Oleh:
dr. Yenny Mayang Sari
dr. Resti Fadya
dr. Ayu Azlina
dr. Duilla Husaina
dr. Nurfazlina
dr. Sintia Mardhasafitri
Pembimbing:
dr. Yulia Riza, Sp.Rad
PENDAHULUAN
Pnemothoraks adalah terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura atau suatu keadaan dimana udara terkumpul didalam cavum pleura
ada hubungan terbuka antara rongga dada dan lingkungan luar melalui luka di dinding
dada yang menembus pleura parietalis atau melalui luka dijalan nafas yang sampai ke
pleura visceralis. Jika luka penyebab tetap terbuka maka paru-paru akan menguncup
karena jaringan paru bersifat elastis dan karena tidak ada tekanan negatif yang menariknya,
diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun.
Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1.1 Pneumothorak spontan
primer terjadi pada usia muda (seringnya pada usia < 35 tahun) sementara itu
pneumothorak spontan sekunder terjadi pada usia lebih tua (seringnya usia >45 tahun).5
Di Amerika Serikat, insidens pneumotoraks spontan primer pada laki-laki adalah 7,4
kasus per 100.000 orang tiap tahunnya sementara pada wanita insidensnya adalah 1,2 kasus
per 100.000 orang. Sedangkan insidens pneumotoraks spontan sekunder pada laki-laki
adalah 6,3 kasus per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000 orang. Pneumotoraks
traumatik lebih sering terjadi daripada pneumotoraks spontan dengan frekuensi yang
semakin meningkat.6
1
Kematian disebabkan pneumothoraks ± 12 %. Di RSUD Dr. Sutomo terbanyak
disebabkan oleh penyakit dasarnya ± 55 % TB paru aktif, fibrosis, emfisema lokal,
bronkhitis kronik, emfisema, terutama pada orang tua.Seaton dan kawan-kawan
melaporkan bahwa pasien tuberkulosis aktif mengalami komplikasi penumothoraks sekitar
1,4 % dan jika ada kavitas paru komplikasi pneumothoraks meningkat lebih dari 90 %.7
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
rongga pleura akibat robeknya pleura atau suatu keadaan dimana udara terkumpul
parietal.1,2,3
Gambar 1. Pneumothorak8
3
1.2. Klasifikasi dan Etiologi Pneumothorak
1. Pneumotoraks spontan
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini
2. Pneumotoraks traumatik
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis,
yaitu;
4
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis
permukaan paru.1,9
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di
dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah
negatif.7
dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka
terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan
5
nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi
lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang
bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus
yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat
tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga
pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas.1
6
a. b.
Derajat kolaps paru pada pneumothorak totalis dapat dinyatakan dalam persen
𝐴. 𝐵 − 𝑎. 𝑏
𝑥100% = Luas Pneumothorak
𝐴. 𝐵
visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura viceralis yang lemah ini pecah,
7
maka akan ada fistel yang menyebabkan udara masuk ke dalam cavum pleura.
pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi
Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi
pleura dengan tidak adanya hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan
closed pneumotorak. Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara
maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna.
pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara
terjebak pada paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup
terjadilah penekanan vena cava,shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi
jalan napas.Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena
Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan
8
masuk ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena
tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavum pleura
yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal
pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum pleura
mendesak mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak
pada cavum pleura dan paru karena luka yang bersifat katup tertutup.
dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock
oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension
pneumotorak.7,9
1. Anamnesis
Gejala klinis pneumothorak bervariasi dan bisa terjadi tanpa gejala hingga
dispneu yang parah dengan adanya takikardi dan hipotensi. Pada pasien yang
trakea, henti jantung dan pada kasus berat bisa terjadi kematian.5
hingga sedang.
lebih berat.
9
Sebanyak 95% pasien dengan pneumothorax spontan mengeluhkan ngerti
dada akut dan tiba-tiba yang diikuti oleh dispneu. Nyeri ini lebih berat dirasakan
gejala seperti dispneu sesuai dengan ukuran pneumothorax, tapi 50% pasien bisa
saja asimtomatik; beberapa pasien sering memiliki kondisi sistemik yang buruk.
Pneumothorax spontan biasanya terjadi saat istirahat dan hanya 10% kasus yang
terjadi saat aktifitas. Pada pasien yaang menderita PSP, nyeri dada dan dispneu
biasanya hilang dalam 24 jam , tapi pasien dengan PSS memiliki gejala yang lebih
berat. Ketika rongga udara pleura yang terbentuk oleh PSP kurang 25% dari
seluruh rongga pleura, tidak akan mudah terjadi hipoksemia. Namun pada pasien
yang didiagnosa dengan emfisema paru ,hanya dengan sedikit tambahan udara di
luasnya jaringan paru yang mengalami kolaps serta penyakit dasar yang telah ada
sianosis. Pada bayi, gejala dan tanda klinis mungkin sulit dikenali. Pneumotoraks
intratorakal atau mungkin tidak bergejala sama sekali. Derajat rasa nyeri tidak
pernapasan, retraksi dan menurunnya suara napas. Laring, trakea dan jantung
ringannya gejala bergantung pada luasnya jaringan paru yang mengalami kolaps
menyebabkan gejala nyeri, sesak napas dan sianosis. Pada bayi, gejala dan tanda
klinis mungkin sulit dikenali. Pneumotoraks yang cukup luas mungkin dapat
10
menyebabkan sedikit pendorongan organ intratorakal atau mungkin tidak bergejala
sama sekali. Derajat rasa nyeri tidak berhubungan dengan luasnya pneumotoraks.
Mills dan Luce derajat gangguannya bisa dimulai dari asimtomatik atau
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
dinding dada)
b. Palpasi :
1) Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
c. Perkusi :
11
1) Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
menggetar
intrapleura tinggi
d. Auskultasi :
negatif.7,9
1. Foto Thoraks
oleh batas paru kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura
12
Gambar 4.Tanda panah menunjukkan pleura white line
dan gambaran paru kolaps. 12
b. Untuk mendeteksi pneumotoraks pada foto dada posisi supine orang dewasa
maka tanda yang dicari adalah adanya deep sulcus sign.12 Normalnya, sudut
bawah hingga daerah lateral dari hepar dan lien. Jika terdapat udara pada
biasanya. Oleh karena itu, seorang klinisi harus lebih berhati-hati saat
pada foto dada seri. Jika hal ini terjadi maka pasien sebaiknya difoto ulang
dengan posisi tegak. Selain deep sulcus sign, terdapat tanda lain
pneumotoraks berupa tepi jantung yang terlihat lebih tajam. Keadaan ini
13
Gambar 5. Deep sulcus sign (kiri) dan tension pneumotoraks kiri.12
c. Jika pneumotoraks luas maka akan menekan jaringan paru ke arah hilus
jantung yang dapat menyebabkan gagal sirkulasi. Jika keadaan ini terlambat
14
Gambar 6. Simple Pneumotoraks (kiri) tanpa pendesakan trakea dan jantung,
inflamasi sebelumnya maka kolaps paru komplit tidak dapat terjadi. Hal yang
sama juga terjadi pada pasien dengan penyakit paru difus di mana paru menjadi
kaku sehingga tidak memungkinkan kolaps paru komplit. Pada kedua pasien
pneumothorax. Keadaan ini terjadi karena udara tidak dapat bergerak bebas
adanya daerah hiperlusen di daerah tepi paru yang berbentuk seperti cangkang
telur.14
15
Gambar 7. Loculated Pneumotoraks.14
Selain itu, foto dada juga diambil dalam keadaan ekspirasi penuh.13
Gambar 8. Pneumotoraks kanan yang berukuran kecil dalam keadaan inspirasi (kiri)
menjadi lebih padat sementara udara dalam rongga pleura tetap konstan
16
berukuran lebih kecil. Perlu diingat, pneumotoraks yang terdeteksi pada
sebenarnya.13,14
lateral dekubitus. Pada posisi ini, udara yang mengambil tempat tertinggi pada
hemitoraks (di daerah dinding lateral) akan lebih mudah terlihat dibandingkan
berikut ini7,12
17
b. Emfisema Subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam di bawah kulit.
Gambar 10. Emfisema subkutan. Tampak udara pada jaringan subkutan daerah
leher, dada dan dinding abdominal dari mediastinum.12
2. CT-scan thorak
bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
dan sekunder. 12
18
Gambar 11. CT-Scan pneumothoraks. Tampak Pneumotorak pada panah dan
emfisema subkutis pada tanda bintang12
1.6. Diagnosis Banding Radiologi Pneumothorak
dinding bleb atau bulla yang sangat tipis. Dalam beberapa kasus, dimana
dilihat dari daerah yang hiperlusen apakah pada daerah tersebut terdapat
sedangkan pada bleb atau bulla terdapat garis-garis trabekula pada daerah
paru yang mengalami bleb atau bulla. Selain itu, pada bleb atau bulla yang
A B
Gambar 12. a. Penyakit paru Bullosa, pada lobus kanan atas paru.
Tampak garis tipis pada panah putih tanpa disertai gambaran pinggir paru. Garis putih berada pada
parenkim paru dan tidak membentuk gambaran kurva paralel dengan dinding dada seperti pada
19
pneumotorak.b. CT Scan thorak, penyakit paru bullosa pada paru kanan dan pneumothorak pada
paru kiri, juga terdapat gambaran emfisema subkutan pada dinding dada kiri (panah hitam) 12
3. Post Mastectomy
20
parenkim paru. Intensitas rontgen paru dipengaruhi oleh air, udara, darah
dan jaringan intestinal. Udara dan volume darah adalah parameter yang
penting dalam menilai paru hiperlusen dimana keadaan hiperlusen
disebabkan peningkatan udara dalam paru atau penurunan suplai darah
paru.20
udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada
menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan
O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap
12-24 jam pertama selama 2 hari. Tindakan ini terutama ditujukan untuk
b. Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan
21
berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum
tersebut. 1,9
b) Jarum abbocath
dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan
tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang
dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris
22
atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela
kateter toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan
melalui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di
tekanan tersebut. 1
dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit
maksimal.9
3. Torakoskopi
4. Torakotomi
23
5. Tindakan bedah
dekortikasi.
Terapi Tambahan1
bronkodilator.
Rehabilitasi
terlalu keras.
laksan ringan.
24
4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan
tergantung penyakit paru yang mendasarinya, misalkan pada pasien PSS dengan
25
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Hisyam B dan Budiono E. Pneumothorax spontan. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI jilid II. Jakarta: Internal Publishing 2014.1640-50
13. Ketai, L. H. Pleura and diaphragm. In: Fundamentals of 9 Radiology Second Edition.
China. Elsevier Saunders. 2006. P.172-177.
14. Sutton, David. Pneumothorax. In : A Textbook of Radiology and Imaging. Vol. 1. 7th
edition. London : Churchill Livingstone. 2002. P. 371-374.
15. Massie, J. Robert. Welchons, George A. Pulmonary blebs and bullae. Cited on
[12April 2018]. Available from
http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC1609584/pdf/annsurg01326-0101.pdf
26
BAB III
LAPORAN KASUS
27
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat memiliki penyakit immunocompromise dan sedang dalam pengobatan
immunocompromise tidak ada
- Riwayat penyakit asma tidak ada
- Riwayat hipertensi tidak ada.
- Riwayat diabetes mellitus tidak ada
Status Generalis
Kulit : Sianosis (-), pucat (-), purpura (-), turgor baik
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Kepala : Normochepal, rambut putih, tidak rontok dan tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter
3mm/3mm.
Telinga : Pendengaran baik, sekret dari lumen (-)
Hidung : Sekret (-), sumbatan (-), deviasi septum (-)
Mulut : Mukosa mulut kering (+), carries (-), atrofi papil lidah (-), candidiasis oral
(-)
28
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Thorax
Cor
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : atas : RIC 2 LMCS ,
kanan : parasternalis dextra
kiri : LMCS RIC V
Au skultasi: bunyi jantung reguler, bising tidak ada
Pulmo
Inspeksi : asimetris, paru kanan sedikit tertinggal dibandingkan paru kiri
Palpasi : fremitus menurun di paru sebelah kanan, dibandingkan paru
sebelah kiri
Perkusi : paru kanan hipersonor, paru kiri sonor
Au skultasi: paru kanan suara napas berkurang, paru kiri bronkovesikular, ronki
+
Abdomen
Inspeksi : perut tampak cekung dengan stoma di regio lumbar kanan yang
tertutup stoma bag
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, NT (-), NL(-)
Perkusi : timpani
Au skultasi: bising usus (+) normal
Punggung : kifosis (-), skoliosis (-), nyeri tekan CVA (-), nyeri ketok CVA (-)
Ekstremitas: akral hangat, perfusi baik, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-,
edema (-)
29
2.5 LABORATORIUM
29 Februari 2016
Hb : 11,8 gr/dl
Leukosit : 9.000/mm3 Ht : 37%
Trombosit : 255.000/mm3 Gula darah puasa : 168 mg/dl
SGOT/SGPT : 21/15 u/L
Ureum/kreatinin: 18/0,6 mg/dl
30
Rontgen tanggal 10 April 2018 di Ruangan Paru
2.7 TATALAKSANA
31