Anda di halaman 1dari 29

REFERAT HEMOPTISIS

Disusun Oleh :
Riko Kuswara (I11112068)

Pembimbing :
dr. Eva Lydia Ingan R. M., Sp.P

Batuk
Batuk

Batuk
Batukdarah
darah
(hemoptisis)
(hemoptisis)
Saluran
Saluran
pernafasan
pernafasan
bawah
bawah

Berhenti sendiri
Tidak ada
Tidak ada
robekan
robekan
pembuluh
darah
pembuluh darah
(Arief, 2009)
(Arief,
2009)
(Price,
2012)
(Price, 2012)
Komplikasi
yang
Komplikasi
yang
paling sering
paling
sering
adalah
asfiksia
adalah asfiksia

(WHO , 2004)
TB di indonesia
256
kasus/100.000
penduduk
(Price, 2012)
10-20% daerah
prevalensi TB
yang tinggi
(Price, 2012)
(Price,
2012)
45%
pada
45% pada
bronkiektasis
bronkiektasis
10%
pada tumor
10% pada tumor

Vaskularisasi Paru

Anatomi dan Fisiologi Paru

HEMOPTISIS

Definisi
Batuk darah adalah ekspektorasi darah
atau dahak yang berdarah, berasal dari
saluran nafas di bawah pita suara. Sinonim
batuk darah ialah hemoptoe atau hemoptisis.
Faktor asfiksia
Tingkat gawat
darurat

Jumlah darah
yang keluar
Pneumonia
aspirasi

Etiologi
Infeksi tuberkulosis, abses paru,pneumonia.
Kardiovaskuler stenosis mitralis dan aneurisma
aorta.
Neoplasma karsinoma bronkogenik dan
poliposis bronkus.
Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).
Benda asing di saluran pernapasan.

Arief, N. 2009. Kegawatdaruratan Paru. Jakarta:


Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi FK UI.

Etiologi
Penyebab batuk darah menurut penyelidikan Osler A.
Abbott

Etiologi
Batuk darah
idiopatik

Batuk darah
sekunder

Penyebab tidak
diketahui

Penyebab diketahui

Pria : wanita = 2 : 1
Umumnya 30-50
tahun
-

Peradangan
Neoplasma
dan lain-lain

PAPDI. 2012. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya,
Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.
Ward JPT, Ward J, Leach RM, Wiener CM. Tuberkulosis paru dalam buku at a glance Sistem respirasi. Jakarta:
Erlangga; 2008.hal.80-81.

Anak-anak dan
remaja :
- Bronkiektasis
- Stenosis Mitral
- Tuberkulosis

Umur 20-40 tahun:


Tuberkulosis
Bronkiektasis
- Stenosis Mitral
-

Umur >40 tahun:


- Karsinoma
bronkogen
- Tuberkulosis
- Bronkiektasis

Snell, SS. Thorak dalam buku anatomi klinik. Jakarta: EGC;

Batuk darah
pada TB

Batuk darah
pada Karsinoma

Batuk darah
pada
Bronkiektasis

Batuk darah
pada Bronkitis
kronik
Batuk darah
pada abses paru

Rasmussens
aneurysm yang
pecah
Protrombin yang
kurang
Jar tumor yang
nekrosis
Invasi tumor
Mukosa bronkus
yang sembab
infeksi
Anastomose
pembuluh darah
Dinding bronkus
mengalami ektasis
Mukosa yang
sembab terobek
batuk
Kavitas berdinding
tebal trauma
saat batuk

Batuk darah
pada Mitral
stenosis

Batuk darah
pada Infark
paru
Batuk darah
pada Good
pasteur syn

Patofisiologi
Tekanan
tinggi
butir darah
masuk alveoli
Pecahnya varises
di mukosa bronkus
Anastomose vena
pulmonalis

Anastomose
pembuluh darah
Hilangnya
keutuhan
membran endotel
pemb darah

Batuk darah
pada Infeksi
jamur
Batuk darah
pada Batuk
keras

Terjadi perlepasan
antikoagulan

Cedera dada

Trauma

Batuk keras
merusak mukosa
bronkus

Klasifikasi
Klasifikasi menurut Pusel

Arief, N. 2009. Kegawatdaruratan


Paru. Jakarta: Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi FK UI.

Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan perkiraan darah
yang dibatukkan
Bercak (Streaking)

< 15-20 ml/24 jam

Bronkitis

Hemoptisis

20-600 ml/24 jam

Kanker paru,
pneumonia, TB,
emboli paru

Hemoptisis massif

>600 ml/ 24 jam

Kanker paru, kavitas


pada TB, atau emboli
paru.

Pseudohemoptisis

Batuk dari saluran


napas bagian atas
Klasifikasi menurut jumlah darah yang
keluar

Single hemoptysis

Perdarahan berlangsung
kurang dari 7 hari

Repeated hemoptysis

perdarahan berlangsung
lebih dari 7 hari dengan
interval 2 sampai 3 hari

Frank hemoptysis

bila yang keluar darah


saja tanpa dahak

Manifestasi Klinik

Kriteria batuk darah:


Batuk darah ringan (<25cc/24 jam).
Batuk darah berat (25-250cc/ 24 jam).
Batuk darah masif (batuk darah masif
adalah batuk yang mengeluarkan darah
sekitar 600 ml dalam 24 jam).

Kriteria hemoptisis masif :


1. Batuk darah > 600 ml/24 jam dan tidak
berhenti
2. Batuk darah < 600 ml/24 jam tapi > 250
ml /24 jam dengan kadar Hb <10 g% dan
batuk darah masih berlangsung
3. Batuk darah < 600 ml/24 jam tapi > 250
ml /24 jam dengan kadar Hb <10 g% tetapi
selama pengamatan 48 jam yang disertai
perawatan konservatif batuk darah tersebut
tidak berhenti

Penegakkan diagnosis
Anamnesis

Jumlah, warna, lama, aktivitas, jenis batuk,


perokok, riw peny paru dan jantung

Pemeriksaan
fisik

Inspeki, palpasi, perkusi, auskultasi

Pemeriksaan
penunjang

Fo thorax, pem dahak, LAB, Bronkoskopi

Bronkoskopi
Indikasi :
Bila radiologik tidak didapatkan
kelainan
Batuk darah yang berulang
Batuk darah masif : sebagai
tindakan terapeutik

Penatalaksanaan
Tujuan

Langkah langkah :
Pemantaun
menunjang fungsi vital

Pemantauan dan tatalaksana


hipotensi, anemia dan kolaps
Pemberiankardiovaskular
oksigen, cairan plasma
expander dan darah
dipertimbangkan sejak awal
Pasien dibimbing untuk batuk yang
benar

Mencegah obstruksi
saluran napas

Kepala pasien diarahkan ke bawah


untuk cegah aspirasi
Kadang memerlukan pengisapan
darah, intubasi atau bahkan
bronkoskopi

Menghentikan
perdarahan

Pemasangan kateter balon oklusi


forgarty untuk tamponade
perdarahan
Teknik lain dengan embolisasi
arteri bronkialis dan pembedahan

Terapi :
1. Terapi konservatif
- Mencegah penyumbatan saluran nafas
- Memperbaiki keadaan umum penderita
- Menghentikan perdarahan

- Mengobati penyakit yang mendasarinya


2. Terapi Pembedahan
- Reseksi paru : lobektomi atau pneumonektomi
- Terapi kolaps
- Lain lain : Embolisasi artifisial atau Bronchial
Artery Embolization (BAE)

Kom plikasi
Komplikasi yang dapat mengancam

jiwa
penderita
adalah
asfiksia,
sufokasi dan kegagalan sirkulasi
akibat kehilangan banyak darah
dalam
waktu
singkat,
serta
atelektasis

PROGNOSIS
Hemoptisis idiopatik : prognosis baik
Hemoptisis sekunder faktor
Tingkatan hemoptisis: hemoptisis yang terjadi
pertama kali mempunyai prognosis yang lebih
baik.

Jenis

penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.


Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang
segera dilakukan untuk menghisap darah yang beku
di bronkus dapat menyelamatkan penderita.

a. Hemoptisis <200ml/24jam prognosa baik


b. Profuse massive>600cc/24jam prognosa jelek
85% meninggal

Bagan

Alur tatalaksana pasien dengan


hemoptisis massif

Alur tatalaksana pasien dengan


hemoptisis non massif

PEN U TU P
Kesimpulan :
Batuk darah (hemoptisis) adalah darah
atau dahak bercampur darah yang
dibatukkan yang berasal dari saluran
pernafasan bagian bawah.
Untuk mengetahui penyebab batuk
darah kita harus memastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari saluran
pernafasan bawah, dan bukan berasal
dari nasofaring atau gastrointestinal.

Tujuan pokok terapi hemoptisis


ialah
mencegah
asfiksia,
menghentikan
perdarahan
dan
mengobati
penyebab
utama
perdarahan.
Prognosis
dari
hemoptisis
ditentukan
oleh
tingkatan
hemoptisis, macam penyakit dasar
dan
cepatnya
tindakan
yang
dilakukan.

Pada hemoptisis masif, kunci tata laksana adalah

mempertahankan terbukanya saluran napas,


memosisikan pasien agar darah tidak berpindah
ke paru yang baik, menekan batuk dengan kodein
fosfat 30-60 mg IM, dan mempertahankan
tekanan darah dengan transfusi.
Pada hemoptisis ringan dan bercak, terapi dasar
meliputi istirahat total dengan posisi paru yang
mengalami perdarahan ditempatkan di bawah,
penekanan refleks batuk dengan kodein fosfat 3060 mg IM setiap 4-6 jam selama 24 jam, dan
terapi spesifik untuk kondisi yang melandasi.
Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan
kelainan sistem pernapasan. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
II. Ed 5. Jakarta: InternaPublishing; 2009. h.969-73.

Tatalaksana
Menenangkan perasaan pasien dan

menasihati pasien agar tidak


menahan batuk agar darah dapat
keluar
Memerintahkan tirah baring total
Menyingkirkan prosedur diagnostic
yang tidak diperlukan sampai gejala
hemoptisis mereda
Menekan gejala batuk bila gejala ini
memperberat hemoptisis

H em optisis m asif
Hemotisis masif emergensi intubasi
dan suction.
Pemasangan intubasi Untuk mencegah
asfiksia
Pengobatan :
Pemberian vasokonstriktor
gonadotropin releasing hormone agonist
atau danazol

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai