Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

BEDAH

HEMATOTHORAX

OLEH :

Novianita Anugrah Islami

201610330311010

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber

mungkin darah dinding dada, parenkim paru – paru, jantung atau pembuluh darah

besar . kondisi diasanya merupakan konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam.

Ini juga mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angka penderita

hematothorax selama 10 tahun terakhir ini mengalami peningkatan, dari 177 juta

penduduk dunia yang menderita Hematothorak, sekitar 76% diantaranya berada di

negara berkembang, dan 62 % disebabkan karena trauma. Pada tahun 2006

penduduk Amerika Serikat yang menderita hematothorax sebanyak 7,8 juta orang.

Di Asia, prevalensi penduduk Cina, angka penderita hematothorax sebanyak

1,5%, di hongkong 4,3% dan untuk Cina Singapura sebanyak 6,2%. Pada tahun

2000 penderita hematothorax di Indonesia mencapai 1,6 juta adapun prevalensi

kejadian hematothorax ini tersebar diberbagai kota di Indonesia. Data yang

diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Soeradji Tirtonegoro Klaten, diperoleh

data prevalensi penderita hematothorax pada Januari-November 2011 sebanyak 37

orang. Sedangkan penyebab dari Hematothorax tersebut untuk masing-masing

pasien berbeda. Dalam hal ini terdapat beberapa pasien harus menjalani perawatan

di Instalasi Rawat Intensive (IRI).

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
tentang hematothorax terkait definisi, faktor resiko, patofisiologi, gejala klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasinya.
1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai hematothorax beserta
patofisiologi dan penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Hematothorax adalah pengumpulan darah dalam rongga pleura. Apabila

akumulasi darah melebihi 1500ml atau sepetiga / lebih volume darah pasien, maka

disebut hematotoraks masif. Jumlah cairan ini dapat dihitung dari darah yang

keluar melalui selang dada atau WSD.

2.2 Etiologi

Penyebab tama hematothoraks adalah laserasi par, pembuluh darah

interkosta atau arteri mamaria interna akibat trauma tajam atau tumpl. Penyebab

lain berupa komplikasi penyakit, iatrogenik, atau dapat muncul secara tiba-tiba

(neoplasma, konsumsi antikoagulan, emfisema blosa, infeksi TB) aneurisma, dan

lain-lain

2.3 Epidemiologi

150.000 kematian karena trauma terjadi setiap tahun. Pada suatu periode,

anak-anak yang mengalami trauma, 4,4% dari jumlah tersebut mengalami trauma

toraks. Mortalitas trauma toraks dengan hemopneumotoraks adalah 26,7%dan

hemotoraks adalah 57,1%. Hemotoraks non-traumatik memiliki angka mortalitas

yang lebih rendah.

Sekitar 150.000 kematian terjadi dari trauma setiap tahun. Cedera dada

terjadi pada sekitar 60% kasus multiple-trauma. Oleh karena itu, perkiraan kasar

dari terjadinya hematotoraks terkait dengan trauma di Amerika Serikat mendekati

300.000 kasus per tahun. Sekitar 2.086 anak-anak muda Amerika Serikat,

berumur 15 tahun dirawat dengan trauma tumpul atau penetrasi, 104 (4,4%)
memiliki trauma toraks. Dari pasien dengan trauma toraks, 15 memiliki

hemopneumothoraks(26,7% kematian), dan 14 memiliki hematotoraks (57,1%

kematian).

2.4 Patofisiologi

Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura (antara

pleura viseralis dan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma

tumpul atau trauma tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya

membran serosa pada dinding dada bagian dalam atau selaput

pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah mengalir ke dalam

rongga pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.

Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A.

mamaria interna. Rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan,

sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa

terlihat adanya perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang

terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.

Pendarahan di dalam rongga pleura dapat terjadi dengan hampir

semua gangguan dari jaringan dada di dinding dan pleura atau struktur

intrathoracic. Respon fisiologis terhadap perkembangan hemothorax

diwujudkan dalam 2 area utama: hemodinamik dan pernafasan. Tingkat

respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan kehilangan darah.

Perubahan hemodinamik bervariasi tergantung pada jumlah perdarahan

dan kecepatan kehilangan darah. Kehilangan darah hingga 750 mL pada

seorang pria 70-kg seharusnya tidak menyebabkan perubahan hemodinamik


yang signifikan. Hilangnya 750-1500 mL pada individu yang sama akan

menyebabkan gejala awal syok (yaitu, takikardia, takipnea, dan penurunan

tekanan darah)

2.5 Klasifikasi

Pada orang dewasa secara teoritis hemothorax terbagi dalam 3 golongan, yaitu:

1. Hematothorax ringan

a. jumlah darah kurang dari 400 cc

b. tapak sebagian bayangan kurang dari 15% pada foto rontgen

c. perkusi pekak pada iga IX

2. Hematothorax sedang

a. jumlah darah 500cc sampai 2000 cc

b. 15-35% tertutup bayangan pada foto rontgen

c. Perkusi pekak sampai iga IV

3. Hemothorax berat

a. jumlah darah lebih dari 2000cc

b. 35% pada foto rontgen

c. Perkusi pekak sampai cranial iga IV

2.6 Gejala Klinis

Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah

di dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan

nyeri. Kadang kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan

gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress

pernapasan berat, agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan


peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan

penurunan curah jantung.

Respon tubuh dengan adanya hemothoraks dimanifestasikan dalam 2 area

mayor:

a.Respon hemodinamik

Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang

terjadi. Tanda tanda shock seperti takikardi, takipnea, dan nadi yang lemah

dapat muncul pada pasien yang kehilangan 30% atau lebih volume darah

b.Respon respiratori

Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas. Pada

kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya

jika terdapat injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam jumlah yang

besar dapat menimbulkan dispnea

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk diagnostik, diantaranya:

a. Chest x-ray

b. CT Scan

c. USG

d. Cek darah lengkap

2.8 Tatalaksana

Tujuan utama terapi dari hemothoraks adalah untuk menstabilkan

hemodinamik pasien, menghentikan perdarahan dan mengeluarkan darah serta

udara dari rongga pleura.


1. Langkah pertama untuk menstabilkan hemodinamik adalah dengan

resusitasi seperti diberikan oksigenasi, cairan infus, transfusi darah,

dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik.

2. Langkah selanjutnya untuk penatalaksanaan pasien dengan hemothoraks

adalah mengeluarkan darah dari rongga pleura yang dapat dilakukan

dengan cara:

 Chest tube (Tube thoracostomy drainage) : tube thoracostomy drainage

merupakan terapi utama untuk pasien dengan hemothoraks. Insersi chest tube

melalui dinding dada untuk drainase darah dan udara. Pemasangannya selama

beberapa hari untuk mengembangkan paru ke ukuran normal.

Indikasi untuk pemasangan thoraks tube antara lain:

 Adanya udara pada rongga dada (pneumothorax)

 Perdarahan di rongga dada (hemothorax)

 Post operasi atau trauma pada rongga dada (pneumothorax or hemothorax)

 abses paru atau pus di rongga dada (empyema).

Adapun langkah-langkah dalam pemasangan chest tube thoracostomy adalah

sebagai berikut:

 Memposisikan pasien pada posisi trandelenberg

 Disinfeksi daerah yang akan dipasang chest tube dengan menggunakan alkohol

atau povidin iodine pada ICS VI atau ICS VII posterior Axillary Line

 Kemudian dilakukan anastesi local dengan menggunakn lidokain

 Selanjutnya insisi sekitar 3-4cm pada Mid Axillary Line


 Pasang curved hemostat diikuti pemasangan tube dan selanjutnya dihubungkan

dengan WSD (Water Sealed Drainage)

 Lakukan jahitan pada tempat pemasangan tube

Thoracotomy : merupakan prosedur pilihan untuk operasi eksplorasi rongga dada

ketika hemothoraks massif atau terjadi perdarahan persisten. Thoracotomy juga

dilakukan ketika hemothoraks parah dan chest tube sendiri tidak dapat

mengontrol perdarahan sehingga operasi (thoracotomy) diperlukan untuk

menghentikan perdarahan. Perdarahan persisten atau berkelanjutan yang segera

memerlukan tindakan operasi untuk menghentikan sumber perdarahan di

antaranya seperti ruptur aorta pada trauma berat.

Operasi (Thoracotomy) diindikasikan apabila :

 1 liter atau lebih dievakuasi segera dengan chest tube

 Perdarahan persisten, sebanyak 150-200cc/jam selama 2-4 jam

 Diperlukan transfusi berulang untuk mempertahankan stabilitas

hemodinamik

 Adanya sisa clot sebanyak 500cc atau lebih

 Trombolitik agent : trombolitik agent digunakan untuk memecahkan

bekuan darah pada chest tube atau ketika bekuan telah membentuk massa di

rongga pleura, tetapi hal ini sangat berisiko karena dapat memicu terjadinya

perdarahan dan perlu tindakan operasi segera.

2.9 Kompikasi

a.Kegagalan pernafasan (Paru -paru kolaps sehingga terjadi gagal napas dan

meninggal).
b.Fibrosis atau skar pada membran pleura.

c.Pneumothorax.

d.Pneumonia.

e.Septisemia.

f.Syok.

Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma

(otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru paru untuk memperluas dan

kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba tiba, paru paru bisa

kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga menempatkan pasien pada

risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru paru, atau bahkan kematian.

2.10 Diagnosis Banding

1. tension pneumothorax
2. massive hemothorax
2.11 Prognosis

Prognosis berdasarkan pada penyebab dari hemothoraks dan

seberapa cepat penanganan diberikan. Apabila penanganan tidak dilakukan

segera maka kondisi pasien dapat bertambah buruk karena akan terjadi

akumulasi darah di rongga thoraks yang menyebabkan paru-paru kolaps dan

mendorong mediastinum serta trakea ke sisi yang sehat.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber mungkin

darah dinding dada, parenkim paru – paru, jantung atau pembuluh darah besar .

kondisi diasanya merupakan konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga

mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit.

Penanganan dan tujuan pengobatan hematothorax adalah untuk

menstabilkan pasien,mmenghentikan pendarahan, dan menghilangkan darah dan

udara dalam rongga pleura.Penanganan pada hemotoraks dapat berupa

resusitasi cairan pemasangan chest tube (WSD),sanpai Thoracotomy.

Tergantung dari derajat keparahannya.Oleh sebab itu, penting untuk

mengetahui penyebab serta menangani dengan cepat kasus ini karena dapat

sangat menentukan prognosis yang akan terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Broderick SR. Hematotoraks. 2013. etiology, diagnosis, and management. Thorac

SurgClin. Pp: 23

Dave Lloyd, MD. Thoracic Trauma. www. doh.wa.gov/hsqa/emstrauma/

OTEP/thoracictrauma.ppt

Gopinath N, Invited Arcticle “Thoracic Trauma”, Indian Journal of Thoracic

and Cardiovascular Surgery Vol. 20. Pp 144-148

Hudak dan Gallo. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi -

VIII Jakarta: EGC

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. 2015. Teori asuhan keperawatana gawat

darurat. Padang : Medical book

Patriani. 2012. Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada.

Wibisono E., dan Iskandar Rahardjo Budianto. 2014. Hematothoraks dalam Buku

Kapita Selekta. Jakarta. Media Aesculapius. pp 267-268

Anda mungkin juga menyukai