DAFTAR ISI.................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................2
2.1 Anatomi................................................................................................................3
2.2 Fisiologi...............................................................................................................4
2.3 Definisi.................................................................................................................6
2.4 Klasifikasi............................................................................................................6
2.5 Patofisiologi.........................................................................................................8
2.7 Diagnosis............................................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan.................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Pleura merupakan suatu membran yang melapisi paru-paru yang terdiri dari
jaringan ikat fibrosa yang memiliki sejumlah kapiler, baik limfa maupun darah.
Jaringan ikat tersebut terdiri dari sel fibroblast primer yang dilapisi oleh lapisan
sel skuamosa/lapisan mesotel sehingga terbentuk membran serosa/membran
pleura. Selain itu, pleura memiliki permukaan yang halus, licin, dan tipis serta
membungkus dinding anterior toraks dan diafragma superior.
2
Rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial yaitu pleura
parietalis dan pleura visceralis. Pleura parietalis melapisi otot-otot dinding dada,
tulang dan kartilago, diafragma dan mediastinum yang sangat sensitif terhadap
nyeri. Pleura visceralis melapisi paru dan menyusup ke dalam semua fisura dan
tidak sensitif terhadap nyeri.
2.2 Fisiologi
Di dalam rongga pleura terdapat cairan pleura seperti lapisan film karena
jumlahnya sangat sedikit (10-20 mL) yang berfungsi memisahkan pleura parietal
dan viseral. Cairan pleura masuk ke dalam rongga pleura dari dinding dada yaitu
bagian pleura parietalis dan mengalir meninggalkan rongga pleura menembus
pleura visceralis untuk masuk ke dalam aliran limfa dan melumasi permukaan
pleura sehingga memungkinkan gesekan kedua lapisan tersebut pada saat
pernapasan. Arah aliran cairan pleura tersebut ditentukan oleh tekanan hidrostatik
dan tekanan osmotik di
kapiler sistemik.
3
Proses inspirasi terjadi saat tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Tekanan paru dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya volume
paru diakibatkan oleh pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi
akibat 2 faktor, yaitu faktor thoracal dan abdominal. Faktor thoracal (gerakan
otot-otot pernafasan pada dinding dada) akan memperbesar rongga dada ke arah
transversal dan anterosuperior, sementara faktor abdominal (kontraksi diafragma)
akan memperbesar diameter vertikal rongga dada. Akibat membesarnya rongga
dada dan tekanan negatif pada kavum pleura, paru menjadi terhisap sehingga
mengembang dan volumenya membesar, tekanan intrapulmoner pun menurun.
Oleh karena itu, udara yang kaya O2 bergerak dari lingkungan luar ke alveolus. Di
alveolus, O2 berdifusi masuk ke kapiler sementara CO2 berdifusi dari kapiler ke
alveolus.
Sebaliknya, proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih besar
dari tekanan atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma
mengakibatkan rongga dada kembali ke ukuran semula sehingga tekanan pada
kavum pleura menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya, tekanan
intrapulmoner meningkat sehingga udara yang kaya CO2 akan keluar dari paru ke
atmosfer.
4
2.3 Definisi
Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara di dalam rongga
pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Hidropneumotoraks adalah
suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di dalam rongga pleura yang
mengakibatkan pula kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa disertai dengan
nanah (empiema), yang dinamakan dengan piopneumotoraks.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi pneumotoraks dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab,
tingkat kolaps jaringan paru, dan jenis fistula. Berdasarkan penyebabnya,
pneumotoraks dibagi menjadi:
1. Pneumotoraks spontan, terjadi secara tiba-tiba, dibagi menjadi:
a. Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang
mendasari sebelumnya. Umumnya terjadi pada dewasa muda dengan fisik
yang sehat dengan penyebab yang masih idiopatik.
b. Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang terjadi disebabkan karena penyakit paru yang
mendasarinya, seperti pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, PPOK,
asma, kistafibrosis, ca bronkus, dan lain-lain.
2. Pneumotoraks traumatik, terjadi akibat adanya suatu trauma yang
menyebabkan robeknya pleura, dinding dada, maupun paru. Dibagi menjadi:
a. Non-iatrogenik
Pneumotoraks yang disebabkan oleh adanya jejas kecelakaan,
misalnya jejas dinding dada.
b. Iatrogenik
5
Pneumotoraks yang disebabkan komplikasi dari tindakan medis
(biopsi pleura, transbronkial, kanulasi vena sentral), dapat dibedakan
menjadi:
Aksidental: terjadi karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan
medis, misalnya pada parasintesis dada dan biopsi pleura.
Artifisial: sengaja dilakukan dengan mengisi udara ke dalam
rongga pleura untuk tujuan pengobatan, misalnya pada
tuberculosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai
permukaan paru.
6
Berdasarkan jenis fistulanya, pneumotoraks dibagi menjadi:
7
tekanan udara di dalam rongga pleura semakin meningkat dan melebihi
tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura dapat menekan
paru sehingga sering menimbulkan gagal napas dan dapat mendorong
mediastinum ke arah kontralateral.
2.5 Patofisiologi
Pada saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan
intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan dinding dada sehingga
udara dari luar terhisap masuk melalui bronkus hingga mencapai alveol. Pada saat
ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura lebih
tinggi daripada tekanan udara alveol atau di bronkus akibatnya udara akan ditekan
keluar melalui bronkus. Tekanan intrabronkial meningkat apabila ada tahanan
pada saluran pernapasan dan akan mencapai puncak sesaat sebelum batuk, bersin,
dan mengejan. Apabila di bagian perifer bronki atau alveol ada bagian yang
lemah, maka kemungkinan terjadinya robekan bronki atau alveol akan sangat
mudah.
Dengan demikian, dugaan terjadinya pneumotoraks dapat dijelaskan yaitu jika
ada kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pleura yang
pecah. Bagian yang robek tersebut berhubungan dengan bronkus. Pelebaran
alveoli dan septa-septa alveol yang pecah kemudian membentuk suatu bula yang
berdinding tipis di dekat daerah yang ada proses non spesifik atau fibrosis
granulomatosa. Keadaan ini merupakan penyebab yang paling sering dari
pneumotoraks. Pada kasus pneumotoraks ditemukan juga sedikit cairan dalam
pleuranya, cairan biasanya bersifat serosa atau kemerahan (berdarah). Hidrotoraks
timbul dengan cepat setelah terjadinya pneumotoraks pada kasus
trauma/perdarahan intrapleural.
8
Ada beberapa kemungkinan komplikasi pneumotoraks, suatu katup bola yang
bocor yang menyebabkan tekanan pneumotoraks bergeser ke mediastinum.
Sirkulasi paru dapat menurun dan mungkin menjadi fatal. Apabila kebocoran
tertutup dan paru tidak mengadakan ekspansi kembali dalam beberapa minggu,
jaringan parut dapat terjadi sehingga tidak pernah ekspansi kembali secara
keseluruhan. Pada keadaan ini cairan serosa terkumpul di dalam rongga pleura
dan menimbulkan suatu hidropneumotoraks.
Hidropneumotoraks spontan sekunder bisa merupakan komplikasi dari TB
paru dan pneumotoraks yaitu dengan rupturnya fokus subpleura dari jaringan
nekrotik perkejuan sehingga tuberkuloprotein yang ada di dalam masuk rongga
pleura dan udara dapat masuk dalam paru pada proses inspirasi tetapi tidak dapat
keluar paru ketika proses ekspirasi, semakin lama tekanan udara dalam rongga
pleura akan meningkat melebihi tekanan atmosfer, udara yang terkumpul dalam
rongga pleura akan menekan paru sehingga sering timbul gagal napas.
9
Nyeri dada yang tajam dan timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri bila
penderita menarik napas atau batuk kuat
Sesak napas
Dada terasa sempit
Batuk iritatif yang disebabkan perangsangan ujung-ujung saraf baik di
permukaan pleura maupun di dinding bronkus yang kolaps
Denyut jantung meningkat
Kulit tampak sianosis akibat kekurangan oksigen
2.7 Diagnosis
Diagnosis hidropneumotoraks harus ditegakkan sedini mungkin untuk
mencegah perburukan keadaan pasien. Untuk menegakkan diagnosa perlu
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
2.7.1 Anamnesis
Biasanya terdapat anamnesis yang khas, yaitu nyeri dada seperti
ditusuk, sesak nafas dan terkadang disertai batuk. Nyeri dada dan sesak
nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat
ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan
paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada penderita
COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun dapat menimbulkan sesak
nafas yang hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-
tusuk pada sisi paru yang terkena, kadang menyebar ke arah bahu,
hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan
batuk. Sakit dada biasanya berangsur-angsur hilang dalam waktu satu
sampai empat hari.
Batuk merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru
lain, tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Pada pneumotoraks
spontan primer biasanya tidak menunjukkan gejala. Pada penderita
10
pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama makin
hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat mengalami syok karena
gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah di
mediastinum.
11
Pneumotoraks. Tampak adanya pleural white line.
12
Lung entrapment pada Hidropneumotoraks paru kiri
hidropneumotoraks paru (panah putih) dengan kolaps
bawah kanan paru kiri (panah hitam)
2.7.3.2 Ultrasonografi
Pada USG toraks normal didapatkan (a) gambaran transversal
melewati sela iga. Toraks terlihat sebagai tumpukan garis yang
merupakan lapisan otot dan fascia. Pleura visceralis dan parietalis
tampak sebagai garis gema yang bergerak berlawanan satu sama lain
pada saat inspirasi dan ekspirasi (sliding sign). Garis reverberation
dibawah garis pleura menandakan adanya jaringan paru yang terisi udara
dibawahnya. (b) Gambar longitudinal melewati sela iga. Iga normal
terlihat sebagai garis hyperechoic yang bersekat (anak panah) dengan
acoustic shadow di bawah iga. (c) Contoh sebuah comettail artefact
pada orang normal.
13
USG Paru Normal. Tampak garis pleura (solid arrow)
dan comet-tail (open arrow)
14
2.7.3.3 CT Scan
Pemeriksaan CT Scan toraks dapat dilakukan apabila tidak ditemukan
gambaran pneumotoraks yang jelas dari foto toraks, dan dapat
dipertimbangankan sebagai standar referensi untuk mendeteksi adanya
trauma toraks. CT scan toraks memiliki sensitivitas 89% dan spesifisitas
93% dalam mendeteksi cairan pada rongga pleura. Untuk
hidropneumotoraks, pemeriksaan ini berguna untuk membedakan
diagnosis hidropneumotoraks dan abses paru, karena pemeriksaan ini
dapat lebih jelas dalam menentukan daerah penumpukan cairan.
Hidropneumotoraks
kanan. Tampak gambaran
air fluid level.
16
2.8 Diagnosis Banding
2.8.1 Piopneumotoraks
Piopneumotoraks dikenal sebagai hidropneumotoraks yang terinfeksi
atau empiemik hidropneumotoraks, merupakan kumpulan pus dan udara pada
rongga pleura. Perbedaan gambaran hidropneumotoraks adalah pada
piopneumotoraks tampak gambaran pleural thickening.
Penebalan Pleura
Hemotoraks
Hemotoraks
yaitu adanya darah di
dalam rongga dada, istilah
tersebut biasanya digunakan
untuk
menggambarkan efusi pleura
akibat akumulasi darah. Jika
hemotoraks terjadi bersamaan dengan pneumotoraks maka disebut
17
hemopneumotoraks. Gambaran foto toraks dan CT scan dari hemotoraks
umumnya serupa dengan efusi pleura.
18
X-Ray X-Ray
Hidropneumotoraks Hemotoraks
19
CT Scan Hemotoraks
CT Scan Hidropneumtoraks
20
1) Memakai infus set
Jarum dimasukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga
pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan
tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat
dibuka akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus
set dalam botol.
2) Jarum Abbocath
Merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula.
Setelah jarum dimasukkan pada posisi yang tetap di dinding toraks
sampai menembus rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap
ditinggal. Kemudian kanula dihubungkan dengan pipa plastik infus
set. Setelah klem penyumbat dibuka akan tampak gelembung udara
yang keluar dari ujung infus set dalam botol.
21
negatif sebesar 10-20 cm H2O agar paru cepat mengembang. Jika
paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negatif kembali, dapat dilakukan uji coba terlebih dahulu dengan
menjepit/menekuk pipa selama 24 jam. Bila tekanan intrapleura
kembali menjadi positif, maka pipa belum bisa dicabut. Pencabutan
WSD dilakukan saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal.
3. Tindakan bedah
Membuka dinding toraks melalui operasi, kemudian jahit lubang yang
menyebabkan pneumotoraks.
Dapat dilakukan dekortikasi bila ditemukan penebalan pleura yang
membuat paru tidak bisa mengembang.
Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru mengalami robekan atau
terdapat fistula dari paru yang rusak.
Pleurodesis, yaitu tindakan membuat lapisan pleura yang tebal pada
masing-masing paru kemudian dilekatkan satu sama lain pada posisi
yang terdapat fistula.
22
BAB III
KESIMPULAN
Pada foto toraks, tampak gambaran avascular pattern dan pleural white line
pada pneumotoraks, sedangkan pada hidropneumotoraks tampak gambaran air fluid
level yang merupakan batas udara dan cairan. Pada USG pneumotoraks, tampak
adanya barcode sign dan lung point, sedangkan pada hidropneumotoraks, tampak air
fluid level dan tidak tampak comet-tail sign. Pada pemeriksaan CT toraks juga tampak
gambaran air fluid level. Pemeriksaan CT dapat digunakan untuk membedakan
diagnosis hidropneumotoraks dan abses paru, karena dapat lebih jelas menentukan
daerah penumpukkan cairan. Pada hidropneumotoraks, penumpukkan cairan terjadi
pada cavum pleura, sedangkan abses paru terjadi pada parenkim paru.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
12. Daley B. 2017. Pneumothorax http://emedicine.medscape.com/article/424547-
overview
13. Tatco V., Weerakody Y. 2017. Hydropneumothorax
https://radiopaedia.org/articles/hydropneumothorax
14. Datir A. 2017. Lung abscess. https://radiopaedia.org/articles/lung-abscess
15. Jones J., Weerakody Y. 2017. Haemothorax.
https://radiopaedia.org/articles/haemothorax
25