PENDAHULUAN
Thalamoperforate Thalamus
branches
Thalamogeniculate Thalamus
branches
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke
hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau
langsung ke dalam jaringan otak 3
kecacatan.2 Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang
hidup dengan kekacauan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti
serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah
200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000 penduduk, maka
200 orang akan menderita stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2012). Hasil
dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun
prevalensi 6,9% pada posisi ke-10 tertinggi di Indonesia. Di Sumatera Barat dari
data yang ada pada Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi sebanyak
30% - 40% penderita stroke iskemik yang dirawat di ruang neurologi berusia 30 –
50 tahun.2
Lainnya :
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke,
seperti prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek
septum atrium, aneurisma septum atrium, dan lesi
aterosklerotik dan trombotik dari ascending aorta.
Merokok Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angka studi,
menunjukkan bahwa merokok jelas menyebabkan
peningkatan risiko stroke untuk segala usia dan
kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan dengan
jumlah batang rokok yang dihisap, dan penghentian merokok
mengurangi risiko, dengan resiko kembali seperti bukan
perokok dalam masa lima tahun setelah penghentian.
Peningkatan Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika
hematokrit hematokrit melebihi 55%. Penentu utama viskositas darah
keseluruhan adalah dari isi sel darah merah;
plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan peranan
penting. Ketika meningkat viskositas hasil dari polisitemia,
hyperfibrinogenemia, atau paraproteinemia, biasanya
menyebabkan gejala umum, seperti sakit kepala, kelesuan,
tinnitus, dan penglihatan kabur. Infark otak fokal dan oklusi
vena retina jauh kurang umum, dan dapat mengikuti disfungsi
trombosit akibat trombositosis. Perdarahan Intraserebral dan
subarachnoid kadang-kadang dapat terjadi.
Peningkatan Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko untuk
tingkat stroke trombotik. Kelainan sistem pembekuan darah juga telah
fibrinogen dicatat, seperti antitrombin III dan kekurangan protein C serta
dan kelainan protein S dan berhubungan dengan vena thrombotic.
sistem
pembekuan
Penyalahgunaan Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk
obat methamphetamines, norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain.
Amfetamin menyebabkan sebuah vaskulitis nekrosis yang
dapat mengakibatkan pendarahan petechial menyebar, atau
fokus bidang iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan
sebuah hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi .
Perdarahan subarachnoid dan difarction otak telah dilaporkan
setelah penggunaan kokain.
Hiperlipidemia Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan
dengan penyakit jantung koroner, mereka sehubungan dengan
stroke kurang jelas. Peningkatan kolesterol tidak muncul
untuk menjadi faktor risiko untuk aterosklerosis karotis,
khususnya pada laki-laki di bawah 55 tahun. Kejadian
hiperkolesterolemia menurun dengan bertambahnya usia.
Kolesterol berkaitan dengan perdarahan intraserebral atau
perdarahan subarachnoid. Tidak ada hubungan yang jelas
antara tingkat kolesterol dan infark lakunar.
Kontrasepsi oral Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko
stroke pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen
menurunkan masalah ini, tetapi tidak dihilangkan sama sekali.
Ini adalah faktor risiko paling kuat pada wanita yang lebih
dari 35 tahun . Mekanisme diduga meningkat koagulasi,
karena stimulasi estrogen tentang produksi protein liver, atau
jarang penyebab autoimun
Diet Konsumsi alkohol :
Ada peningkatan risiko infark otak, dan perdarahan
subarakhnoid dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol pada
orang dewasa muda. Mekanisme dimana etanol dapat
menghasilkan stroke termasuk efek pada darah tekanan,
platelet, osmolalitas plasma, hematokrit, dan sel-sel darah
merah. Selain itu, alkohol bisa menyebabkan miokardiopati,
aritmia, dan perubahan di darah aliran otak dan autoregulasi.
Kegemukan :
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs,
obesitas telah secara konsisten meramalkan berikutnya
stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian oleh
adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah berat relatif lebih dari
30% di atas rata-rata kontributor independen ke-
atherosklerotik infark otak berikutnya.
Infeksi Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral
melalui pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding
pembuluh darah. Sifilis meningovaskular dan mucormycosis
dapat menyebabkan arteritis otak dan infark.
Sirkadian dan Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara pagi
faktor musim dan siang hari. Hal ini telah menimbulkan hipotesis bahwa
perubahan diurnal fungsi platelet dan fibrinosis mungkin
relevan untuk stroke. Hubungan antara variasi iklim musiman
dan stroke iskemik telah didalihkan. Peningkatan dalam
arahan untuk infark otak diamati di Iowa. Suhu lingkungan
rata-rata menunjukkan korelasi negatif dengan kejadian
cerebral infark di Jepang. Variasi suhu musiman telah
berhubungan dengan resiko lebih tinggi cerebral infark dalam
usia 40-64 tahun pada penderita yang nonhipertensif, dan pada
orang dengan kolesterol serum bawah 160mg/dL.
2. Pemeriksaan Fisik
Langkah pertama lakukan pemeriksaan fungsi vital, seperti tekanan darah,
nadi, pernapasan, suhu. Juga tentukan kesadaran yang ditentukan menurut skor
dengan Skala Glasgow Coma Scale. Manifestasi klinik stroke sangat tergantung
pada daerah otak yang terganggu aliran darahnya dan fungsi daerah otak tang
menderita iskemia. Pemeriksaan neurologis, pada stroke hemisferik saraf otak
yang sering terkena adalah N. VII dan N.XII, pasien akan bicara pelo dan adanya
deviasi lidah. Pada stroke vetebrobasiler akan ditemukan kombinasi berbagai sara
otak yang terganggu diserati vertigo, diplopia,dan gangguan bulbar.Pemeriksaan
motorik, hampir selalu terjadi hemiperesis. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan
sensorik, refleks fisiologis dan patologis, dan kelainan fungsi luhur.
Mengenal manifestasi stroke yang sangat ringan adalah lebih penting
daripada mengenal hemiparesis yang sudah jelas. Manifestasi stroke yang paling
ringan sering berupa gangguan ketangkasan gerak maka dari itu urutan
pemeriksaan susunan motorik sebagai berikut :
Pemeriksaan ketangkasan gerak
Penilaian tenaga otot-otot
Penilaian refleks tendon
Penilaian refleks patologis
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Hemoglobin, hematokrit, eritrosit, lekosit, hitung jenis, trombosit, masa
perdarahan dan pembekuan, laju endap darah
Ureum, kreatinin, fungsi hati, urin lengkap
Gula darah sewaktu, puasa, 2 jam setelah makan, kolesterol total, HDL,
LDL, trigliserid, asam urat.
Bila perlu, elektrolit (natrium, kalium) dan gas darah
Elektrokardiografi
Pemeriksaan radiologi.
Nilai
Kesadaran : sadar 0
Delirium, stupor 1
Semikoma dan koma 2
Muntah/sakit kepala dalam dua jam : tidak 0
ada 1
Aterom/riwayat diabetes : tidak ada 0
1 atau lebih 1
SSS = (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (9,11 x tekanan
darah diastol) – (3 x ateroma) – 12.
Penderita stroke
akut
Penurunan
kesadaran
Nyeri kepala
Refleks babinski
Tidak
Penurunan kesadaran
Stroke perdarahan
(+) Ya
Nyeri kepala (-) intraserebral
Refleks babinski (-)
Tidak
Penurunan kesadaran
Stroke iskemik
(-) Ya
Nyeri kepala (-) akut atau stroke
Refleks babinski (-) infark
Stroke menurut PROF. DR. DJOENAEDI W
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
No. RM : 05.79.48
Umur : 74 tahun
Agama : Islam
ANAMNESA
Seorang pasien laki-laki berusia 74 tahun masuk bangsal Neurologi RSUD Adnan
WD Payakumbuh dengan
Keluhan Utama :
- Pasien tampak gelisah sejak ±5 hari sebelum masuk rumah sakit dan tampak
semakin gelisah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien masih dapat
membuka mata saat dipanggil keluarga, namun kadang pasien sulit untuk
diajak berkomunikasi.
- Tampak anggota gerak kiri kurang aktif dibandingkan anggota gerak kanan.
- Keluhan disertai dengan wajah mencong ke sebelah kiri dan bicara pelo.
- Riwayat kejang 4 hari sebelum masuk rumah sakit, kejang seluruh tubuh,
mata melihat ke atas, frekuensi 6 kali perhari dengan durasi ±1 menit, pasien
sadar setelah setelah kejang, riwayat lidah tergigit tidak ada, riwayat mulut
berbusa saat kejang tidak ada dan riwayat mengompol saat kejang, setiap
keluarga pasien.
Nenek pasien menderita diabetes mellitus, dan tidak ada anggota keluarga
Vital Sign
Suhu : 36,70C
Berat Badan : 78 kg
Status Internus
Thorax
Paru :
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak
ada
Jantung :
takikardi
Perkusi : Timpani
Status Neurologikus :
Brudzinsky I : - Kernig :-
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapangan pandang Sulit dinilai Sulit dinilai
Melihat warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Funduskopi Tidak dilakukan pemeriksaan
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis - -
Gerakan bulbus Doll’s eye movement (+)
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endotalmus - -
Pupil
Bentuk Isokor Isokor
Refleks cahaya + +
Refleks akomodasi + +
Refleks konvergensi + +
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Sulit dinilai Sulit dinilai
Sikap bulbus Sulit dinilai Sulit dinilai
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Sulit dinilai Sulit dinilai
Sikap bulbus Doll’s eye movement (+)
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggerakkan rahang Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggigit Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengunyah Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensorik
Divisi oftalmika
Refleks kornea + +
Sensibilitas + +
Divisi maksila
Refleks masetter + +
Sensibilitas + +
Divisi mandibula
Sensibilitas + +
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Plika nasolabialis kiri lebih datar
Sekresi air mata Sulit dinilai Sulit dinilai
Fissura palpebra Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggerakkan dahi Sulit dinilai Sulit dinilai
Menutup mata Sulit dinilai Sulit dinilai
Mencibir/ bersiul Sulit dinilai Sulit dinilai
Memperlihatkan gigi Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensasi lidah 2/3 depan Sulit dinilai Sulit dinilai
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Sulit dinilai Sulit dinilai
Uvula Sulit dinilai Sulit dinilai
Menelan + +
Artikulasi Kurang Jelas Kurang Jelas
Suara + +
Nadi Regular Regular
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Sulit dinilai Sulit dinilai
Menoleh ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu ke Sulit dinilai Sulit dinilai
kanan
Mengangkat bahu ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Sulit dinilai
Kedudukan lidah dijulurkan Sulit dinilai
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atropi - -
1. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Normogait Normogait
Romberg tes Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Ataksia Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Rebound Tidak diperiksa Tidak diperiksa
phenomen
Test tumit lutut Tidak diperiksa Tidak diperiksa
2. Pemeriksaan fungsi motorik
3. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibilitas rangsangan nyeri (+)
4. Sistem refleks
Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR ++ ++
Masetter APR ++ ++
Dinding perut Bulbokvernosus
Atas Cremaster
Tengah Sfingter
Bawah
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 14,2 gr/dl
Ht : 43%
Leukosit : 9.300/mm3
Trombosit : 85.000/mm3
DIAGNOSA
Artithis gout
SVT
DIAGNOSIS BANDING
Stroke Iskemik
PENATALAKSANAAN
Asam folat 1x 1 mq
1. EKG
2. Brain CT Scan
PROGNOSIS
R.Fis ++ ++ R.pat - -
++ ++ + -
Sensorik: rangsangan nyeri (-)
O2 NRM 7L/i
NGT dan kateter
Asam folat 1x 1 mq
Pindah ICU
BAB IV
DISKUSI
Telah diperiksa seorang pasien laki - laki umur 74 tahun yang dirawat di
diagnosis sekunder : diabetes mellitus tipe II baru dikenal, artrithis gout, dan SVT
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien tampak gelisah seak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit diikuti lemah anggota gerak kiri, lengan dan tungkai kiri.
Keluhan ini disertai juga dengan bicara pelo dan mulut mencong. Pasien kejang 4
kurang diketahui oleh keluarga pasien. Pasien rutin berobat ke spesialis penyakit
dalam karena keluhan artrithis gout yang diderita pasien. Diketahui juga bahwa
intra kranial tidak ditemukan, pada pasien ditemukan gangguan N VII yaitu plika
naso labialis kiri lebih datar dari yang kiri. Kekuatan motorik lateralisasi tidak
NRM 7L/i, NGT dan kateter dan secara khusus Injeksi citicoline 2x250 mg,
Injeksi phenitoin 3x100 mg, Injeksi paracetamol 3x500 mg, Asam folat 1x 1 mq
perburukan.
DAFTAR PUSTAKA