Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus Juli, 2020

ULKUS MOLE

Oleh :
dr. Nabila Aulia Ramadhanty

Dokter Penanggung Jawab :

dr. Maryam Albaar, Sp.KK, M.Kes

Dokter Pendamping :

dr. Niko. S.Ked


dr. Hans Tunggadi

Rumah Sakit Umum Daerah Ampana


Kabupaten Tojo Una-una
Sulawesi Tengah
2020
KASUS MEDIK

Topik : Ulkus Mole

Tanggal Kasus : 16 Juni 2020 Presenter : dr. Nabila Aulia Ramadhanty

Pendamping : dr. Hans Tunggadi, dr. Niko, S.Ked


Tanggal Presentasi : -
Pembimbing : dr. Maryam Albaar, Sp.KK, M.Kes

Tempat Presentasi : RSUD Ampana Kab. Tojo Una – Una

Objektif Presentasi

Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja Dewasa Lansia □ Bumil

Pasien Laki-laki berumur 20 tahun datang dengan keluhan nyeri pada penis
sejak 1 minggu yang lalu disertai dengan BAK bernanah sejak 3 hari yang
□ Deskripsi lalu, nyeri penis (+) jika disentuh, nyeri tekan pada suprapubik (+), Demam
(+) sejak 2 hari yang lalu, menggigil (+) disertai dengan keringat dingin,
mual (+), muntah (-), batuk (-), sakit kepala (-), BAB (+) biasa.

□ Tujuan Mendiagnosis dan Menangani kasus Ulkus Mole

Bahan Bahasan □Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit

Cara
□ Diskusi Presentasi dan Diskusi □ Email □ Pos
Membahas

Data Pasien Nama : Tn.R No. Registrasi : 125375

Alamat :
Nama RS : Terdaftar sejak
Ds.Tangbangyce
RSUD Ampana Tojo Una – Una -
Kec. Ulubongka

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :


 Ulkus Mole
 Pasien Laki-laki berumur 20 tahun datang dengan keluhan nyeri pada penis sejak 1 minggu
yang lalu disertai dengan BAK bernanah sejak 3 hari yang lalu, nyeri penis (+) jika disentuh,

2
nyeri tekan pada suprapubik (+), Demam (+) sejak 2 hari yang lalu, menggigil (+) disertai
dengan keringat dingin, mual (+), muntah (-), batuk (-), sakit kepala (-), BAB (+) biasa.
2. Riwayat Pengobatan :
-

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :


 Riw. nyeri BAK (+) dan BAK (+) berdarah 1 tahun yang lalu dengan diagnosis
Susp.BSK
 Riwayat Alergi makanan dan obat (-)
 Riw. Keluar kota (-) dan kontak dari orang luar kota (-)

4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama seperti pasien.

5. Riwayat Pekerjaan :
Petani

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :


Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan satu adik perempuan.

7. Riwayat Kebiasaan : Merokok dan Alkohol disangkal


8. Lain – lain :
Riwayat Sexualitas : Pasien mengatakan tidak pernah berhubungan sexual dengan lawan jenis.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

3
Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital:

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg


- Nadi : 88 kali/menit
- Pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu : 36.6 °C

1. Kepala
 Bentuk dan ukuran : Bulat, Normocephal, Deformitas (-)
 Rambut : Warna hitam, Alopecia (-), Tidak mudah dicabut
 Mata : Mata tidak cekung, Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-, Refleks
cahaya +/+, pupil bulat, isokor ±2mm.
 Hidung : Sekret -/-, Nafas Cuping Hidung (-), Perdarahan (-)
 Mulut : Sianosis (-), Trismus (-)
 TMJ : Dislokasi (-), Krepitasi (-), Deformitas (-)

2. Leher
 JVP : Tidak meningkat
 Kaku Kuduk : Tidak ada

3. Thoraks
 Paru
Inspeksi : Simetris Kiri dan Kanan

4
Palpasi : Tidak teraba benjolan, Taktil Fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

 Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS IV 2 cm medial garis midklavicularis kiri
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, bising (-)

4. Abdomen
 Inspeksi : Kesan Datar, ikterik (-), spider nevy (-), dilatasi vena (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
 Perkusi : Timpani di empat kuadran abdomen
 Palpasi : NT (-) regio Epigastrium
- Hepar dalam batas normal
- Lien tidak teraba

5. Genitalia
Reg. Penis : Ulkus (+) pada glans penis, eritema (+), perdarahan aktif (-), nyeri tekan
(+), duh (+) pada OUE.

6. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema.

Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema.

Laboratorium :

DARAH RUTIN

WBC 31.6 x 103/µL

5
URINALISIS GDS
Glukosa - mg/dL 177 mg/dL
Protein +1 70 mg/dL
Bilirubin - mg/dL
Urobilinogen mg/dL RAPID TEST
PH 6.0
S.G 1.015 COVID-19
RBC 3.62 x 106/µL
BLD +3 Over mg/dL
HGB 9.8 g/dL Keton - mg/dL- IgM Covid-19 Non
Nitrat +1 mg/dL
HCT 29.2 % Reaktif
Leukosit 500 Leu/uL
PLT 497 x 103/µL Color Colorless - IgG Covid-19 Non

Neutrofil 31.2 % Reaktif

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN

1. Subjektif :
Pasien Laki-laki berumur 20 tahun datang dengan keluhan nyeri pada penis sejak
1 minggu yang lalu disertai dengan BAK bernanah sejak 3 hari yang lalu, nyeri

6
penis (+) jika disentuh, nyeri tekan pada suprapubik (+), demam (+) sejak 2 hari
yang lalu, menggigil (+) disertai dengan keringat dingin, mual (+), muntah (-),
batuk (-), sakit kepala (-), BAB (+) biasa.

2. Objektif :
Status Generalis

Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital:

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg


- Nadi : 88 kali/menit
- Pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu : 36.6 °C

Kepala
Bentuk dan ukuran : Bulat, Normocephal, Deformitas (-)
Rambut : Warna hitam, Alopecia (-), Tidak mudah dicabut
Mata : Mata tidak cekung, Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-,
Refleks cahaya +/+, pupil bulat, isokor ±2mm.
Hidung : Sekret -/-, Nafas Cuping Hidung (-), Perdarahan (-)
Mulut : Sianosis (-), Trismus (-)
TMJ : Dislokasi (-), Krepitasi (-), Deformitas (-)

Leher
JVP : Tidak meningkat
Kaku Kuduk : Tidak ada

Thoraks
 Paru

7
Inspeksi : Simetris Kiri dan Kanan
Palpasi : Tidak teraba benjolan, Taktil Fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

 Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi :Teraba ictus cordis di ICS IV 2 cm medial garis midklavicularis
kiri
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, bising (-)

Abdomen
 Inspeksi : Kesan Datar, ikterik (-), spider nevy (-), dilatasi vena (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
 Perkusi : Timpani di empat kuadran abdomen
 Palpasi : NT (-) regio Epigastrium
- Hepar dalam batas normal
- Lien tidak teraba

Genitalia
Reg. Penis : Ulkus (+) pada glans penis, eritema (+), perdarahan aktif
(-), nyeri tekan (+), duh (+) pada OUE.

8
Ekstremitas

Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema.

Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema.

Laboratorium :

DARAH RUTIN

WBC 31.6 x 103/µL

9
URINALISIS GDS
Glukosa - mg/dL 177 mg/dL
Protein +1 70 mg/dL
Bilirubin - mg/dL
Urobilinogen mg/dL RAPID TEST
PH 6.0
S.G 1.015 COVID-19
RBC 3.62 x 106/µL
BLD +3 Over mg/dL
HGB 9.8 g/dL Keton - mg/dL- IgM Covid-19 Non
Nitrat +1 mg/dL
HCT 29.2 % Reaktif
Leukosit 500 Leu/uL
PLT 497 x 103/µL Color Colorless - IgG Covid-19 Non

Neutrofil 31.2 % Reaktif

3. Assesment

Setelah dilakukan anamnesis (subjektif), pemeriksaan fisik dan penunjang


(objektif) pada pasien, maka diagnosis kasus ini dapat ditegakkan sebagai berikut:

 Diagnosis Klinis : Ulkus Mole

Penegakkan diagnosis dipikirkan berdasarkan penjelasan berikut ini :

Pasien laki-laki umur 20 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
penis sejak 1 minggu yang lalu disertai dengan BAK bernanah sejak 3 hari yang
lalu, nyeri penis (+) jika disentuh, nyeri tekan pada suprapubik (+), demam (+)

10
sejak 2 hari yang lalu, menggigil (+) disertai dengan keringat dingin, mual (+),
muntah (-), batuk (-), sakit kepala (-), BAB (+) biasa. Riwayat penyakit
sebelumnya nyeri BAK (+) dan BAK (+) berdarah 1 tahun yang lalu dan
diagnosis dengan Susp.BSK. Tidak ada keluhan yang sama di keluarga. Pasien
menyangkal berhubungan seks dengan lawan jenis.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD : 130/80 mmHg, nadi 88 kali/menit,


respirasi 20 kali menit, Suhu 36.6 °C. Dan pada pemeriksaan genitalia di dapatkan
pada Ulkus (+) pada glans penis, eritema (+), nyeri jika di tekan (+), dan terdapat
duh (+) pada OUE. Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan
WBC 31.6 x 103/µL, RBC 3.62 x 103/µL, HGB 9.8 g/dL, HCT 29.2 %, PLT 492 x
3
10 /µL, Neutrofil 31.2 %. Dan pada pada pemeriksaan urinalisis didapatkan PH 6.0, BLD
+3 mg/dL, Leukosit 500 Leu/µL, Nitrat +1 mg/dL.

4. Diskusi
Pasien laki-laki umur 20 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
pada penis sejak 1 minggu yang lalu disertai dengan BAK bernanah sejak 3 hari
yang lalu, nyeri penis (+) jika disentuh, nyeri tekan pada suprapubik (+), demam
(+) sejak 2 hari yang lalu, menggigil (+) disertai dengan keringat dingin, mual
(+), muntah (-), batuk (-), sakit kepala (-), BAB (+) biasa.
Ulkus mole atau sering disebut chancroid adalah penyakit ulkus genital
akut, setempat dapat berinokulasi sendiri (autoinoculation), disebabkan oleh
Haemophilus ducreyi, dengan gejala klinis khas berupa ulkus di tempat masuk
kuman dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening regional. Ulkus mole
merupakan salah satu IMS (infeksi menular seksual) klasik, yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat karena H. ducreyi dan HIV akan saling
memudahkan penularan.
Faktor resiko utama untuk ulkus mole termasuk penggunaan kokain, seks
bebas dan obat – obatan. Ulkus mole lebih menonjol pada kelompok social
ekonomi social rendah. Lelaki yang tidak di sirkumsisi lebih rentan terhadap H.
ducreyi. Kemungkinan 10 % pasien dengan ulkus mole mungkin terinfeksi
dengan T.Palladium atau HSV.

11
Penyebab ulkus mole berupa basil gram negatif, tidak berkapsul dan
anaerob fakultatif yang disebut Haemophlus ducreyi. Kuman ini merupakan
patogen bagi manusiadan menginfeksi kulit genitalia dan sekitarnya, permukaan
mukosa, serta kelenjar getah bening regional. Penyakit ini terutama menular
melalui hubungan seksual dengan seseorang yang telah terinfeksi. Organisme
masuk ke kulit dan atau membrane mukosa melalui abrasi mikro yang terjadi saat
hubungan seksual.
Pada pria, lesi biasanya ditemukan di prepusium, lipatan
balanoprepusium, dan batang penis. H ducreyi memasuki kulit saat melakukan
hubungan seksual melalui mikroabraasi di kulit. Papula berkembang menjadi
pustula yang berlanjut ke ulserasi. Infeksi primer berkembang di tempat inokulasi
(istirahat di epitel), diikuti oleh limfadenitis. Masa inkubasi ulkus mole pendek,
berkisar antara 3 sampai 7 hari, jarang sampai 14 hari, tanpa gejala prodromal.
Diawali dengan papul inflamasi yang cepat berkembang menjadi ulkus nyeri
dalam 1-2 hari. Pada lesi kulit primer di temukan papula kemerahan dan
lingkaran eritema yang berkembang menjadi pustule, erosi dan ulkus. Ulkus
biasanya cukup luka atau nyeri. Ulkus memiliki batas yang tajam, tidak beraturan
dan tidak mengeras. Ulkus multiple kadang – kadang membentuk kissing lesion
yaitu lesi yang timbul pada permukaan saling berhadapan.
Setelah masa inkubasi 3 sampai 5 hari, papul merah yang nyeri muncul di
tempat kontak dan dengan cepat menjadi pustular dan pecah membentuk
permukaan irregular, ulkus berbentuk acak yang tidak beraturan dengan lingkaran
merah. Setelah masa inkubasi 3 sampai 5 hari, papul merah yang nyeri muncul di
tempat kontak dan dengan cepat menjadi pustular dan pecah membentuk
permukaan irregular, ulkus berbentuk acak yang tidak beraturan dengan lingkaran
merah. Limfadenopati inguinal unilateral atau bilateral berkembang pada kira-kira
50% pasien yang tidak diobati, dimulai sekitar 1 minggu setelah lesi awal.
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram karena di
RSUD Ampana tidak mempunyai alat yang memadai dalam pemeriksaan tersebut.

12
Pewarnaan gram pada eksudat ulkus bisa menunjukan gram negatif cocobacili
kecil dalam rantai. Deteksi langsung menggunakan pemeriksaan mikroskopik
pada lesi ulkus mole biasanya menunjukan lembaran pola “school of fish “.

Diagnosis banding pada pasien ini (1) Herpes Genital ; Lesi muncul
sebagai vesikel – vesikel berkelompok di atas dasar yang eritematosa. Lesi
kemudian menjadi pustule, berkrusta, dan mengalami erosi. Pada pria, lesi
biasanya terjadi pada kelenjar penis atau batang penis. (2) Sifilis Primer Sifilis
adalah infeksi yang di sebabkan oleh Traponema pallidum subspecies pallidum.
Chancre khas, yang juga disebut chancre Hunterian atau "ulcus durum" (ulkus
keras), berdiameter beberapa milimeter sampai 2 cm dan ditandai dengan jelas
dengan batas yang regular dan keras, sehingga memberi kesan lesi kartilago.
Permukaan basalnya biasanya bersih dan chrance tidak terasa nyeri. (3)
Limphogranuloma Venerum ; Pada infeksi primer3 sampai 30 hari setelah infeksi,
papula eritematosa 5-8 mm tanpa rasa sakit atau ulser herpetiform kecil muncul di
tempat inokulasi. Ulserasi yang menyakitkan dan uretritis nonspesifik kurang
umum. Pada pria, lesi biasanya ditemukan pada sulkus koronal, preputium, atau
penis glans.

Terapi medikamentosa pada pasien Ulkus Mole berdasarkan kerentanan in


vitro, obat yang paling aktif melawan H. ducreyi adalah azitromisin, ceftriaxone,
ciprofloxacin, dan eritromisin.

13
Pengobatan lokal terdiri dari pemebrian antiseptik (contoh; povidone-
iodine). Nodul supuratif tidak harus di insisi; Jika perlu, nodul tersebut dapat di
pecahkan untuk mencegah ruptur spontan dan pembentukan saluran sinus. Jarum
suntik besar harus digunakan dan bubo yang fluktuatif dengan cara masuk ke
bagian lateral melalui kulit normal.

Pasien yang didiagnosis dengan chancroid harus diberi konseling mengenai


pencegahan IMS lainnya: (1) Selain pemeriksaan kesehatan seksual regular. (2)
Pasien harus di uji ulang untuk sifilis dan HIV tiga bulan setelah diagnosis ulkus
mole, jika hasil tes awal negative. (3) Penggunaan kondom.

Prognosis pada pasien ulkus mole bila terapi berhasil, keluhan akan
menghilang dalam waktu 3 hari, dan ulkus membaik dalam waktu 1 – 2 minggu
pengobatan. Ulkus yang besar memerlukan waktu lebih dari 2 minggu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ulkus mole atau sering disebut chancroid adalah penyakit ulkus genital
akut, setempat dapat berinokulasi sendiri (autoinoculation), disebabkan oleh
Haemophilus ducreyi, dengan gejala klinis khas berupa ulkus di tempat masuk
kuman dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening regional.1

14
Ulkus Mole adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan ulkus
kelamin yang menyakitkan dan limfadenitis inguinalis. Ulkus vagina yang
disebabkan oleh infeksi kuman ini terasa nyeri, namun lesi serviks tidak
menimbulkan rasa sakit. 2
Ulkus mole atau Chancroid, yang biasa disebut chancre “ lunak ” adalah
penyakit ulseratif akut yang sering dikaitkan dengan adenopati inguinalis
(bubo). Agen penyebabnya adalah Haemophilus ducreyi. Bakteri ini adalah
batang gram negatif kecil yang tidak bermotif, yang memiliki karakteristik
“merantai” pada pewaraan gram. Bakteri ini merupakan bakteri anaerob
fakultatif dengan kebutuhan pertumbuhan yang tajam.3

B. Epidemiologi

Wabah ulkus mole telah dilaporkan terjadi di sejumlah kota di negara-


negara industri selama dua dekade terakhir, terutama di Amerika Serikat.
Setelah epidemi di California pada tahun 1981, jumlah kasus mencapai
puncaknya pada tahun 1987 pada 5.035 kasus. Dalam studi pada sepuluh kota,
dikonfirmasi pada 12% ulkus genital di Chicago dan 20% di Memphis.
Sebaliknya, hanya 23 kasus ulkus mole yang dilaporkan ke Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2007. Kejadian sebenarnya
di sebagian besar wilayah masih belum jelas dan mungkin sangat tidak
dilaporkan karena media kultur konfirmatori atau metode amplifikasi DNA
tidak tersedia secara komersial. Epidemiologi chancroid global begitu buruk
didokumentasikan sehingga tidak termasuk dalam perkiraan WHO tentang
kejadian global penyakit menular seksual yang dapat disembuhkan. Secara
keseluruhan, ulkus mole menyumbang 8 kasus (3%) ulkus genital di klinik
infeksi menular seksual (IMS) di Paris dari tahun 1995 sampai 2005.4

Epidemiologi di banyak Negara berkembang, ulkus mole adalah penyakit


yang umum dan merupakan masalah kesehatan yang utama. Di banyak negara,
ulkus mole endemic dan WHO (world health organization) memperkiran
terjadi insidensi 7 juta kasus. Di Amerika Serikat, jarang terjadi dan biasanya

15
terjadi pada wabah diskrit. Pada tahun 2005, hanya 17 kasus ulkus mole yang
di laporkan di Amerika Serikat. Walaupun ulkus mole telah menjadi penyakit
menular seksual yang jarang di Amerika Serikat, hal ini dapat
dipertimbangkan dalam diagnosis pasien beresiko tinggi dengan area endemic
pekerja seks komersial sebagai reservoir penyakit.3

Berbeda dengan genital herpes, jumlah kasus ulkus mole menurun secara
keseluruhan dengan pengecualian langka seperti Malawi dengan 15% penyakit
ulkus genital dan India Utara dengan 24% penyakit ulkus genital. Studi dari
Malawi diterbitkan pada tahun 2013, meskipun menggunakan data dari tahun
2004 sampai 2006. Sebuah tinjauan sistematis baru-baru ini menganalisis 49
studi tentang ulkus mole; 35 diterbitkan pada tahun 1980-1999 dan 14 selama
2000- 2014. Proporsi ulkus genital yang disebabkan oleh H. ducreyi berkisar
pada periode sebelumnya dari 0% di Thailand dan China menjadi 68,9% di
Afrika Selatan.5

C. Faktor Resiko

Faktor resiko utama untuk ulkus mole termasuk penggunaan kokain, seks
bebas dan obat – obatan. Ulkus mole lebih menonjol pada kelompok social
ekonomi social rendah. Lelaki yang tidak di sirkumsisi lebih rentan terhadap
H. ducreyi.Kemungkinan 10 % pasien dengan ulkus mole mungkin terinfeksi
dengan T.Palladium atau HSV. Diperkirakan probabilitas transmisi ulkus
mole secara seksual dengan paparan tunggal adalah 0,35.3

Ulkus mole disebabkan oleh batang pendek gram negatif H. ducreyi. Rasio
perbandingan laki – laki dan perempuan 10 : 1, ulkus mole dominan
mempengaruhi laki – laki heteroseksual dan banyak kasus berasal dari
prostitusi, yang sering kali tidak memiliki gejala.6

16
Tabel 1.Faktor resiko ulkus genital6

D. Etiopatogenesis

Penyebab ulkus mole berupa basil gram negatif, tidak berkapsul,dan


anaerob fakultatif yang disebut Haemophlus ducreyi. Kuman ini merupakan
patogen bagi manusia dan menginfeksi kulit genitalia dan sekitarnya,
permukaan mukosa, serta kelenjar getah bening regional. Penyakit ini
terutama menular melalui hubungan seksual dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Organisme masuk ke kulit dan atau membrane mukosa melalui
abrasi mikro yang terjadi saat hubungan seksual. Leokosit polymorphonucear
(PMN) dan makrofag segera mengitari bakteri dalam pustule mikro, namun
tidak mampu menyingkirkan organism tersebut. Keberadaan bakteri
menyebabkan perkembangan penyakit dari bentuk pustular menjadi ulseratif.1

E. Gejala Klinis

Lokasi lesi bergantung pada tempat inokulasi.Pada pria, lesi biasanya


ditemukan di prepusium, lipatan balanoprepusium, dan batang penis. Pada

17
wanita, lesi terdapat di labia mayora, komisura posterior, atau daerah perianal.
Lesi di luar genital pernah dilaporkan.7

H ducreyi memasuki kulit saat melakukan hubungan seksual melalui


mikroabraasi di kulit. Papula berkembang menjadi pustula yang berlanjut ke
ulserasi. Infeksi primer berkembang di tempat inokulasi (istirahat di epitel),
diikuti oleh limfadenitis. Ulkus genital ditandai oleh infiltrat makrofag
perivaskular dan interstisial dan limfosit CD4 + dan CD8 +, sesuai dengan
hipersensitivitas tipe lambat, respons imun yang dimediasi oleh sel. Sel CD4 +
dan makrofag di ulkus dapat menjelaskan fasilitasi penularan HIV / AIDS
pada pasien dengan ulkus mole.8,9

Masa inkubasi ulkus mole pendek, berkisar antara 3 sampai 7 hari, jarang
sampai 14 hari, tanpa gejala prodromal. Masa inkubasi dapat memanjang pada
pengidap HIV. Diawali dengan papul inflamasi yang cepat berkembang
menjadi ulkus nyeri dalam 1-2 hari. Pada lesi kulit primer di temukan papula
kemerahan dan lingkaran eritema yang berkembang menjadi pustule, erosi
dan ulkus. Ulkus biasanya cukup luka atau nyeri. Ulkus memiliki batas yang
tajam, tidak beraturan dan tidak mengeras. Dasar gembur dengan jaringan
granulasi dan ditutup dengan eksudat abu – abu sampai kuning. Dapat di
jumpai ulkus – ulkus satelit. Ulkus mudah berdarah jika lapisan tersebut
diangkat. Terdapat edema dari preputium yang umum dan ulser mungkin
tunggal atau multiple. Penggabungan membentuk ulkus besar atau raksasa
dengan ukuran lebih dari 2 cm dengan bentuk serpiginous. Ulkus multiple
kadang – kadang membentuk kissing lesion yaitu lesi yang timbul pada
permukaan saling berhadapan.1,7,9

18
(A) (B)

Gambar 1:

(A). Ulkus yang nyeri pada sekelilingnya terdapa eritema dan edema,

B. Ulkus multiple yang terdapat pada vulva setelah inokulasi

Setelah masa inkubasi 3 sampai 5 hari, papul merah yang nyeri muncul di
tempat kontak dan dengan cepat menjadi pustular dan pecah membentuk
permukaan irregular, ulkus berbentuk acak yang tidak beraturan dengan
lingkaran merah (Gambar 1 ). Ulkus dalam, tidak dangkal seperti pada herpes,
mudah berdarah dan menyebar secara lateral, menggali di bawah kulit dan
memberi lesi pada tepi yang tergerai dan dasar yang ditutupi oleh eksudat abu-
abu. Ulkus sangat menular, dan banyak lesi muncul pada alat kelamin dari
autoinokulasi.6

Gejala sistemik, termasuk anorexia, malaise, dan demam ringan, kadang


kala ada. Kasus yang tidak diobati bisa sembuh secara spontan atau, lebih
sering, berkembang menyebabkan ulserasi berat, phimosis parah, dan jaringan
parut. Wanita mungkin memiliki banyak, ulkus yang menyakitkan di labia dan
anus dan jarang terjadi di dinding vagina dan leher rahim. Hasil autoinokulasi
pada lesi pada pantat, selangkangan dan anus. Pembawa wanita mungkin tidak
memiliki kelainan yang terdeteksi dan mungkin tanpa gejala.6

19
Gambar 2
Ulkus mole, tampak ulkus yang terasa nyeri pada corpus penis.6

Gambar 3
Ulkus mole, pada ulkus di dapatkan batas yang tidak teratur.6

20
Gambar 4
Ulkus mole, ulkus yang lebih besar dengan dasar yang purulent.6

Limfadenopati inguinal unilateral atau bilateral berkembang pada kira-kira


50% pasien yang tidak diobati, dimulai sekitar 1 minggu setelah lesi awal.
Nodus kemudian dapat sembuh secara spontan atau mengalami supurasi dan
pecah. Nanah pada bubo biasanya tebal dan berwarna putih kekuningan. Bubo
kurang umum pada ditemukan pasien wanita.4,6
Tempat masuk kuman merupakan daerah yang sering atau mudah
mengalami abrasi, erosi atau ekskoriasi akibat trauma atau iritasi yang
berkaitan dengan hygiene perorangan yang kurang baik. Ulkus dapat
menyebar ke perieneum, anus, skrotum, tungkai atas atau abdomen, bagian
bawah sebagai akibat inokulasi sendiri. Ulkus mole dapat terjadi di dalam
uretra dan menimbulkan keluhan dan gejala seperti ureteritis non-gonore.
Pasien perempuan kadang – kadang tidak menyadari dirinya telah terinfeksi,
keluhan pada perempuan sering kali tidak berhubungan dengan ulkus,
misalnya dysuria, nyeri saat defekasi, dyspareunia atau duh vagina. Dapat pula
terjadi lesi pada serviks, perineum, anorektum atau orofarings.1

Beberapa varian ulkus mole meliputi :1

a. Drwarf chancroid: lesi kecil, dangkal, dapat menyerupai herpes


genitalis, relatife tidak nyeri. 1
b. Giant chancroid: ulkus soliter dan besar, granulomatosa, di lokasi
bubo inguinal yang pecah, meluas sampai tepinya. 1

21
c. Follicular chancroid: terutama di jumpai pada perempuan berkaitan
dengan folikel rambut di daerah labia mayora dan pubis, berawal
sebagai pustul folikularis, kemudian membentuk ulkus klasik tempat
tersebut. 1
d. Transient chancroid: ulkus sangat dangkal, yang segera sembuh,
diikuti oleh bubo inguinal yang khas. 1
e. Phagedenic chancroid (ulcus mole gangrenosum): ulkus nekrotik
akibat infeksi sekunder oleh fusospirocheta. Ulkus menyebabkan
destruksi luas genitalia. 1
f. Serpigenous chancroid: beberapa ulkus bergabung, menyebar akibat
perluasan ulkus dan inokulasi sendiri. 1
g. Papular chancroid (ulcus molle elevatum): papul berulserasi
granulomatosa, dapat menyerupai donovanosis atau kondilomalatum. 1
h. Mixed chancroid: ulkus mole yang nyeri tanpa indurasi terdapat
sekaligus bersama ulkus sifilis dengan indurasi dan tanpa nyeri,
dengan masa inkubasi 10 – 90 hari. 1

F. Pemeriksaan Penunjang

Investigasi diagnosis harus dicurigai jika ada riwayat ulserasi yang terasa
nyeri setelah periode inkubasi yang diperlukan dan pembentukan bubo
unilateral dengan atau tanpa adanya pembentukan nodus. Pengujian untuk H
ducreyi tidak tersedia secara rutin di kebanyakan laboratorium di Inggris.
Diagnosis pasti chancroid memerlukan isolasi laboratorium dari H Ducreyi
dan harus dicari untuk konfirmasi diagnosis bila memungkinkan. Pewarnaan
gram pada eksudat ulkus bisa menunjukan gram negatif cocobacili kecil
dalam rantai. Deteksi langsung menggunakan pemeriksaan mikroskopik pada
lesi ulkus mole biasanya menunjukan lembaran pola “school of fish”, namun
pemeriksaan ini memiliki sensitifitas dan spesifisits rendah dan tidak lagi
direkomendasikan.10,11

22
Gambar 5
Pewarnaan gram yag di lakukan pada ulkus mole, di dapatkan gambaran
School of fish.11

H ducreyi adalah bakteri yang sangat pemilih dan sulit untuk di kultur.
Material kultur di amati dari ulkus basal atau nanah pus memilki sensitifitas
yang kurang dan spesifitas media transport dan fasilitas culture.Identifikasi H.
ducreyi dari kultureksudat atau aspirasi limfadenopati supuratif dapat
menegaskan diagnosisnya, namun organisme itu sulit tumbuh dan
membutuhkan media selektif yang tidak banyak ditemukan. Perkembangan
media kultur telah meningkatkan hasil, dengan sensitivitas kultur yang
dilaporkan sekitar 75%.10,11
Metode nonkultur untuk mendeteksi H. ducreyi secara khusus adalah PCR,
adalah pendekatan diagnosis yang paling menjanjikan. PCR multipex untuk H
ducreyi telah dikaitkan dengan sensitivitas yang lebih baik dari pada 95%
pada beberapa penelitian. Penggunaan PCR telah merevolusi dalam diagnosis
ulkus mole. Beberapa tes ini memiliki keuntungan menguji secara simultan
patogen yang sesuai, terutama Treponema Palidumdan virus herpes simplex.
PCR harus di minta bila tersedia fasilitas yang sesuai, pada pasien dengan lesi
yang mencurigakan yang kembali dari Negara – Negara endemic atau rekan –
rekan mereka. Penyakit ulkus pada genital kadang mempunyai etiologi
campuran sehingga pemeriksaan untuk pataogen genital lainnya penting untuk

23
di lakukan dan follow up pemeriksaan serologi di lakukan untuk pemeriksaan
sifilis dan HIV. 10,11

Teknik penguat asam nukleat (NAAT) sangat baik untuk menunjukkan H.


ducreyi secara klinis pada bahan sampel. Pertumbuhan strain individu tidak
memengaruhi hasil NAAT spesifik pertumbuhan persyaratan tidak
memengaruhi hasil NAAT dan NAAT menunjukkan tingkat deteksi yang
lebih tinggi daripada kultur.Karena metode ini tidak bergantung pada bakteri
hidup, sampeldapat dianalisis di laboratorium yang ditempatkan dari jarak
jauhdari pasien, yang relevan di Eropa dimana hanya beberapa laboratorium
yang menyediakan NAAT untuk speseimen H. ducreyiharus diperoleh seperti
yang dijelaskan untuk pengambian sampe kultur tidak ada media transportasi
tertentu yang diperlukan kecuali prosedur khusus yang terkait dengan NAAT
individu. Spesimen yang diambil untuk kulture juga bisa digunakan NAAT.
Eksudat dari borok harus dikumpulkandengan menggosok kuat bagian dasar
lesi dengan kapas steril.5

G. Diagnosis

Menurut CDC, kemungkinan diagnosis ulkus mole, baik untuk keperluan


klinis maupun surveilans, dapat dilakukan jika memenuhi kriteria berikut ini:

1. Pasien memiliki satu atau lebih bisul genital yang menyakitkan;5

2. Presentasi klinis, munculnya ulkus genital dan, jika ada, limfadenopati


regional khas untuk ulkus mole;5

3. Pasien tidak memiliki bukti infeksi Treponema pallidum melalui


pemeriksaan lapangan gelap atau uji penguat asam nukleat (NAAT)
eksudat ulkus atau dengan tes serologis untuk sifilis yang dilakukan paling
sedikit tujuh hari setelah onset ulkus; dan5

4. NAAT untuk kultur HSV atau HSV yang dilakukan pada eksudat ulkus
adalah negatif (IV, C).5

24
H. Diagnosis Banding

Tiga agen etiologi klasik untuk ulserasi genital adalah (1) H. ducreyi, (2)
Treponema pallidum, dan (3) Herpes simpleks. Gambaran klinis penyakit
yang disebabkan oleh ketiga organisme ini dapat sangat bervariasi pada pria
dan wanita, dan oleh karena itu, diagnosis klinis penyakit ulkus genital dapat
dilakukan dengan kepastian yang wajar hanya untuk sebagian kecil pasien.
Etiologi ulkus genital juga berbeda jauh menurut wilayah geografis. Di
negara-negara industri, terisolasi chancres menyakitkan kemungkinan besar
karena virus herpes simpleks. Dalam persentase yang tinggi dari ulkus genital,
tidak ada patogen yang dapat diisolasi tetapi koinfeksi dengan sifilis (ulcus
mixtum) atau herpes simpleks juga tidak biasa.4

Tabel 2:

25
Diagnnosis Banding Ulkus Mole4

1. Herpes Genital

Genital herpes adalah presentasi klinis utama infeksi HSV-2,


namun mungkin juga terjadi akibat HSV-1 pada 10% -40% kasus,
terutama setelah kontak genital oral. Karena epidemiologi mereka,
infeksi genital HSV-1 yang mengembangkan kambuhan herpes genital
yang sering harus diuji untuk infeksi HSV-2. Viremia terjadi pada
sekitar 25% orang selama herpes genital primer.4

Gambaran klinis herpes genital akut episode pertama di antara


pasien dengan infeksi HSV-1 dan HSV-2 serupa. Infeksi ini terkait
dengan lesi genital yang luas pada berbagai tahap evolusi, termasuk
vesikula, pustula, dan ulkus eritematosa yang mungkin memerlukan 2-
3 minggu untuk menyelesaikannya. Pada awalnya, lesi muncul sebagai
vesikel – vesikel berkelompok di atas dasar yang eritematosa. Lesi
kemudian menjadi pustule, berkrusta, dan mengalami
erosi.Pembentukan krusta terjadi selama 25 hingga 20 hari, sebelum
reepitalisasi di mulai. Pada pasien dengan gangguan imunitas dapat
terbentuk ulkus kronik atau papul berkrusta atau verukosa.4,7

Pada pria, lesi biasanya terjadi pada kelenjar penis atau batang
penis; Pada wanita, lesi bisa melibatkan vulva, perineum, bokong,
vagina, atau leher rahim. Ada nyeri yang menyertainya, gatal, disuria,
vagina dan uretra, dan limfadenopati inguinalis yang lembut. Tanda
dan gejala sistemik sering terjadi dan termasuk demam, sakit kepala,
malaise, dan mialgia. Cervicitis HSV terjadi pada lebih dari 80%
wanita dengan infeksi primer. Hal ini dapat terjadi sebagai keputihan
purulen atau keputihan, dan pemeriksaan menunjukkan area kerapuhan
dan kemerahan difus atau fokal, lesi ulseratif ekstensif pada exocervix,

26
atau, jarang, necrotic cervicitis. Pelepasan serviks biasanya bersifat
mukoid, tapi terkadang mucopurulen.4

Gambar 6
Infeksi primer herpes dengan di dapatkannya vesikel.4

2. Sifilis Primer

Sifilis adalah infeksi yang di sebabkan oleh Traponema


pallidum subspecies pallidum. Seperti yang didefinisikan oleh definisi
kasus surveilans CDC, sifilis primer adalah tahap sifilis yang ditandai
oleh satu atau lebih chancres, dengan adanya bukti laboratorium dari
jaringan atau sera yang sesuai dengan sifilis. Di situs inokulasi,
chancre berkembang setelah masa inkubasi yang berkisar antara 10
sampai 90 hari (rata-rata, 3 minggu). Chancre dimulai sebagai makula
merah yang gelap yang berkembang menjadi papula dan kemudian
tukak bulat ke oval (Gambar 7).4

27
Gambar 7
Makula merah yang berkembang menjadi papula yang terbentuk pada sifilis
prmer.4

Chancre khas, yang juga disebut chancre Hunterian atau "ulcus


durum" (ulkus keras), berdiameter beberapa milimeter sampai 2 cm
dan ditandai dengan jelas dengan batas yang regular dan keras,
sehingga memberi kesan lesi kartilago. Permukaan basalnya biasanya
bersih dan chrance tidak terasa nyeri. Pada sifilis primer terbentuk
ulkus tak nyeri dengan tepi bergelung dan memadat (chacre). Lesi
biasanya tunggal, meskipun juga dapat multiple. Dasar ulkus “bersih”
kecuali jika mengalami superinfeksi. Tidak terdapat vesikel. Chancre
primer biasanya asimtomatik. Dapat dijumpai adenopati regional.
Chancre yang tidak diobati dapat hilang dalam 3 bulan.4,7

Sekitar 35 % chancre di laporkan nyeri dan didapatkan kasus


multiple chancre 32% – 47 %. Tidak adanya ciri khaschancre, tidak
mengesampingkan sifilis. Variasi dalam presentasi klinis dapat
dihasilkan dari jumlah spirochetes yang diinokulasi, status kekebalan
pasien, terapi antibiotik bersamaan, dan impetiginisasi. Pasien
mungkin tidak menyadari chancres, terutama jika tidak menyakitkan
dan berada di daerah yang tidak terlihat, seperti anus, vagina, leher

28
rahim, atau rongga mulut. Lokasi genital umum untuk chancre pada
pria meliputi kelenjar, sulkus korona, dan preputium.4

Retraksi peputiuam pada saat chancre hadir menyebabkan


preputium tiba-tiba berada pada bagian bawah, tanda ini dikenal
sebagai flop dory, setelah perpindahan dory sebuah perahu nelayan
kecil, yang terbalik tiba-tiba saat memutar arah. Tanda dory flop dapat
membantu membedakan chancres dari penyebab penyakit genital
nonindurated lainnya, seperti infeksi virus herpes simpleks dan
chancroid, yang hadir tanpa indurasi yang mengarah ke pembalikan
preputium secara mendadak.4

3. Limphogranuloma Venerum
Limfogranuloma venerum (LVG) disebabkan oleh Chlamydia
tracomatis tipe L1, L2, L3 peyakit ini umumnyadi tularan melalui
hubungan seksual. Terjadi lesi papulopustul atau ulkus yang kemudian
lenyap. Gambaran khas berupa limfadenitis regional. Lipatan paha
membagi kelenjar – kelenjar limfe menjadi kelompok atas dan bawah
(“groove sign”). Kadang adenpati bersifat bilateral. Lesi dapat melunak
(fluktuatif) dan membentuk traktus sinus.7

Pada infeksi primer 3 sampai 30 hari setelah infeksi, papula


eritematosa 5-8 mm tanpa rasa sakit atau ulser herpetiform kecil
muncul di tempat inokulasi (Gambar 8). Ulserasi yang
menyakitkan dan uretritis nonspesifik kurang umum. Pada pria, lesi
biasanya ditemukan pada sulkus koronal, preputium, atau penis
glans; dan pada wanita di dinding posterior vagina, vulva, atau,
kadang-kadang, leher rahim. Inokulasi juga bisa bersifat rektum
atau faring. Lesi primer bersifat sementara, sering sembuh dalam
beberapa hari, dan mungkin tidak diketahui.4

29
Gambar 8
Erosi pada limfoma granuloma venerum4

Pada tahap sekunder, beberapa minggu setelah lesi primer


muncul, keterlibatan nodus limfe yang ditandai dengan
penyebaransecara hematogen, di manifestasikan oleh tanda dan
gejala bervariasi, termasuk demam, mialgia, nafsu makan
menurun, dan muntah. Fotosensitifitas dapat berkembang hingga
35% kasus, seringkali 1-2 bulan setelah pembentukan bubo.
Terkadang, pasien dapat mengalami meningoencephalitis,
hepatosplenomegali, artralgia, dan iritis. Epidemi limfadenitis
sering sembuh secara spontan dalam 8-12 minggu. Bergantung
pada mode transmisi, dua sindrom utama dibedakan. Sindroma
genital akut (GS) atau sindrom inguinal ditandai dengan
keterlibatan inguinal dan / atau nodus limfatik femoral dan
merupakan presentasi utama pada pria. Awalnya, kulit di atasnya
yang terkena dampak adalah eritematosa dan indurasi. Selama

30
berikutnya1-2 minggu, nodus limfatikus memperbesar dan
menyatu untuk membentuk massa yang keras dan lunak yang tidak
dapat di pindahkan (bubo) (Gambar 9), yang dapat pecah dan
mengalir melalui kulit, membentuk sinus traktat.4

Gambar 9
Nodus limfatikus yang membesar padalimfoma granuloma venerum4

I. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa
Semua pasien yang didiagnosis dengan chancroid harus di lakukan
pemantauan setelah perawatan:5
a. Untuk memastikan resolusi gejala dan tanda infeksi; Pengobatan yang
berhasil harus memperbaiki gejala dalam waktu tiga sampai tujuh hari
Sebuah tes penyembuhan tidakperlu.5
b. Untuk mengevaluasi penyembuhan yang mungkin lebih lambat bagi
beberapa orang. Pasien terinfeksi HIV dan orang yang tidak
disirkumsisi.5

31
c. Untuk mendokumentasikan kegagalan pengobatan, mengingat
antibiotikresistensi, infeksi ulang, penyebab ano-genital lainnyaborok,
atau imunodefisiensi yang mendasarinya.5
d. Untuk memeriksa apakah pengumuman mitra yang memadai telah
dilakukan lengkap.5
e. Untuk mengatasi masalah pasien.5
f. Untuk mengatur tes yang sesuai untuk sifilis dan HIV.5
Pasangan seksual pasien yang memiliki ulkus mole harus diperiksa
dan diobati, terlepas dari apakah ada atau tidak manifestasi dari penyakit
ini ada, jika mereka melakukan hubungan seksual-kontak dengan pasien
dalam 10 hari sebelum onset dari gejala awal. Pasangan juga harus diuji
coba untuk IMS lainnya,termasuk HIV.5

2. Medikamentosa

Sejak tahun 1970an, strain penghasil beta-laktamase H. ducreyi


muncul dan kegagalan pengobatan umum terjadi. Selanjutnya, resistensi
dimediasi plasmid lebih lanjut terhadap tetrasiklin, sulfonamida,
kloramfenikol, dan aminoglikosida telah dilaporkan.Sedikit diketahui
tentang resistensi yang dimediasi kromosom pada H. ducreyi, namun
penurunan kerentanan terhadap berbagai antibiotik karena tidak adanya
plasmid resistensi yang dapat diidentifikasi menunjukkan adanya evolusi
mekanisme tersebut. Sejak pedoman pengobatan penyakit menular seksual
tahun 1993 diterbitkan oleh CDC, pengalaman menunjukkan bahwa
rejimen yang direkomendasikan tetap sangat efektif.Berdasarkan
kerentanan in vitro, obat yang paling aktif melawan H. ducreyi adalah
azitromisin, ceftriaxone, ciprofloxacin, dan eritromisin. Temuan in vitro
tentang resistensi terhadap amoksisilin / klavulanat menunjukkan bahwa
hal itu mungkin kurang efektif dari pada bila direkomendasikan sebagai
obat lini kedua pada tahun 1993, dan oleh karena itu tidak dapat lagi
direkomendasikan untuk pengobatan chancroid. Kuinolon baru

32
menunjukkan janji sebagai agen yang efektif mencantumkan regimen yang
direkomendasikan oleh CDC.12

Rekomendasi terapi pada ulkus mole8

Wanita hamil dan pasien yang terinfeksi HIV harus diterapi dengan
eritromisin. Perbaikan gejala biasanya terjadi dalam 3 hari, perbaikan
obyektif terlihat pada 7 hari. Penyembuhan HIV harus di lakukan pada
semua pasien dan diulangi 3 bulan kemudian jika hasilnya negatif.7
Pengobatan lokal terdiri dari pemebrian antiseptik (contoh;
povidone-iodine). Nodul supuratif tidak harus di insisi; Jika perlu, nodul
tersebut dapat di pecahkan untuk mencegah ruptur spontan dan
pembentukan saluran sinus. Jarum suntik besar harus digunakan dan bubo
yang fluktuatif dengan cara masuk ke bagian lateral melalui kulit normal.
Pada pasien dengan phimosis, sirkumsisi mungkin diperlukan bila semua
lesi aktif sembuh. Bahkan setelah perawatan yang benar, kekambuhan
dapat terjadi pada sekitar 5 persen pasien. Pengulangan terapi dengan
anjuran yang di tetapkan di rekomendasikan.Jika pasangan seksual tidak
diobati, reinfeksi mungkin penyebab kambuh. Infeksi HIV dan kurangnya
kebiasaan sirkumsis tampaknya terkait dengan kemungkinan kegagalan
pengobatan yang meningkat.12

J. Komplikasi
1. Adenitis inguinal (bubo inflamatorik) paling sering terjadi, didapatkan
pada separuh kasus. Timbul beberapa hari sampai 3 minggu setelah lesi

33
primer, biasanya unilateral. Kelenjar membesar, nyeri, kemudian
bergabung.1
2. Fimosis atau parafimosis dapat terjadi akibat terbentuknya jaringan parut
pada lesi yang mengenai preputium. Untuk penanganannya perlu di
lakukan sirkumsisi. 1
3. Fisura uretra terjadi sebagai akibat ulkus di glans penis yang bersifat
destruktif. Bila mengenai uretra dapat menimbulkan nyeri hebat pada
waktu miksi. Keadaan ini dapat diikuti oleh striktura uretra. 1
4. Fistel rekto vagina merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
perempuan. 1
5. Infeksi campuran dengan organisme Vicentii aka menyebabkan ulkus
semakin paah dan destruktif dan sukar di obati. 1
6. Infeksi campuran dengan Treponema pallidum menyebabkan ulkus
mikstum yang pada mulanya menunjukan gambaran ulkus mole, namun
makin lama makin nyeri berkurang serta lebih berindurasi. 1

K. Pencegahan
Pasien yang didiagnosis dengan chancroid harus diberi konseling mengenai
pencegahan IMS lainnya:5
a) Selain pemeriksaan kesehatan seksual regular.5
b) Pasien harus di uji ulang untuk sifilis dan HIV tiga bulan setelah diagnosis
ulkus mole, jika hasil tes awal negatif.5
c) Penggunaan kondom.5

L. Prognosis
Bila terapi berhasil, keluhan akan menghilang dalam waktu 3 hari, dan ulkus
membaik dalam waktu 1 – 2 minggu pengobatan. Ulkus yang besar
memerlukan waktu lebih dari 2 minggu. Penyembuhan limfadenitis yang
berfluktuasi dapat lebih lama lagi, kadang – kadang perlu dilakukan aspirasi

34
dengan jarum atau insisi berulang. Prognosis baik dengan pengobatan
antibiotik. Pada beberapa kasus dapat timbul jaringan parut meskipun terapi
berhasil baik.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi Et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7th. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI; 2016
2. Ulubay., Kesin., Fidan., Alanbay., Ozturk., Ergun. Case Report : Vulvar
Chancroid. Eur J Gen Med, Vol 12, No 1 : 180 – 182, Agustus 2014,
Available Online atwww.ejgm.co.uk/pdf-82025-17477. Diakses pada
tanggal 20 Juni 2020.
3. Sweet and Gibbs. Infection Disease of The Female Genital Tract Fifth
Edition. Lippincott Wiliams & Wilkins.2012
4. Goldsmith., Katz., Gilchrest.,Paller., Leffel and Wolf. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine Eight Edition. Mc Graw Hill. 2012

35
5. Lautenschlager., Kemp., Christensen., Mayans and Moi. Guideline; 2017
European Guideline For The Management Of Chancroid. International
Journal of STD & AIDS. Available Online at
journals.sagepub.com/home/std. Di akses pada tanggal 20 Juni 2020.
6. Habif.Clinical Dermatology: A colour Guide To Diagnosis Theraphy Fifth
edition. Elseiver. 2010
7. Goodheart. Diagnosis Fotografik & Penatalaksanaan Penyakit Kulit Edisi
3: EGC; 2013
8. Mroczkowski and Millikan. A Color Handbook Genital & Perianal
Disease. CRC press. 2014
9. Wolff K., Johnson R.A., Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology, Sixth Edition, Mc Graw Hill, Philadelphia USA;2009
10. Griffiths., Barker., Bleiker., Chalmer., and Creamer. Rook’s Textbook of
Dermatology Ninth edition. Wiley Blackell. 2010
11. Arici. Sexually Transmitted Disease. Willey publishing. 2012
12. Mroczkowski and Millikan. A Color Handbook Genital & Perianal
Disease. CRC press. 2014

36

Anda mungkin juga menyukai