PNEUMOTHORAX
Dosen Pembimbing :
Dwi Adji Norontoko, S.Kep,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
Icha Anggi Saputri
P27820117063
III REGULER B
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Umur pasien dapat menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara
fisik maupun psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah atau
penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien
tentang masalah atau penyakitnya. Selain identitas pasien hal yang perlu dikaji
ialah identitas penanggung jawab pasien. Identitas penanggung jawab setidaknya
berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, dan hubungan
dengan pasien. Identitas penanggung jawab perlu untuk dikaji untuk mendapatkan
kemudahan baik terhadap perawat maupun pasien. Dengan mengkaji identitas
penanggung jawab maka perawat dapat dengan mudah memberitahukan segala
informasi yang berhubungan dengan pasien, sementara manfaat bagi pasien ialah
pasien dapat mengetahui dengan pasti siapa yang bertanggung jawab terhadap
dirinya dan dapat bertanya segala sesuatu yang berhubungan dengan
perawatannya kepada si pasien.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa dirasakan pasien ialah nyeri pleuritik hebat,
nyeri pada dada kiri luar dan nyeri tersebut terasa seperti cekit-cekit pada lokasi
tersebut dan nyeri tersebut dirasakan bertambah bila pasien bergerak. Nyeri yang
dirasakan pasien disini bersifat kronis. Keluhan lain yang dirasakan pasien ialah
dispnea (apabila pneumothorax tersebut sudah luas). Waktu sesak dan nyeri yang
dirasakan ialah kadang-kadang atau sesaat. Pasien juga mengeluh batuk, keluhan
batuk yang dirasakan pasien disini ialah masih terjadinya batuk kering. Klien juga
merasa sesak. Keluhan yang berhubungan dengan gangguan aktivitas klien ialah
klien mengeluh terjadinya gangguan kebutuhan istirahat dan tidur dikarenakan
penyakit yang diderita.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit sekarang biasanya yang dominan adalah Keluhan sesak
napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri da
dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada
gerakan pernapasan. Kemudian ada riwayat trauma tajam/tumpul yang
mengenai rongga dada (tertembus peluru, tertusuk benda tajam, KLL, dll)
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien yang mempunyai riwayat TBC paru, Bronkitis kronis,
emfisema, Asma Bronkiale, kanker paru lebih beresiko terkena
pneumothorax. Kaji pula apakah klien memiliki penyakit lain yang
berhubungan dengan saluran pernafasan dan dapat mengakibatkan
pneumothorax. Kaji pula apakah pasien memiliki riwayat pengobatan
ataupun pembedahan yang berhubungan dengan pneumothorax.
4. Pemeriksaan fisik
1. Sistem Pernafasan (Breathing)
a) Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu
pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada
tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih
cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum
yang purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
b) Palpasi
Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi
juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
Pada sisi yang sakit, ruang antar –iga bisa saja normal atau melebar.
c) Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas
jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.
d) Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
2. Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Klien mengeluh nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk, takikardi,
tetapi nadi teraba lemah, akral basah, Pucat, dingin, Hb turun /normal, terjadi
hipotensi/ penurunan tekanan darah
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga
pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan.
6. Sistem Muskuloskeletal(Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan
jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering
dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum.
2. Diagnosa Kedua
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Bersihan jalan nafas
meningkat, dengan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Batuk efektif 1. Jelaskan klien tentang 1. Pengetahuan yang
meningkat. kegunaan batuk yang diharapkan akan
2. Produksi sekret efektif dan mengapa membantu
menurun. terdapat penumpukan mengembangkan
sekret di saluran kepatuhan klien terhadap
3. kenyamanan
pernapasan. rencana teraupetik.
meningkat. 2. Ajarkan klien tentang 2. Batuk yang tidak
metode yang tepat terkontrol adalah
pengontrolan batuk melelahkan dan tidak
efektif.
3. Nafas dalam dan 3.Memungkinkan
perlahan saat duduk ekspansi paru lebih luas
setegak mungkin
3. Diangnosa ketiga
Perubahan kenyamanan b.d nyeri akut trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tingkat nyeri
berkurang, dengan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Tingkat Nyeri 1. Jelaskan dan bantu klien 1. Pendekatan dengan
berkurang. dengan tindakan pereda menggunakan relaksasi dan
2. Kegelisahan nyeri nonfarmakologi dan nonfarmakologi lainnya telah
menurun. non invasif. menunjukkan keefektifan
3. Pola nafas dalam mengurangi nyeri.
2. Ajarkan Relaksasi: Tehnik- 2. Akan melancarkan peredaran
membaik.
tehnik untuk menurunkan darah, sehingga kebutuhan O2
ketegangan otot rangka, oleh jaringan akan terpenuhi,
yang dapat menurunkan sehingga akan mengurangi
intensitas nyeri dan juga nyerinya.
tingkatkan relaksasi
masase.
3. Ajarkan metode distraksi 3. Mengalihkan perhatian
selama nyeri akut. nyerinya ke hal-hal yang
menyenangkan .
4. Berikan kesempatan waktu 4. Istirahat akan merelaksasi
istirahat bila terasa nyeri semua jaringan sehingga akan
dan berikan posisi yang meningkatkan kenyamanan.
nyaman.
5. Tingkatkan pengetahuan 5. Pengetahuan yang akan
tentang: sebab-sebab nyeri, dirasakan membantu
dan menghubungkan mengurangi nyerinya. Dan
berapa lama nyeri akan dapat membantu
berlangsung mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana
teraupetik.
6. Kolaborasi dengan dokter, 6. Analgetik memblok lintasan
pemberian analgetik. nyeri, sehingga nyeri akan
berkurang.
7. Observasi tingkat nyeri, 7. Pengkajian yang optimal akan
dan respon motorik klien, memberikan perawat data yang
30 menit setelah pemberian obyektif untuk mencegah
obat analgetik untuk kemungkinan komplikasi dan
mengkaji efektivitasnya. melakukan intervensi yang
tepat.
V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya,
dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu
PATHWAY
dilakukan perubahan intervensi
DAFTAR PUSTAKA