Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
Paru-paru merupakan organ pernapasan yang memiliki unsur elastis yang akan
mengempis seperti balon dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak
ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya. Paru-paru sebenarnya
mengapung dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang
menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal
rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan.1
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.
Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan
penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan
maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas. Pneumotoraks dapat terjadi baik
secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat
primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan
non iatrogenik.
Untuk diagnosis dilakukan dengan beberapa tahap dari melakukan anamnesis
dengan adanya gejala nyeri dada, sesak, mudah lelah dan denyut jantung yang cepat.
Dan juga dilakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan radiologi yang di dapatkan pada foto
thorax adanya bayangan udara dalam cavum pleura memberikan bayangan radiolusen
yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern), dan juga bisa didapatkan
pendorongan jantung dan trakea ke kontralateral.2

BAB II
1

STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. Zaini Bin Zuber

Umur

: 46 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Pandan Dulang No 9 Kecamatan Lawang Wetan Kab. Musi


Banyuasin

No. RM

: 983389

Masuk RS

: 12 Desember 2016

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak nafas secara mendadak.
Riwayat Penyakit Sekarang
Setengah jam SMRS pasien mengeluh sesak nafas mendadak, sesak tidak
disertai mengi, tidak dipengaruhi aktifitas, sesak tetap dirasakan saat istirahat. Pasien
tidak mengalami trauma sebelumnya. Pasien juga mengeluh batuk, batuk berdahak,
tidak disertai darah. Pasien juga merasakan sedikit demam, ada keringat dimalam hari,
pasien merasakan penurunan berat badan. Pasien seorang mantan perokok dengan
kisaran 2 bungkus perhari.
Pasien dibawa ke IGD RSMH Palembang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pengobatan di RS Paru 3 minggu yang lalu
Riwayat penyakit sebelumnya disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita hal yang sama dengan pasien

C. PEMERIKSAAN FISIK
2

Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Nafas
Suhu

: sakit sedang
: composmentis cooperatif
: 110/70 mmHg
: 72x/menit
: 24x/menit
: 37,1C

Status Generalis
Kulit

: Sianosis (-), pucat (-), purpura (-), turgor baik

KGB

: tidak ada pembesaran KGB

Kepala
Mata

: Normochepal, rambut putih, tidak rontok dan tidak mudah dicabut.


: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter
3mm/3mm.
: Pendengaran baik, sekret dari lumen (-)
: Sekret (-), sumbatan (-), deviasi septum (-)
: Bibir sumbing (-), carries (-), atrofi papil lidah (-)
: JVP 5-2 cmH2O

Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung sulit dinilai
Auskultasi: bunyi jantung I II reguler, murmur (-) gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : terpasang chest tube dextra, undulasi (+), air bubble (+)
Palpasi : stem fremitus menurun
Perkusi : hipersonor pada kedua hemithorax
Auskultasi: vesikuler menurun pada hemithorax sinistra
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, defans muscular (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akraldingin

Oedem

Ikterik

--

--

Genital
Tidak dilakukan pemeriksaan.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Rontgen Thorax AP (12 Desember 2016)
3

Interpretasi :

Tulang tulang/jaringan lunak tak tampak kelainan

Cor tak bisa dievaluasi

Pulmo : tak tampak kelainan

Trachea : posisi, batas batas dan diameter


dalam batas normal; tak tamak penebalan
garis paratracheal

Mediastinum di tengah dan tak melebar

Diafragma normal, sudut costophrenicus


kiri tumpul

Perselubungan thorax kiri

Kesan :
Pleura effusion kiri. Chest tube thorax
kanan, punctum di ICS-IV
CT Scan Thorax (12 Desember 2016)

Interpretasi :

Pneumothorax kanan

Pulmo : hiperdens paru kiri

Mediastinum : tak tampak massa, tak


tampak

pembesaran

kelenjar

getah

bening

Cor dan pembuluh darah besar normal

Pleura kanan dan kiri normal

Tulang tulang baik

Soft tissue baik

Kesan :
Pneumothorax dextra, contusion pulmonum kiri
E. ASESSMENT
Pneumothorax dextra post chest tube + destroyed lung sinistra susp Tb paru
F. PLANNING
IVFD RL gtt XX/menit
Injeksi ceftriaxon 2x1 gr iv
Injeksi ketorolac 3x30 mg iv
Saran Cek BTA 1,2,3

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Thorax
Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar dari pada
bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Rongga dada
berisi paru-paru dan mediastinum. Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada di antara
kedua paru-paru. Di dalam rongga dada terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu sistem
pernafasan dan peredaran darah. Organ pernafasan yang terletak dalam rongga dada yaitu
esofagus dan paru, sedangkan pada sistem peredaran darah yaitu jantung, pembuluh darah
dan saluran limfe. Pembuluh darah pada sistem peredaran darah terdiri dari arteri yang
membawa darah dari jantung, vena yang membawa darah ke jantung dan kapiler yang
merupakan jalan lalulintas makanan dan bahan buangan.

Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari
sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang
rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulasio dari
sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum
menyambung pada tepi bawah sternu. Perluasan rongga pleura di atas klavicula dan di atas
organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior thorax.
Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya
membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus
pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak
dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis
dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap
melalui trakea dan bronkus.
Rongga thoraks atau cavitas thoracis berisi organ vital paru dan jantung.(3) Paru-paru dan
pleura mengisi sebagian besar rongga thoraks dengan jantung di antaranya, sedangkan aorta
descendens serta oeshophagus terletak di belakang jantung. Pleura terbagi atas 2 lapisan,
yaitu: pleura parietalis dan pleura visceralis. Pleura parietalis merupakan selaput tipis dari
membrana serosa yang melapisi rongga pleura. Pada daerah yang menghadap mediastinum,
pleura ini beralih meliputi paru-paru sehingga disebut pleura visceralis atau pleura
6

pulmonalis. Pleura visceralis ini membugkus paru-paru dan melekat erat pada permukaannya.
Ruangan potensial antara kedua lapisan pleura ini disebut cavitas pleuralis yang hanya berisi
lapisan tipis cairan untuk lubrikasi. (4)
Volume dan kapasitas paru-paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut
spirometer. Dengan menggunakan alat ini, volume paru diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali

bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter pada laki-laki dewasa.


Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah
dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat; biasanya mencapai 3000

mililiter.
Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstar maksimal yang dapat
diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah

normalnya adalah sekitar 1100 mililiter.


Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah

ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter.


Pernapasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena gerak
otot pernapasan yaitu m.intercostalis dan diafragma yang menyebabkan rongga dada
membesar sehingga udara akan terhisap masuk melalui trakea dan bronkus (3).
Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus mengembang dan mengempis bergantung pada
membesar atau mengecilnya rongga dada. Dinding dada yang membesar akan akan
menyebabkan paru-paru mengembang sehingga udara akan terhisap ke dalam alveolus.
Sebaliknya bila m.intercostalis melemas maka dinding dada akan mengecil sehingga udara
akan terdorong keluar. Sementara itu, karena adanya tekanan intraabdominal maka diafragma
akan terdorong ke atas apabila tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini yaitu lenturnya dinding
thoraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdominal menyebabkan ekspirasi jika
m.intercostalis dan diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan
demikian ekspirasi merupakan kegiatan yang pasif. (3).
Jika pernapasan gagal karena otot pernapasan tidak bekerja, ventilasi paru dapat dibuat
dengan meniup cukup kuat agar paru mengembang di dalam thoraks bersamaan dengan
mengembangnya thoraks. Kekuatan tiupan harus melebihi kelenturan dinding dada,
kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdominal. Hal ini dilakukan pada ventilasi
dengan respirator atau pada resusitasi dengan bantuan napas dari mulut ke mulut (3).
Adanya lubang di dinding dada atau di pleura viseralis akan menyebabkan udara masuk ke
rongga pleura sehingga pleura viseralis terlepas dari pleura parietalis dan paru tidak lagi ikut
dengan gerak napas dinding thoraks dan diafragma. Hal ini terjadi pada pneumotoraks. Jika

dipasang penyalir tertutup yang diberikan tekanan negatif maka udara ini akan terhisap dan
paru dapat dikembangkan lagi (3).
PARU PARU
Paru-paru merupakan organ pernapasan dalam tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya 90m2. Banyaknya alveoli paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah.

Gambar 2.1 Anatomi paru-paru


Paru-paru terbagi menjadi dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan (pulmo
dekstra) terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior.
Paru-paru kiri (pulmo sinistra), terdiri dari dua lobus, pulmo sinistra lobus superior dan
lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paruparu kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua
buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Paru-paru kiri
mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah
segmen pada inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.

Gambar
2.2 Lobus

paru-

paru
Diantara
lobulus satu

dengan

yang lainnya

dibatasi

oleh jaringan

ikat yang

berisi

pembuluh

darah

getah

bening

dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus
ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2 0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada, menghadap ke tengah rongga dada/kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat bagian tampuk paru-paru yang disebut hilus. Pada
mediastinum depan terdapat jantung.

Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua
a
b

Pleura visceral, yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.


Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.

Gambar 2.3
Lapisan Pleura

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)
yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru
dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.3

Gambar 2.4 Kavum pleura


Karena tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dan
pleura viseralis, maka apa yang disebut rongga pleura atau kavitas pleura hanyalah suatu
ruangan potensial saja. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,
mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura dapat mengalami peradangan, udara
atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau
kolaps. 3
DEFINISI
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura
yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena (8).

10

ETIOLOGI
Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (5,6) :
1. Pneumotoraks spontan
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini
dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba
tanpa diketahui sebabnya.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan
didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya
fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma,
dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma
penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun
paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karena
jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
11

Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis


karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada
parasentesis dada, biopsi pleura.
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini
dilakukan

untuk

tujuan

pengobatan,

misalnya

pada

pengobatan

tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan


paru.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis, yaitu (7) :
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif
karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum
mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di
dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan
udara di rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada).
Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai
dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. (7)
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan
menjadi positif (7). Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal,
tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang
terluka (sucking wound). (5)
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama
makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada
waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan
selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di
12

dalam rongga pleura tidak dapat keluar (7). Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura
makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul
dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal
napas. (5)
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (7) :
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru
(< 50% volume paru).

2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (>
50% volume paru).

Derajat kolaps paru pada pneumothorak totalis dapat dinyatakan dalam persen dengan
rumus sebagai berikut:

13

(A x B) (a x b) X 100%
(A x B)

PATOGENESIS
Pada fisiologi pernafasan normal, pada waktu inspirasi tekanan intrapleura lebih
negatif daripada tekanan intrabronkial sehingga paru mengembang mengikuti gerakan
dinding dada yang mengakibatkan udara luar akan masuk melalui bronkus hingga ke
alveolus. Sedangkan pada saat ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga
tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada tekanan udara luar maupun intrabronkial
sehingga menyebabkan udara tertekan keluar melalui bronkus (9).
Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran pernapasan,
tekanan ini akan lebih meningkat pada permulaan batuk, bersin, atau mengejan. Apabila
terjadi peningkatan tekanan intrabronkial disertai kelemahan bagian perifer bronkus atau
alveolus, maka kemungkinan akan terjadi robekan alveolus maupun bronkus (9).
Dugaan terjadinya pneumothoraks dapat dijelaskan melalui adanya mekanisme
kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan pleura yang pecah dimana
bagian yang pecah ini berhubungan dengan bronkus. Pelebaran alveolus dan septa-septa
alveolus yang pecah kemudian dapat membentuk suatu bula berdinding tipis di dekat
daerah yang terdapat proses radang nonspesifik atau fibrosis granulomatosa(9).
Alveolus disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,
apabila alveolus melebar dan tekanan intraalveolar meningkat, maka udara dengan
mudah menuju ke jaringan peribronkovaskuler. Gerakan nafas yang kuat, infeksi, dan
obstruksi endobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang memudahkan
terjadinya robekan, selanjutnya udara yang terbebas dari alveolus dapat mengoyak
jaringan fibrotik peribronkovaskuler. Robekan pleura yang berlawanan arah dengan
hilus akan menimbulkan pneumothorax, sedangkan robekan yang mengarah ke hilus
dapat menyebabkan pneumomediastinum. Di antara organ-organ mediastinum terdapat
jaringan ikat longgar sehingga mudah ditembus udara. dari leher, udara menyebar
merata di bawah kulit leher dan dada sehingga timbul emfisema subkutis(9).
PENEGAKAN DIAGNOSIS
14

Keluhan utama pasien pneumothoraks spontan adalah sesak nafas, bernafas terasa
berat, nyeri dada, dan batuk. Sesak sering mendadak dan semakin lama semakin berat.
Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri
pada saat gerakan pernapasan. Pada pneumothoraks spontan, sebagai pencetus adalah
batuk keras, bersin, mengangkat barang-barang berat, kencing, atau mengejan. Penderita
mengeluhkan munculnya gejala dirasakan setelah melakukan hal-hal tersebut. Pada
pneumothoraks traumatik, gejala-gejala pneumothoraks tersebut muncul setelah terjadi
peristiwa yang menyebabkan trauma pada thoraks(9).
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan pneumothoraks akan muncul tanda berikut
(9)

1. Tampak sesak ringan sampai berat, tergantung pada kecepatan udara yang masuk
serta ada tidaknya klep. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek dengan mulut
terbuka.
2. Sesak nafas dengan atau tanpa sianosis
3. Badan tampak lemah dan dapat disertai syok, pada pneumothoraks dengan onset
akut dapat pula disertai keringat dingin.
4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik pada sesak nafas ringan. Pada sesak
nafas berat, nadi menjadi cepat dan lemah disebabkan waktu pengisian kapiler
berkurang.
5. Pada pemeriksaan fisik thoraks ditemukan:
Inspeksi
- Hemithoraks yang sakit dapat lebih cembung dibandingkan hemithoraks sehat
- Gerakan nafas tertinggal pada bagian thoraks yang sakit
- Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
Palpasi
- Pada sisi yang sakit, SIC dapat normal atau melebar
- Ictus cordis terdorong ke arah sisi thoraks yang sehat
- vocal fremitus melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
Perkusi
- Pada sisi yang sakit didapatkan suara hipersonor dan tidak menggetar
- Batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat, apabila tekanan intrapleural
tinggi
Auskultasi
- Pada bagian yang sakit, suara dasar nafas melemah sampai menghilang
- Suara nafas terdengar amforik bila ada fistel bronkopleurayang cukup besar pada
-

pneumothoraks terbuka
suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif
dapat pula dilakukan coin test dengan menggunakan ketukan 2 koin logam yang
satu ditempelkan di dada dan yang lain diketokkan pada koin pertama, kemudian
akan terdengar bunyi metalik pada punggung.

15

Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu penegakan diagnosis pneumothoraks


antara lain foto rontgen thoraks PA yang memperlihatkan gambaran hiperlusen, corakan
bronkovaskuler menghilang, paru mengempis, dan trakhea terdorong ke arah
hemithoraks yang sehat. Analisis gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia,
namun pemeriksaan ini kadang tidak diperlukan. Pada pneumothoraks kiri dapat
menimbulkan perubahan aksis QRS dan gelombang T precordial pada gambaran EKG
dan seringkali ditafsirkan sebagai Infark Myokard Akut (IMA). Selain itu, dapat pula
dilakukan CT scan thorax pada pasien yang diagnosisnya belum tegak setelah dilakukan
foto rontgen. pemeriksaan ini lebih spesifik untuk membedakan emfisema bulosa dan
pneumothoraks, batas antar udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner, serta dapat
membedakan pneumothoraks spontan primer atau sekunder(10)
PENATALAKSANAAN
Tindakan pengobatan pneumothorax tergantung dari luasnya pneumothoraks,
tujuannya untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan meminimalkan risiko
kambuh lagi. British Thoracic Society dan American College of Chest Physicians telah
memberikan rekomendasi untuk penanganan pneumothoraks, yaitu(10):
1. Observasi dan pemberian tambahan oksigen
2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau
tanpa pleurodesis
3. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bula
4. Torakotomi
Pada pneumothoraks tertutup dengan paru kolaps minimal dan tekanan intrapleural
masih negatif, hanya dilakukan tindakan observasi apakah gejala klinis menetap atau
bertambah berat dengan diberikan terapi oksigenasi. Apabila keluhan sesak memberat,
dapat dicurigai sebagai pneumothoraks terbuka atau bahkan tension pneumothoraks
sehingga selanjutnya diperlukan tindakan dekompresi atau membuat hubungan rongga
pleura dengan dunia luar dengan menggunakan infus set, jarum abbocath, atau
pemasangan pipa Water Sealed Drainage (WSD). Apabila diperlukan, dapat pula dibantu
dengan continous suction agar tekanan intrapleural cepat kembali menjadi negatif.
Tindakan pembedahan yang mungkin dilakukan antara lain dengan pembukaan dinding
thoraks melalui operasi, dicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks kemudian
dijahit. Apabila ditemukan penebalan pleura yang mengganggu pengembangan paru,
dapat dilakukan reseksi. Pilihan terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan
pleurodesis, yaitu dilakukan penjahitan setelah masing-masing pleura dikerok atau

16

lapisan tebal dibuang, selanjutnya kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat
fistel(9).
Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan untuk
menangani penyakit paru yang mendasarinya. Selain itu, pasien dengan pneumothoraks
dilarang melakukan kerja keras, batuk dan bersin terlalu keras, dan mengejan. Untuk
mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, dapat diberikan laksan ringan untuk
mengurangi mengejan terlalu keras pada saat defekasi(9)
Pencegahan Pneumothoraks(9)
1. Pada penderita PPOK, diberikan pengobatan yang adekuat terutama jika pasien
batuk-batuk berkepanjangan. Pilihan obat yang dapat diberikan adalah bronkodilator
dan antitusif ringan, ditambah dengan edukasi agar pasien tidak batuk dan mengejan
terlalu keras serta menghindari aktifitas berat.
2. Pada penderita TB paru, harus dilakukan terapi OAT hingga tuntas. Prognosis pasien
pneumothoraks dengan TB paru lebih baik pada pasien yang lesinya masih minimal.
Rehabilitasi(9)
1. Pasien yang telah sembuh dari pneumothoraks harus dilakukan pengobatan secara
baik untuk penyakit paru yang mendasarinya.
2. Pasien diberikan edukasi agar menghindari batuk dan mengejan terlalu berat, derta
menghindari beraktifitas berat seperti mengangkat beban.
3. Apabila mengalami kesulitan defekasi, dapat diberikan laksan ringan
4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama jika ada keluhan batuk dan sesak
nafas.

KOMPLIKASI
Tension pneumothoraks dapat menyebabkan kegagalan respirasi akut, empyema,
hidro-pneumothoraks, hematothoraks, pneumomediastinum dan emfisema subkutis,
hingga henti jantung paru dan kematian. Selain itu, pneumothoraks dapat pula
menyebabkan terjadinya pneumothoraks simultan bilateral (insidensi + 2 %) dan
pneumothoraks kronik, bila tetap ada selama waktu lebih dari 3 bulan (insidensi + 5 %)
(10)

PROGNOSIS
Pasien dengan pneumothoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami
kekambuhan, baik setelah sembuh dari observasi maupunsetelah pemasangan tube
thoracostomy. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak
dijumpai komplikasi. Pasien pneumothoraks spontan sekunder prognosisnya tergantung
dari penyakit paru yang mendasaarinya(10).
17

ANALISIS KASUS
Pada pasien ini didapatkan data Tn. Zaini bin Zuber , laki-laki berusia 46 tahun
dengan keluhan sesak nafas secara mendadak.
Dari anamnesis didapatkan sesak nafas secara mendadak, sesak tidak disertai
mengi, tidak dipengaruhi aktifitas, sesak tetap dirasakan saat istirahat. Pasien tidak
mengalami trauma. Pasien merasakan batuk, batuk berdahak, tidak disetai darah. Pasien
merasakan sedikit demam, ada keringat malam hari, pasien merasakan penurunan berat
badan. Pasien mantan perokok dengan kisaran 2 bungkus per hari. 2 minggu sebelumnya
pasien dirawat di Rs Paru. Pasien dibawa ke IGD RSMH dan dipasang Chest tube.
Hasil pemeriksaan fisik pada status lokalis thorax didapatkan hasil Jejas (-),
iktus cordis tidak terlihat dan tidak teraba, batas jantung sulit dinilai, murmur (-), gallop (-).
Pada pemeriksaan pulmo terpasang chest tube dextra dengan undulasi (+), air bubble (+),
stem fremitus menurun, hipersonor di kedua hemithorax, vesikuler menurun di hemithorax
sinistra.
Pemeriksaan penunjang dengan Rontgen thorax didapatkan hasil sudit
costophrenicus kiri tumpul, perselubungan thorax kiri. Kesan pleura effusion kiri dan chest
tube thorax kanan di ICS-IV. Pada pemeriksaan Ct Scan thorax didapatkan hasil
pneumothorax kanan, pulmo hiperdens kiri. Kesan pneumothorax dextra, contusion
pulmonum kiri.

18

Anda mungkin juga menyukai