1. Asam Jengkolat
Jika berlanjut, dapat terjadi gagal ginjal akut yang ditandai dengan fase
oliguri-anuria (pengeluaran urin yang sangat sedikit hingga tidak dapat keluar),
yang kemudian diikuti dengan fase poliuria (volume urin yang sangat besar dalam
periode tertentu).
Keracunan asam jengkolat ringan (nyeri pinggang dan nyeri pada perut)
umumnya dapat diobati dengan minum air yang banyak serta pemberian natrium
bikarbonat 2 gram sebanyak 4 kali sehari secara oral hingga gejala hilang
(asimptomatis). Sedangkan bila terjadi gejala keracunan berat (oliguria,
hematuria, anuria atau tidak dapat minum), maka penderita perlu dirujuk ke rumah
sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Daftar pustaka
2. Singkong
Hidrogen sianida (HCN) atau asam sianida ini merupakan racun pada
singkong, masyarakatmengenal sebagai racun asam biru karena adanya bercak
warna biru pada singkong dan akan menjadi toksin (racun) bila dikonsumsi pada
kadar HCN lebih dari 50 ppm.
Gejala Keracunan
Penatalaksanaan keracunan
Daftar pustaka
Gejala klinis
- Meningkatkan kewaspadaan
- Meningkatkan aktivitas lokomotor
- Meningkatkan mood
- Menurunkan nafsu makan
- Euforia
- Hiperthermi
Kadar plasma yang dicapai pada dosis tersebut adalah 5-10μg/100 ml.
Pada penggunaan dosis tinggi secara tunggal (≥ 20-30 mg) atau pemakaian yang
terus menerus dengan dosis kecil selama beberapa hari amfetamine dapat
menginduksi keadaan psikosa toksik yang ditandai oleh:
- Pemikiran delusional
- Halusinasi dengar
Gejala-gejala tersebut sangat erat berhubungan dengan suatu Skizofrenia
paranoid akut.
Dikatakan pula bahwa pada pemakaian dengan dosis 10-30 mg dekstro
amfetamine menimbulkan gejala:
- Mengurangi rasa lelah
- Meningkatkan inisiatif
- Menigkatkan daya konsentrasi
- Insomnia
Pada penggunaan dengan dosis tinggi akan menimbulkan:
- Kejang-kejang
- Gerakan stereotipik
- Psikosis
Pada percobaan binatang dikatakan pemberian amfetamine dengan dosis
1,0-2,5 mg/kg menghasilkan peningkatan aktivitas lokomotor, tetapi dosis ≥ 2,5
mg/kg menimbulkan pola prilaku stereotipik. Efek perifer amfetamine
ditimbulkan oleh karena pelepasan norepinefrin, efek tersebut yaitu:
- Meningkatnya sistolik dan diastolik
- Meningkatnya denyut jantung
- Aritmia jantung
Dosis toksik dari amfetamine sangat bervariasi. Kadang-kadang
manifestasi toksik dapat terjadi sebagai idiosinkrasi setelah dosis sedikitnya 2 mg.
Tetapi sangat jarang terjadi dengan dosis dibawah 15 mg. Reaksi yang berat dapat
terjadi pada penggunaan yang kronis. Beberapa peneliti telah membagi gambaran
klinik dari toksisitas sublethal dalam beberapa kategori berdasarkan pada beratnya
gejala.
Efek Sistemik
• Sistem kardiovaskuler
Terhadap jantung amfetamine menimbulkan sinus takhikardi. Selain itu juga
dapat menyebabkan:
- hipertensi
- sinus takikardia
- iskemi miokard
• Rhabdomiolisis
Koppel membedakan rhabdomiolisis primer akibat toksin dan sekunder akibat
iskemia atau hipokalemi. Pada gangguan amfetamine rhabdomiolisis disebabkan
sekunder akibat iskemia otot pada overdosis dari obat. Hal ini dapat merupakan
akibat dari kompresi otot lokal saat koma, kejang yang terjadi terus menerus dan
mioklonos, pemakaian kronis dari amfetamine yang menyebabkan hipokalemi.
• Kerusakan ginjal
Amfetamine mengakibatkan myoglobinuric tubular necrosis, sedangkan
metamfetamine dapat menyebabkan Proliferatif Glomerulonephritis akibat dari
suatu systemic necrotizing vasculitis. Biasanya terjadi bila amfetamine digunakan
secara intravena, Merupakan keadaan yang jarang terjadi, dan timbul bila terjadi
overdosis. Yang paling sering adalah derivat metamfetamin.
• Gangguan GIT
Amfetamine dapat menyebabkan toksisitas pada kolon akibat iskemi
• Fungsi seksual
Amfetamine menyebabkan ejakulasi spontan
• Sistem endokrin
Fenfluramin menyebabkan hiperprolaktiemia
• Hiperthermia
Mekanisme hiperthemia akibat amfetamine biasanya akibat gangguan
thermoregulasi. Selain itu sind hiperthermi sentral dapat diakibatkan oleh drug
induce amfetamine yang menimbulkan hiperrefleksi otonom (meningkatkan
produksi panas). Peningkatan suhu khas berkisar 39o – 40 o. Biasanya suhu
kembali normal dalam 48-72 jam bila obat dihentikan, tetapi dapat menetap
beberapa hari sampai minggu bila disertai rash makulopapulaer akibat reaksi obat.
Hiperthermi biasanya berhubungan dengan intoksikasi. Merupakan gejala yang
paling sering ditemukan dan keadaan ini dapat reversible
Efek Psikiatris
• Psikosa
Psikosa akibat amfetamine sebagian besar berupa skizofrenia paranoid
• Depresi
Derivat amfetamine yang dapat menimbulkan depresi terutama adalah
enfluramin
• Agresif
Violence adalah tingkah laku khas ditandai dengan menyerang secara agresif atau
membunuh. Hal ini dapat dipresipilasi oleh gangguan mental, situasi frustasi atau
penyakit organik.
Efek Neurologis
• Gangguan kesadaran
Gangguan kesadaran dapat terjadi pada penggunaan amfetamine. Koma pada
amfetamine biasanya terjadi setelah kejang, tetapi pada pengguna narkotika koma
dapat terjadi berhubungan dengan:
- overdosis, murni (jarang), campuran dengan sedatif
- hipoksia, edema paru, aspirasi pneuminitis,pneumoni
- hipoglikemia
- postanoksik ensefalopati
- trauma
- kejang
- sepsis
- hepatik ensefalopati
Gambaran klinis dibagi menjadi beberapa stadium:
- agitasi
- agresif
- paranoid
- halusinasi
Gejala fisik:
- pireksia
- hipertensi
- takikardi
- aritmia
- dilatasi pupil
- tremor
- kejang
• Movement disorders
Chorea merupakan gangguan yang sering ditemukan. Hal ini ditemukan sebagai
reaksi toksik setelah pemakaian kronis. Pada dosis kecil kadang-kadang
menimbulkan chorea pada tungkai dan orofasial yang reversibel. Pada
penggunaan kronis dapat timbul chorea generalisata
• Efek pertumbuhan
Pada anak-anak amfetamine dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Hal ini
terjadi pada pemakaian kronis. Anak-anak hanya dapat tumbuh sampai 60-75%
dari normal, tetapi bila obat dihentikan maka tampak pertumbuhan anak akan
kembali berlangsung bahkan sangat cepat.
• Stroke
Vaskulitis sistemik ditemukan setelah pemakaian kronis intravena dan oral dari
amfetamine. Pada usia muda proses vaskulitis terbatas pada sirkulasi serebri
sehingga dapat menimbulkan sindroma stroke akut. Mekanisme terjadinya
vaskulitis ini tidak jelas.
• Stroke perdarahan
Amfetamine dapat menyebabkan perdarahan intraserebral melalui mekanisme
vaskulopati ataupun hipertensi akut. Perdarahan otak dapat terjadi setelah
pemakaian amfetamine biasanya secara injeksi. Perdarahan intraserebral ataupun
subarakhnoid dapat terjadi pada pengguna amfetamine
• Kejang
Pada pengguna amfetamine kejang dapat timbul baik pada pemakaian pertama
kali ataupun pada pemakaian kronis, biasanya akibat intoksikasi akut. Kejang
dapat berupa kejang fokal, umum, tonik klonik ataupun status epilepsi. Seluruh
kasus kejang pada pemakai amfetamine terjadi pada pemakai secara intravena.
Sindroma toksik dari amfetamine: Memberikan gambaran sindroma
simpatomimetik. Gejala yang sering ditemukan:
- defusi
- paranoid
- takikardi (atau bradikardi bila obat murni alfa adrenergik agonis)
- hipertensi
- diaphoresis
- piloereksi
- midriasis
- hiperrefleksi
- kejang, hipotensi dandisritmia dapat terjadi pada kasus yang berat
Tatalaksana
Bilas lambung
Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
Daftar pustaka :
1. Sudarso Y. Tentang Napza. Narasi Anjuran Presentasi Fasilitasi untuk
Topik Napza [Online] 2008 [cited 2008 April 23]; Available from:
URL:http://webmaster.sman1ciawigebang.com
2. Japardi I. Efek Neurologi Dari Ecstasi dan shabu-shabu. Fakultas
Kedokteran Bagian Bedah [Online] 2002 [cited 2008 April 23]; Available
from: URL:http://www.usu.ac.id
3. Anonyma. NAPZA [Online] 2001 [cited 2008 April 24]; Available from:
URL:http://www.bkkbn.go.id.
4. Idries AM. Keracunan. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. edisi
1. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. Hal 329 – 46