang terjadi akan berdampak terhadap peningkatan
permeabilitas pembuluh-pembuluh kapiler. Permeabilitas kapiler
yang meningkat membuat pelepasan protein dan cairan intravaskuler
ke kompartemen interstitial. Selain itu terjadi juga vasokonstriksi
arteri-arteri perifer dan splanknik. Pelepasan TNF-α menyebabkan
kontraktilitas miokard menurun. Keadaan tersebut diperberat dengan
hilangnya cairan dari luka dan luas daerah yang terkena. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya hipotensi sistemik dan berujung pada
hipoperfusi organ pada luka bakar.11,13

 Perubahan Respiratorik
Mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi dan pada
keadaan yang berat dapat menyebabkan respiratory distress
syndrome.11
 Perubahan Metabolik
Basal metabolic rate meningkat hingga 3 kali lipat dan diperberat
dengan hipoperfusi splanknik, membutuhkan nutrisi enteral segera
untuk mengurangi katabolisme dan menjaga keutuhan usus.11
 Perubahan Imunologis
Terjadi down regulation tidak spesifik sistem imun, baik selular
maupun humoral. Contohnya, depresi aktivitas limfosit, penurunan
produksi immunoglobulin, supresi aktivitas sistem komplemen, dan
gangguan pada fungsi neutrofil dan makrofag. 11,14 Kerusakan stratum
korneum pada kulit juga memungkinkan invasi mikroorganisme.
Selain itu, kerusakan sel Langerhans yang berfungsi sebagai
mediator respon imun lokal juga dapat meningkatkan meningkatkan

21
risiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan
hidup pasien.11,14

E. Klasifikasi

Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dapat dikelompokkan menjadi tiga


derajat:11
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Luka Bakar
Derajat I Derajat IIa Derajat IIb Derajat III
(superficial) (partial (partial (full thickness)
thickness- thickness-deep
superficial dermal)
dermal)
Kedalaman Epidermis Lapisan atas Lapisan dermis Subkutan, otot,
dermis dalam tulang
Warna Kemerahan Merah muda/ Merah/putih Putih/coklat
kemerahan kehitaman
Bula - +/- +/- -
Capillary + + + -
refill
Nyeri + + + (tumpul) -
Kekeringan Kering Lembab Lembab Kering
Lainnya - Edema, pucat Tidak terlalu Hangus, eskar
pucat

22
Gambar 3. Kedalaman Luka Bakar dan aspek klinis

Berdasarkan berat ringannya, luka bakar dapat dikelompokkan


menjadi tiga derajat yaitu:15

a. Luka bakar derajat ringan


 Luka bakar derajat II <15% pada orang dewasa
 Luka bakar derajat II<10% pada anak-anak
 Luka bakar derajat III<2%
b. Luka bakar derajat sedang
 Luka bakar derajat II <15-25% pada orang dewasa
 Luka bakar derajat II<10%-20% pada anak-anak
 Luka bakar derajat III<10%
c. Luka bakar derajat berat
 Luka bakar derajat II >25% pada orang dewasa
 Luka bakar derajat II>20% pada anak-anak
 Luka bakar derajat III>10%

23
 Luka bakar pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki dan
genitalia/perineum
 Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, dan disertai trauma lain.

F. Diagnosis

Asesmen Area Luka Bakar


Ketika mengestimasi area luka bakar, eritema dan luka bakar derajat
1 tidak diperhitungkan. Penting untuk membuka permukaan selama
penilaian, namun lingkungan harus tetap hangat.11
a. Permukaan palmar
Gunakan area permukaan palmar pasien (termasuk jari-jari) secara
kasar merupakan 1% total permukaan tubuh. Dapat digunakan untuk
mengestimasi luka bakar kecil (<15%) atau yang sangat besar (>85%,
hitung permukaan yang tidak terbakar). Namun untuk ukuran medium,
seringkali tidak akurat.11

b. Wallace rule of nines


Baik dan cepat. Lebih sering digunakan pada dewasa, yaitu area tubuh
dibagi berdasarkan area 9%. Sedangkan pada anak sedikit berbeda
karena ukuran kepalanya yang relative lebih besar sehingga kurang
akurat digunakan untuk anak-anak.11 Seluruh permukaan lengan,
masing-masing 9%, batang tubuh posterior dan anterior, masing-masing
18%, kepala/leher sebesar 9%, seluruh ekstremitas bawah, masing-
masing 18% dan area genital 1%.

24
Gambar 4. Wallace rule of nines

c. Lund and Browder


Dapat digunakan pada bentuk tubuh dan usia bervariasi, termasuk pada
anak-anak.11

25
Gambar 5. Lund and Browder Chart

G. Tatalaksana

Tatalaksana Awal
a. Hentikan proses luka bakar, jauhkan semua sumber luka bakar. Pakaian
sebaiknya dilepaskan karena dapat menahan panas.
b. Dinginkan luka bakar. Efektif pada 20 menit pertama, irigasi dengan air
15 oC selama 20 menit. Hal tersebut membantu melepaskan bahan
berbahaya, mengurangi nyeri, dan mengurangi edema dengan
menstabilkan sel mast dan pelepasan histamine. Jangan gunakan air
dengan es karena vasokonstriksi yang disebabkannya dapat
menyebabkan progresi luka bakar. Namun, mendinginkan area kulit
luka bakar yang luas dapat menyebabkan hipotermia, terutama pada
anak-anak.11,15
c. Luka bakar tertentu. Pasien dengan luka bakar sengatan listrik tegangan
tinggi dapat mengalami penurunan kesadaran atau memiliki EKG
abnormal saat masuk rumah sakit, sehingga memerlukan pemantauan
EKG 24 jam. Pasien dengan luka bakar kimia perlu dilakukan irigasi
dengan sejumlah besar air dalam waktu yang cukup lama, terutama
pada daerah mata. Pembengkakan kelopak mata dan spasme otot
disertai nyeri akan menghalangi pencucian adekuat. Untuk irigasi
kadang diperlukan prosedur retraksi kelopak mata yag baik.15

Initial Assesment

26
a. Airway
Sama halnya dengan bantuan hidup lanjut, sebaiknya servikal tetap
dilindungi kecuali yakin tidak terdapat jejas servikal. Inhalasi gas panas
dapat menyebabkan edema pita suara beberapa saat kemudian. Oleh
karena itu, jaga jalan napas tetap paten. Bila diperlukan dapat dilakukan
intubasi.11
Tanda-tanda trauma inhalasi adalah sebagai berikut:
 Riwayat luka bakar karena api atau luka bakar di ruangan tertutup
 Luka bakar yang luas dan dalam di area wajah, leher, atau upper
torso
 Bulu hidung yang terbakar
 Adanya sputum berkarbon atau partikel karbon di orofaring

Indikasi untuk dilakukan intubasi adalah sebagai berikut:

 Edema atau eritema area orofaring dari inspeksi langsung dengan


laringoskop
 Suara yang berubah menjadi kasar atau batuk kasar
 Stridor, takipnea atau dispnea

27
b. Breathing
Seluruh pasien luka bakar sebaiknya mendapat oksigen 100% dengan
non-rebreathing mask11
 Luka bakar yang mengellilingi dada, atau sangat luas dan dalam di
area dada, dapat membatasi pergerakan dada dan membuat ventilasi
inadekuat. Dibutuhkan tindakan eskarotomi
 Jejas yang mempenetrasi menyebabkan tension pneumothorax,
kontusio paru, dan trauma alveolar yang dapat menyebabkan adult
respiratory distress syndrome.
 Sekalipun telah dingin, hasil kombustio dapat masuk ke dalam paru-
paru dan mengiritasi paru yang menyebabkan inflamasi,
bronkospasme, dan bronkorhoea. Sillia pneumosit yang rusak dapat
berlanjut menjadi atelektasis atau pneumonia. Dapat diberikan
nebulizer atau ventilasi tekanan positif dengan positive end-
expiratory pressure (PEEP)
 Afinitas ikatan karbonmonoksida dengan deoksihemoglobin 40 kali
lebih kuat bila dibandingkan dengan oksigen. Karbonmonoksida
juga berikatan dengan protein intraseluler terutama melalui jalur
sitrokrom oksidase, Kedua proses tersebut menyebabkan hipoksia
ekstraseluler dan intraseluler. Pulse oximetry tidak dapat
membedakan keduanya sehingga dapat menunjukkan hasil yang
normal. Analisis gas darah dapat menunjukkan asidosis metabolic
dan peningkatan karboksihemoglobin. Berikan oksigen 100% untuk
mengeser kedudukan karbon monoksida dengan cepat.11

c. Circulation
Buat dua jalur intravena yang besar di area tanpa luka. Pada luka
bakar >20% diperlukan pemasangan kateter urine untuk memonitor
keluaran urine. Pada anak, bila tidak memungkinkan dengan akses
intravena, dapat menggunakan akses interoseus untuk sementara.
Namun, jalur intravena tetap harus segera dipasang.11
Total cairan yang dibutuhkan dalam 24 jam:

28
4 mL x luas luka bakar (%) x berat badan (Kg)

Lima puluh persen diberikan dalam 8 jam pertama dan selebihnya


dalam 16 jam setelahnya. Pada anak-anak, cairan yang dibutuhkan tiap
jamnya yaitu, 4 ml/KgBB untuk 10 kg pertama berat badan, 2 ml/KgBB
untuk 10 kg kedua berat badan, ditambah cairan dextrose 5% sebagai
cairan maintenance. Target urine output dewasa adalah 0,5–1
ml/Kg/Jam dan 1–2 ml/Kg/Jam pada anak-anak.11,15

Perlu juga dilakukan pemeriksaan CRT untuk menilai perfusi padi


organ perifer, normalnya < 2 detik.15

d. Disability
Periksa tingkat kesadaran pasien dengan Glasglow coma scale.
Penurunan kesadaran dapat terjadi karena hipoksia atau hipovolemi.
Dilakukan penilaian dengan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
serta penilaian terhadap reflex cahaya pupil.15

e. Exposure
Seluruh permukaan tubuh pasien harus diperiksa termasuk punggung,
untuk mendapatkan estimasi akurat dari area luka bakar dan jejas yang
menyertai. Pasien sebaiknya segera ditutupi selimut karena rentan
hipotermi, terutama anak-anak. Jangan lupa untuk menggali informasi
riwayat pasien, biasanya dilakukan dengan menggunakan AMPLE
(Allergies, Medication, Past Illness, Last Meal, Environment).15

Tatalaksana Lanjutan

29
a. Bersihkan luka
Bersihkan dengan sabun dan air atau cairan antibakteri seperti cairan
klorheksidin. Bila terdapat bula yang besar, sebaiknya dipecahkan dari
bagian dasar, kulit mati sebaiknya dibuang dengan gunting atau jarum
steril. Bula yang kecil sebaiknya dibiarkan saja.11
 Luka bakar derajat I
Cuci dengan air dan sabun, berikan pelembab atau antibiotik topical.
Dalam beberapa hari akan sembuh.11
 Luka bakar derajat II
 Bila terdapat bula intak, biarkan karena membantu penyembuhan
luka
 Bila bula sudah terbuka, buang semua kulit mati
 Berikan antibiotic topical, biasanya krim neomycin basitrasin
(Nebacetin) atau salep MEBO dua kali sehari dan tutup dengan
penutup kering
 Derajat II superficial biasanya sembuh dalam 10–14 hari.
Sedangkan derajat II dalam biasanya sembuh dalam 3–4 minggu

 Luka bakar derajat III


 Berikan antibiotic topical
 Biasanya butuh waktu minimal 4 minggu untuk sembuh dan
sembuh dengan jaringan parut hipertrofik
 Biasanya membutuhkan eksisi tangensial dan skin graft (kecuali
luka dengan diameter <4cm)
b. Gunakan dressing

30
Idealnya dalam 24 jam perlu dilakukan pemeriksaan dressing ulang.
Pertama kali dressing diganti setelah 48 jam, kemudian setiap 3-5 hari
berikutnya. Bila luka yang diberi dressing terasa nyeri, berbau,
terkontaminasi, keluar cairan berlebihan, atau adanya tanda-tanda
infeksi seperti demam, segera ganti dressing. Bila luka tidak sembuh
dalam 3 minggu, segera rujuk ke bedah plastic yang menangani luka
bakar. Bekas luka bakar akan kering dan sensitif. Dalam masa
penyembuhan dapat terasa gatal. Sebaiknya berikan krim pelembut dan
hindarkan dari paparan sinar matahari langsung.11
c. Suportif
Berikan analgesic, terutama luka bakar superficial karena sangat nyeri.
Bila NSAID tidak dapat mengatasi nyeri, dapat diberikan morfin oral
(pada luka bakar kecil) atau intravena. Dengan dosis 2-3 mg setiap kali
pemberian dan di titrasi untuk kontrol. Hati-hati pemberian karena dosis
berlebihan dapat menyebabkan pasien tidak bernapas. Jangan berikan
lebih dari 0,1 mg/KgBB dalam periode 1-2 jam. Berlaku pada anak-
anak dan dewasa.11
d. Luka bakar di wajah
Sebaiknya dirujuk ke spesialis bedah plastik. Namun bila hanya
sunburn, luka sebaiknya dibersihkan 2 kali sehari dengan solusio
klorheksidin terdilusi. Sebaiknya dilapisi krim seperti paraffin cair,
setiap 1-4 jam untuk meminimalisasi pembentukan krusta. Pasien
sebaiknya tidur dengan 2 bantal dalam 48 jam pertama untuk mencegah
edema wajah.11

e. Indikasi rujuk ke unit luka bakar


Seluruh luka bakar yang kompleks harus dirujuk yakni
 Usia < 5 tahun atau > 60 tahun
 Luka bakar mengenai wajah, tangan, perineum, di kaki bila
kehilangan banyak kulit, bila mengenai lipatan seperti aksila atau
leher, dan yang melingkar di ekstremitas, torso atau leher.
 Trauma inhalasi

31
 Trauma kimia > 5% total area tubuh, pajanan terhadap radiasi yang
mengionisasi, trauma listrik tegangan tinggi, trauma panas tekanan
tinggi, luka bakar asam hidrofluorat >1% total luas permukaan
tubuh, atau trauma yang diduga karena disengaja (kekerasan)
 Luas kulit yang terkena pada anak-anak <16 tahun sekitar >5% dari
seluruh luas permukaan tubuh, dewasa > 16 tahun bila >10% luas
permukaan tubuh.
 Adanya kondisi komorbid lain yang menyertai seperti kehamilan,
imunosupresi, gangguan jantung, fraktur, trauma kepala atau
kecelakaan.

H. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari luka bakar yang dapat terjadi:16


a. Infeksi
b. Kontraktur
c. Compartement syndrome

I. Prognosis

Prognosis pasien biasanya tergantung pada kondisi-kondisi yang menyertai


pasien, misalnya pasien dengan cedera inhalasi, syok, dan dengan
komplikasi-komplikasi lainnya akan semakin buruk. Selain itu juga
dipengaruhi oleh jenis luka bakar, luas dan kedalaman luka bakar, serta
lamanya kontak dengan sumber panas yang ada.12

32
BAB IV
ANALISIS KASUS

Sejak 3 jam SMRS pasien terkena ledakan tabung oksigen yang mengenai
paha dan area genital pasien. Pasien bekerja di perusahaan yang bergerak di
bidang batu bara. Setelah kejadian, pasien langsung di bawa ke klinik perusahaan
dan telah dilakukan irigasi pada luka bakar lalu dibalut dengan kassa. Selanjutnya
pasien dibawa ke RS AR Bunda Lubuk Linggau.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio femoralis sinistra tampak luka
dengan dasar putih, bula (-), nyeri (+), + 4,5% BSA. Pada regio genitalia, di area
glans penis dan skrotum tampak luka dengan dasar putih, bula (+), nyeri (+), 1%
BSA.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi dapat menyebabkan


permeabilitasnya meningkat. Hal ini menyebabkan edema dan timbulnya bula
yang mengandung banyak elektrolit sehingga volume cairan intravaskular
menurun. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat dua. Pada kasus didapatkan derajat luka bakar yaitu derajat IIA
(Superficial Dermal) sebab kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis
yang terlihat dari reaksi inflamasi akut dan proses eksudasi, ditemukan bula, dasar
luka berwarna merah dan nyeri akibat iritasi ujung saraf sensorik. Luka bakar
pada pasien ini tidak digolongkan derajat I karena pada luka bakar derajat I
kelainan hanya ditemmukan berupa eritema. Luka bakar juga tidak digolongkan
pada derajat III karena tidak dijumpai kulit yang berwarna abu-abu atau
kehitaman, pucat, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar dan tidak
dijumpai rasa nyeri akibat kerusakan total ujung serabut saraf sensoris. Luas luka

33
bakar yang dipakai pada kasus ini adalah menggunakan Wallace Rule of Nines,
dari hasil perhitungan didapatkan luas luka bakar 5.5%.

Tatalaksana awal untuk luka bakar adalah airway: bebaskan jalan napas dan
nilai adanya trauma inhalasi; breathing: nilai pernapasan; circulatory: pantau
tekanan darah, nadi dan resusitasi cairan; disability: nilai GCS dan environment:
menghentikan proses trauma bakar, menilai luas luka bakar dan periksa adakah
trauma penyerta lain. Pada pasien diberikan cairan dengan menggunakan rumus
baxter yaitu % luas area luka bakar x 4 cc x BB. Pasien juga diberikan antinyeri
dan antibiotik. Cairan dimonitoring dengan menilai urine output pada pasien.
Kemudian pasien dirawat inap, dilakukan wound toilet dengan salep Brunazine
dan NaCl.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Moenadjat, Y. 2005. Luka Bakar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.


2. Doherty, G.M., 2015. Current Diagnosis and Treatment Surgery 14 th edition.
California : McGraw-Hill Education.
3. Williams, N.S., et al. 2018. Bailey and Love’s Short of Practice Surgery 27 th
edition. UK : Taylor and Francis Group.
4. Ahmadsyah, I. Prasetyono, T. 2015. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat, R., de
Jong W., editor. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Anggowarsito, J. L. 2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Widya
Medika Surabaya. 2(2): 115-120.
6. James, W.D., et al. 2016. Andrew’s Disease of Skin 12th edition.
Philadelphia : Elsevier.
7. Tortora, G.J., Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology
12th Edition. US : John Willey and Son.
8. Grichnik JM, Rhodes AR, Sober AJ. Benign Neoplasias and Hyperplasias of
Melanocytes. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffell DJ. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th
Edition. New York: McGraw Hill. h. 1099-1121.
9. Budimulja U. Morfologi dan Cara Membuat Diagnosis. Dalam : Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 34-42.

35
10. Ahmadsyah, I. Prasetyono, T. 2015. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat, R., de
Jong W., editor. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
11. American College of Surgeons (ACS) Committees on Trauma. Advanced
trauma life support (ATLS) student course manual. Edisi ke-9. 2012.
12. Cameron, A. M., et al. Burn Wound Management: a Surgical Prespective.
Wound Practice and Research. 2010 Feb. 18(1): 35-40.
13. Tiwari, V. K. Burn Wound: How it Differs From Other Wounds?. Indian
Journal of Plastic Surgery. 2012 May-Aug. 45(2): 364-373.
14. Rahayuningsih, T. 2012. Pentalaksanaan Luka Bakar (Combustio).
(https://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/viewFile/11/9,
Diakses tanggal 14 Desember 2018).
15. Emergency Management of Severe Burns (EMSB), Course Manual, 17th
edition. Australia and New Zealand Burn Association Ltd, Februari 2013.
16. Masood, R. A., et al. Burn Cases, Their Management and Complications: A
Review. International Current Pharmaceutical Journal. 2016 Nov. 5(12):
103-105.

36

Anda mungkin juga menyukai