Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

Carsinoma Endometrium

Disusun oleh :
Nor Khasanah (30101307027)
Pembimbing :
Dr. Kartika Budi P, Sp.OG, Mkes.
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 65 tahun Suku Bangsa : Jawa

Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja Pendidikan : SD

Alamat : Kanalsari Barat VII/36 RT


8 RW 9 Tgl Masuk RS : 31 Oktober 2017

Page  2 2
ANAMNESIS

 Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 1 Okt 2017 pukul 09.00 WIB di


bangsal parikesit dan berdasarkan status rekam medik pasien.

 Keluhan Utama

– Keluar darah dari jalan lahir pascamenopause


sejak 3 tahun yang lalu.
 Keluhan tambahan:

- Nyeri perut bagian bawah dan terasa kencang


disertai adanya benjolan pada perut bagian bawah

Page  3 3
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien P9A0 usia 65 tahun datang ke Poli Kandungan dengan


keluhan perdarahan dan kadang disertai keputihan pasca menopause
yang terjadi sejak tahun 2015, kemudian perdarahan sempat berhenti
dan muncul kembali pada bulan januari 2017 hingga sekarang.
 Selain itu sejak setahun terakhir ini pasien juga mengeluh nyeri perut
bagian bawah yang disertai rasa kenceng dan menyadari adanya
benjolan pada bagian bawah perut. Pasien mengalami penurunan
berat badan setahun terakhir. Keluhan pusing, demam disangkal.
BAK, BAB dalam batas normal.
 Pada tanggal 24 oktober 2017 pasien dirawat di rumah sakit panti
wilasa namun kemudian dipulangkan dan mendapat rujukan untuk
kontrol ke poli kandungan RSUD Semarang.

Page  4 4
 RIWAYAT PERKAWINAN

– Menikah : 1 kali
– Lama menikah : 48 tahun
– Usia pertama menikah: 18 tahun

 RIWAYAT KB

– Pasien tidak pernah menggunakan KB.

Page  5 5
RIWAYAT MENSTRUASI
 Umur menarche: 15 th  Siklus: 28 hari, tidak teratur

 Lamanya: 7 hari  Dismenorrhea: (+)

 Metorhagia pascamenopause

Page  6 6
RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS
Partus (3), Abortus (0)
No Tahun Tempat Umur Penolong Jenis Pe-nyulit Jenis Keadaan
partus/Ab partus kehamilan persalinan persalina kelamin / anak
n BBL
1. 1971 Rumah Aterm Bidan Spontan - Lk/3600 Sehat
gram
2. 1974 Rumah Aterm Bidan Spontan - Pr/2800 Sehat
gram
3. 1975 Rumah Aterm Bidan Spontan - Lk/3000 Sehat
gram
4. 1977 Rumah Aterm Bidan Spontan - Pr/3400 Sehat
gram
5. 1982 Rumah Aterm Bidan Spontan - Lk/3000 Sehat
gram
6. 1984 Rumah Aterm Bidan Spontan - Pr/3100 sehat
gram
7. 1970
Page  7 Rumah Aterm bidan Spontan - Lk/3000 7
meninggal
N Tahun Tempat Umur Penolon Jenis pen Jenis Keadaan
o partus/ partus kehamil g persalina yulit kelamin/ anak
Ab an persalin n BBL
an
8 1988 Rumah Aterm Bidan Spontan - Lk/2500 Meninggal
. gram

9 1990 Rumah Aterm Bidan Spontan - Lk/3000 meninggal


. gram

Page  8 8
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat HT: (+)  Riwayat HT: (+) pada ayah
 Riwayat DM: (-)  Riwayat DM: (-)
 Riwayat hepatitis: (-)  Riwayat hepatitis: (-)
 Riwayat jantung : (-)  Riwayat jantung : (-)
 Riwayat TBC : (-)  Riwayat TBC : (-)
 Riwayat asma : (-)  Riwayat asma : (-)
 Riwayat alergi : (-)  Riwayat alergi : (-)

Page  9 9
 RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Pasien adalah ibu rumah tangga, tinggal bersama


suami dan anak, biaya pengobatan ditangung
BPJS.

 RIWAYAT PENGOBATAN

Pada tanggal 24 oktober 2017 pasien dirawat di


Rumah Sakit Panti Wilasa namun kemudian
dipulangkan dan mendapat rujukan untuk kontrol
ke poli kandungan RSUD Semarang.

Page  10 10
 Status Generalis
– Keadaan Umum : tampak sakit ringan
– Kesadaran : Compos Mentis
– Tanda Vital
• TD : 140/90 mmHg
• Nadi : 90x/menit, reguler, kuat, isi cukup
• Suhu : 36,1C
• Pernapasan : 20 kali/menit, teratur, tipe pernafasan torakoabdominal
• Skala nyeri :2
– Antropometri
• Berat Badan : 48 kg
• Tinggi Badan : 151 cm
• IMT : 21,05 kg/m2 (normoweight)

Page  11 11
Status Generalis
 Kulit : sawo matang, turgor kulit cukup
 Kepala : mesosefal
 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : discharge -/-
 Hidung : nafas cuping hidung -/-, deviasi (-)
 Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-)
 Tenggorokan : T1-1, faring hiperemis (-)
 Leher : simetris, deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

Page  12 12
 Thorax :
– Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, suara tambahan (-)
– Pulmo : SDV (+/+), ronki (-/-), wheezing(-/-)
 Abdomen : Perut datar, sikatriks (-), supel, timpani di seluruh
kuadran, bising usus (+) normal
 Ekstremitas : Oedema (-/-) Akral dingin (-/-)

Page  13 13
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

 Pemeriksaan ginekologi
PPV: darah
Fluor/fluxus: -/+
Vulva, Uretra, Vagina dalam batas normal
OUE menutup
uterus teraba massa
Pemeriksaan Dalam/ Inspeculo: Terdapat erosi pada
portio

Page  14 14
Pemeriksaan USG

Page  15 15
Page  16 16
Resume
 Pasien P9A0 datang ke poli Obstetrics Gynecology RSUD kota
semarang atas rujukan RS. Panti wilasa dengan suspek carsinoma
endometrium. Pasien mengeluh mengeluarkan darah dari vagina sejak
3 tahun yang lalu setelah pasien mengalami menopause pada tahun
1996, pasien juga mengeluh nyeri disertai kencang pada perut bagian
bawahnya. Pada bulan oktober tahun 2017 ini pasien merasa ada
benjolan di perut bagian bawahnya yang membuat rasa tidak nyaman
pada pasien. Pasien memiliki hipertensi dan riwayat hipertensi
dikeluarga, riwayat trauma disangkal, BAB dan BAK dalam batas
normal.
 Status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan ginekologi PPV
terdapat darah, OUE menutup, portio terdapat erosi, uterus teraba
massa, pemeriksaan USG didapatkan abnormalitas pada uterus
dengan gambaran uterus yang membesar, parenkim heterogen,
dengan lesi membulat, batas tidak tegas (ukuran 8,4 x 6,4 cm),
endometrial line tidak jelas. Cervix uteri tidak menebal, tampak sedikit
fluid collection di retrouterus. Kesan suspek massa uterus malignan
Page  17 17
 Pemeriksaan histopatologis dari kerokan endoserviks dan
endometrium, disimpulkan berupa suatu Adenocarsinoma yang bisa
berasal dari serviks atau endometrium.

Page  18 18
Diagnosis

P9A0 usia 65 tahun dengan Carsinoma


endometrium dan hipertensi tipe 1

Page  19 19
Tatalaksana
Tatalaksana preoperative
 Observasi KU dan TTV
 Infus RL 20 tpm
 Pro tindakan kuretase

Tatalaksana postoperative
 Cefadroxil 3 x 500 mg
 Kalnex 3 x 1 gram
 Asam mefenamat 3 x 1 gram
 Etabion 1 x1 gram
 KU baik, sore pulang.

Page  20 20
Prognosis

 Ad vitam : Dubia ad malam


 Ad sanationam : Dubia ad malam
 Ad fungsionam : Dubia ad malam

Page  21 21
Tinjauan Pustaka

Page  22 22
ANATOMI

Page  23 23
Page  24 24
Page  25 25
 Serviks uteri atau serviks merupakan jaringan berbentuk silinder,
dengan panjang 2,5 – 3 cm dan merupakan penghubung vagina dan
uterus . Serviks uteri terbentuk dari jaringan ikat, pembuluh darah,
otot polos, dengan konsistensi kenyal. Ada dua bagian utama serviks
yaitu bagian ektoserviks dan bagian endoserviks. Bagian dari serviks
yang dapat dilihat dari dalam vagina selama pemeriksaan ginekologi
dikenal sebagai ektoserviks. Endoserviks, atau kanal endoserviks
adalah bagian yang merupakan terusan dari os eksternal yang
menghubungkan serviks dan rahim. Os eksternal adalah pembukaan
kanal yang ada diantara endoserviks dan ektoserviks (Huang, 2013).

Page  26 26
Definisi

 Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal


dari endometrium atau miometrium. Sebagian besar merupakan
adenokarsinoma (90%). Karsinoma endometrium terutama adalah
penyakit pada wanita pascamenopause, walaupun 25% kasus
terdapat pada wanita yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5%
kasus terdapat pada usia dibawah 40 tahun (Price and Wilson, 2013).

Page  27 27
Epidemiologi

 Carsinoma endometrium merupakan kanker ginekologik yang paling


sering terjadi di dunia barat, menempati urutan keempat kanker pada
perempuan setelah kanker payudara, kolon dan paru. Kejadian
kanker endometrium meningkat dari 2 per 100.000 perempuan per
tahun pada usia dekade ke-6, 7, dan 8 (Office National Statistics).
 Di regional asia tenggara dimana Indonesia termasuk didalamnya,
insidensi kanker endometrium 4,8% dari 670.587 kanker pada
perempuan.

Page  28 28
Etiologi

 Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan


kasus kanker endometrium dihubungkan dengan endometrium
terpapar stimulasi estrogen secara kronis. Salah satu fungsi estrogen
yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada
uterus. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan pada hewan
percobaaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium
dan kanker (Brunner and Suddart, 2012).

Page  29 29
Faktor Resiko
A. Faktor Risiko Reproduksi dan Menstruasi
 Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai
risiko 3x lebih besar menderita carsinoma endometrium dibandingkan
multipara.
 Perubahan – perubahan biologis yang berhubungan dengan
infertilitas dikaitkan dengan risiko kanker endometrium adalah siklus
anovulasi (terekspose estrogen yang lama tanpa progesteron yang
cukup), kadar androstenedione serum yang tinggi (kelebihan
androstenedione dikonversi menjadi estrone), tidak mengelupasnya
lapisan endometrium setiap bulan (sisa jaringan menjadi hiperplastik)
dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum yang rendah pada
nulipara.
Sekitar 70% dari semua wanita yang didiagnosis kanker endometrium
adalah pascamenopause.

Page  30 30
B. Hormon
1. Hormon Endogen
Risiko terjadinya kanker endometrium pada wanita-wanita muda
berhubungan dengan kanker estrogen yang tinggi secara abnormal seperti
polycystic ovarian disease yang memproduksi estrogen.

2. Hormon Eksogen Pascamenopause


Terapi sulih hormon estrogen menyebabkan risiko kanker endometrium
meningkat 2 sampai 12 kali lipat. Peningkatan risiko ini terjadi setelah
pemakaian 2-3 tahun. Risiko relative tertinggi setelah pemakaian selama 10
tahun.

Page  31 31
C. Kontrasepsi Oral
Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian kontrasepsi
oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin.
Sebaliknya pengguna kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin
dengan kadar progesteron tinggi mempunyai efek protektif dan
menurunkan risiko kanker endometrium setelah 1-5 tahun pemakaian.

Page  32 32
D. Obesitas
 Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker
endometrium telah diketahui selama lebih dari 50 tahun.
 Jaringan adiposa memiliki enzim aromatase yang aktif. Androgen
adrenal dengan cepat dikonversi menjadi estrogen didalam jaringan
adiposa pada individu yang obese.
 Individu yang obese mungkin mengalami peningkatan drastis pada
estrogen bioavailable yang bersirkulasi dan pajanan ini dapat
menyebabkan hiperplastik pada endometrium.

Page  33 33
Manifestasi Klinik
 Keluhan utama yang dirasakan pasien carsinoma endometrium
adalah perdarahan pascamenopause bagi pasien yang telah
menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum
menopause.
 Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai
keluhan utama.

Page  34 34
Gejalanya bisa berupa :
 Perdarahan rahim yang abnormal
 Siklus menstruasi yang abnormal
 Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang
mengalami menstruasi)
 Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
 Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun)
 Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
 Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
 Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (Isdaryanto, 2010)

Page  35 35
Klasifikasi
A. Klasifikasi karsinoma endometrium berdasarkan temuan
Histopatologiknya

Page  36 36
Page  37 37
B. Klasifikasi berdasarkan stadium surgical
patologic

Page  38 38
Penatalaksanaan
A. Pembedahan
 Pasien dengan karsinoma endometrium sebagian besar harus menjalani
histerektomi.
 Pada stadium II dimana terbukti ada keterlibatan endoserviks, prosedur
pengangkatan uterus dilakukan secara radikal (histerektomi radikal).
Akan tetapi, beberapa ahli tetap melakukan histerektomi total apabila
diyakini bahwa keganasan memang berasal dai endometrium
 Pada stadium III dan IV dapat dilakukan radiasi, dan atau kemoterapi.

Page  39 39
B. Radioterapi
Stadium I dan II yang inoperable secara medis hanya diberi
terapi radiasi, angka ketahanan hidup 5 tahunnnya menurun
20%-30% dibandingkan pasien dengan terapi operatif dan
radiasi. Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA
grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi ajuvan
pascaoperasi.

Page  40 40
 Radiasi ajuvan diberikan pada:
– Penderita stadium I, apabila berusia diatas 60 tahun,
grade III dan atau invasi melebihi setengah miometrium
– Penderita stadium IIA / II B, grade I, II, III
– Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberikan
terapi secara tersendiri

Page  41 41
Terapi Medikamentosa
Kemoterapi.
 Cisplatin dan doxorubicin adalah agen yang paling sensitif
 Agen kemoterapi lain adalah paclitaxel, doxorubicin, dan ifosfamide

Hormon
 Tumor yang mempunyai reseptor estrogen dan progesteron akan
memberikan respon yang lebih baik terhadap terapi hormon.
Pemberian progestin oral sama efektifnya dengan pemberian
intramuskular. Sepertiga pasien yang mengalami kekambuhan
memberikan respon terhadap progestin.
 Dosis yang dianjurkan:
 Depo-Proven, 400 mg IM per minggu
 Provera, 200 mg per oral 4x1
 Megastrol acetate (Megace), 800 mg per oral 4x1
Page  42 42
Page  43 43

Anda mungkin juga menyukai