Abstrak
Pneumotoraks spontan adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura yang dapat menyebabkan paru
kolaps baik total maupun sebagian tanpa didahului adanya trauma sebelumnya. Pneumotoraks spontan dibagi menjadi
primer dan sekunder berdasarkan adanya penyakit paru yang mendasari, pneumotoraks spontan primer jika tidak terdapat
latar belakang penyakit paru yang mendasari dan disebut pneumotoraks spontan sekunder bila terdapat latar belakang
penyakit paru yang mendasari. Pneumotoraks spontan primer merupakan masalah global, dimana dilaporkan terdapat 1828/100.000 per tahun pada pria dan 1,2-6/100.000 per tahun pada wanita.Pada kasus penderita mengeluh sesak nafas,
nyeri dada, dan batuk non produktif. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan retraksi otot interkostal, dengan sela iga yang
melebar, vesikuler yang melemah dan suara hipersonor pada paru yang kolaps. Dilakukan foto rontgen dada posisi PA,
dimana diagnosis pneumotoraks akan tegak karenadidapatkan daerah yang hiperlusen dibandingkan daerah yang sehat.
Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan luas permukaan paru yang kolaps, yaitu pemasangan WSD karena luas paru
yang kolaps lebih dari 2 cm.
Kata kunci: pneumotoraks, pneumotoraks spontan, underlying disease
Abstract
Spontaneous pneumothorax is defined as presence of air in the pleural cavity with secondary lung collapse, even it is total
or partial without trauma before. Spontaneous pneumothorax is divided into primer and secondary based in the underlying
disease of the lung, primarly spontaneous pneumothorax if it does not have the underlying disease of the lung, and
secondary spontaneous pneumothorax is if it has underlying disease of the lung.Primary spontaneous pneumothorax
remains a significant global problem, occurring in healthy subjects with a reported incidence of 18-28/100.000 per year for
men and 1,2-6/100.000 per year for women. In the case, patient had complaints, such as heavy breathing, chest pain, and
dry chough. Intercostal muscle retraction, increasing size of intercostal space, the weakness of vesiculer soundsand
hypersonor sounds on the collaps lung were found. Chest radiograph in PA positionshowed the hiperluscent area, so the
diagnosis of the pneumothorax is true. The management of pneumothoraxwas based on the area from the collapse lung, it
was having an WSD in the collapse lung because the area was more than 2 cm.
Keywords: pneumothorax, spontaneous pneumothorax, underlying disease
Korespondensi: Sanggiani Diah Aulia, S.Ked, Jln. Bumi Manti 3, Asrama Danyca, 085789618441,
sanggianidiahaulia28@gmail.com
Pendahuluan
Pneumotoraks spontan adalah keadaan
terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura yang dapat menyeb abkan paru kolaps
baik total maupun sebagian tanpa didahului
adanya trauma pada dada sebelumnya.1-3
Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer
dan sekunder berdasarkan adanya penyakit
paru yang mendasari, pneumotoraks spontan
primer jika tidak terdapat latar belakang
penyakit paru yang mendasari dan disebut
pneumotoraks spontan sekunder bila terdapat
latar belakang penyakit paru yang
mendasari.3-5
Berdasarkan
penyebabnya,
pneumothorakas
dibagi
menjadi
pneumotoraks spontan, traumatik, dan
iatrogenik.4,6
Pneumotoraks
spontan
Pasien
didiagnosis
sebagai
pneumotoraks spontan kiri, dan kemudian
dilakukan pemasangan water seal drainage
(WSD).
Pemasangan WSD dilakukan pada sela
iga 5 di depan garis midaksila, kemudian
dilihat apakah terdapat adanya undulasi
ataupun
darah
yang
menandakan
15-17
keberhasilan WSD.
Kemudian dilakukan
terapi yaitu berupa meniup balon untuk
latihan mengembangkan paru yang kolaps.18,19
Pada pasien diberikan tindakan
fisioterapi
meniup
balon
untuk
mengembangkan paru, dan juga sebagai
terapi suportif diberikan pemberian antibiotik
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Tersedia
dari:
http://www.emedicine.com/.
Bauman MH, Strange C, Heffner JE, Light
R, Kirby TJ, Klein J, et al. Management of
spontaneous pneumothorax: an american
college of chest physicians delphi
consensus statement. Chest [internet].
2001 [diakses tanggal 12 Mei 2015];
119(2):590-602.
Tersedia
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/.
Gupta D, Hansell A, Nichols T, Duong T,
Ayres JG, Strachan D. Epidemiology of
pneumotoraks in england. Thorax. 2000;
55(1):666-71.
Weissberg D, Refaely Y. Pneumothorax
experience with 1,199 patients. Chest J.
2000; 117(1):1279-85.
Khan N, Jadoon H, Zaman M, Subhani A,
Khan AR, Ihsanullah M. Frequency and
management outcome of pneumotoraks
patients. J Ayub Med Coll Abbottabad.
2009; 21(1):122-424.
Nugroho APA. Pengelolaan penderita
pneumotoraks spontan yang dirawat inap
di rumah sakit di Semarang selama
periode 2000-2006. Artikel Karya Ilmiah.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro. 2007.
Light RW, Lee YCG. Pneumothorax,
chylothorax,
hemothorax,
and
fibrothorax. Dalam: Mason RJ, Broaddus
VC, Murray JF, Nadel JA, editors. Murray
and Nadels textbook of respiratory
medicine. Edisi ke-4. Pennsylvania:
Elsevier Saunders; 2005. hlm. 1961-82.
Wilson LM. Penyakit pernafasan restriktif.
Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi
konsep klinis perjalanan penyakit volume
2. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006. hlm.
800-1.
Wiedemann K, Tuengerthal SJ. Iatrogenic
chest injuries. Dalam: Webb WR, Besson
A, editors. International trends in general
thoracic surgery volume 7th. Toronto: CV
Mosby Company; 1991. hlm. 480-2.
Henry M, Arnold T, Harvey J. British
thoracic society guidelines for the
management
of
spountaneous
pneumothorax [internet]. UK; 2003
[diakses tanggal 12 Februari 2015].
Tersedia dari: www.thorax.bmj.com.
Colavita PD, Sing RF. Prehospital needle
decompression for suspected tension
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.