Anda di halaman 1dari 22

1.

Kapan dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM pada demam berdarah


dengue?
Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis
infeksi virus dengue. Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. IgM akan
tidak terdeteksi 30-90 hari setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi
seumur hidup. IgM yang positif memiliki nilai diagnostik bila disertai dengan
gejala yang mendukung terjadinya demam berdarah. Pemeriksaan IgG dan IgM
ini juga bisa digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder.
Pemeriksaan Non Struktural 1 (NS1) ditujukan untuk mendeteksi virus
dengue lebih awal. Keuntungan mendeteksi antigen NS1 yaitu untuk mengetahui
adanya infeksi dengue pada penderita tersebut pada fase awal demam, tanpa perlu
menunggu terbentuknya antibodi. Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen sebaiknya
dilakukan pada penderita yang mengalami demam disertai gejala klinis infeksi
virus dengue (pada hari 1-3 mulai demam) untuk mendeteksi infeksi akut
disebabkan virus dengue.

2. Apa vektor dari demam berdarah dengue?


Vektor dari demam berdarah dengue adalah nyamuk Aedes aegypti betina,
untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur.
Untuk epidemiologi tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan tapi
kematian sering ditemukan pada penderita perempuan
3. Kapan pengobatan demam berdarah dengue menggunakan kortikosteroid?
Apabila terdapat ensefalopati dengue dapat menggunakan kortikosteroid
untuk mengurangi oedem otak, namun pemberian kortikosteroid tidak dilakukan
bila terdapat perdarahan saluran cerna. Pada ensefalopati dengue cenderung
terjadi oedem otak dan alkalosis, maka bila syok teratasi cairan diganti dengan
cairan yang tidak mengandung HCO3, dan jumlah cairan dikurangi. Cairan yang
diberikan adalah NaCl 0,9% dan glukosa 5% dengan perbandingan 3:1.
4. Jenis-jenis cairan infus

Larutan
1. NaCl

Komposisi
Na 154 mmol

Indikasi
a. Resusitasi

Cl 154 mmol

2. Ringer Laktat

Na = 130-140 mmol
K = 4-5 mmol
Ca = 2-3 mmol
Cl = 109-110 mmol
Lactat= 28-30 mEq/l.

3. Glukosa

glukosa = 50 gr/l (5%),


100 gr/l (10%),
200 gr/l (20%).

4. Ringer Asetat

5. Albumin

Albumin yang tersedia


untuk keperluan klinis
adalah protein 69-kDa
yang dimurnikan dari
plasma manusia (cotoh:
albumin 5%).

Plasma expander berguna untuk mengganti


elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatka
ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keada
meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum
serta gangguan keseimbangan cairan da
Pemberian normal saline dan glukosa menjaga
seluler dan elektrolit.
RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dim
hati. RL mengembalikan keseimbangan ele
keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. R
menjadi kurang disukai karena menyebabkan h
dan asidosis metabolik, karena akan m
penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
anaerob.

sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena


keperluan hidrasi selama dan sesudah operas
pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (ka
kurang dari 25 mg/100ml).
Larutan RA dimetabolisme terutama di otot. S
kristaloid isotonik yang memiliki komposisi el
dengan plasma, RA efektif sebagai terapi resu
dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada
disertai asidosis. Metabolisme asetat juga dida
cepat 3-4 kali dibanding laktat.
Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan res
seharusnya diberikan pada pasien dengan gan
hati berat seperti sirosis hati dan asidosis la
dikarenakan adanya laktat dalam larutan R
membahayakan pasien sakit berat karena diko
hati menjadi bikarbonat.
a.
Pengganti volume plasma atau protein p
syok hipovolemia, hipoalbuminemia, atau hipo
operasi,
trauma,
cardiopulmonary
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut,
mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
b.
Pengganti volume plasma pada AR
Respiratory
Distress
Syndrome).
Pasi
hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan
furosemid yang dapat memberikan efek d

6. HES
(Hydroxyetyl
Starches)

signifikan serta penurunan berat badan secara be


c.
Hipoalbuminemia
d.
Pada spontaneus bacterial peritonitis (
merupakan komplikasi dari sirosis. Siros
terjadinya asites/penumpukan cairan yang meru
pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Penggun
pada terapi tersebut dapat mengurangi
impairment dan kematian.
2 tipe polimer glukosa, pada resusitasi post trauma dapat menurunkan
yaitu
amilosa
dan pembuluh darah, sehingga dapat menuru
amilopektin.
kebocoran kapiler.

7. Dextran
Ex : hibiron,
isotic tearin,
tears naturale
II,
plasmafusin.

polimer glukosa hasil


sintesis
dari
bakteri
Leuconostoc
mesenteroides,
yang
ditumbuhkan pada media
sukrosa.

a.
Penambah volume plasma pada kondisi
sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral, d
vaskuler perifer.
b.
Mempunyai efek anti trombus, mekanism
dengan menurunkan viskositas darah, dan
agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemu
dextran-40 mempunyai efek anti trombus palin
dibandingkan dengan gelatin dan HES.
8. Gelatin
dari hidrolisis kolagen Penambah volume plasma dan memp
Ex : haemacel, bovine.
antikoagulan,
gelofusine.
9. Manitol
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi k
serebral, meningkatkan diuresis pada
dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan
menurunkan tekanan intraokular, meningkat
uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi
pada operasi prostat atau operasi transuretral.
10. Asering
Na 130 mEq
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) p
K 4 mEq
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue
Cl 109 mEq
bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Ca 3 mEq
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat
Asetat (garam) 28 mEq
pasien yang mengalami gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA
asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neo
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahanka
sentral pada anestesi dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20
10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkat

11. Ka-En 1B

sodium klorida 2,25 g


anhidrosa dekstros 37,5
g.
Elektrolit (meq/L) : Na
38,5, Cl 38,5 Glukosa
37,5 g/L. kcal/L : 150

12. KA-EN 3A & KA-EN 3A


KA-EN 3B
sodium klorida 2,34 g
potassium klorida 0,75 g,
sodium laktat 2,24 g
anhydrous dekstros 27 g.
Elektrolit (mEq/L) :
Na 60, K 10, Cl 50,
laktat 20, glukosa : 27
g/L, kcal/L : 108
KA-EN 3B

13. KA-EN MG3

14. KA-EN 4A

15. KA-EN 4B

sodium klorida 1,75g,


ptasium klorida 1,5g,
sodium laktat 2,24g,
anhydrous dekstros 27g.
Elektrolit (mEq/L) :
Na 50, K 20, Cl 50,
laktat 20, glukosa 27
g/L. kcal/L. 108
sodium klorida 1,75g,
potassium klorida 1,5g,
sodium laktat 2,24g,
anhydrous dekstros 100g.
Elektrolit (mEq/L) :
Na 50, K 20, Cl
50, laktat 20, glukosa
100 g/L; kcal/L: 400
Na30mEq/L
K0mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat
10
mEq/L
Glukosa 40 gr/L
Na 30 mEq/L

larutan infus sehingga memperkecil risiko edem


a.
Sebagai larutan awal bila status elektrolit
diketahui, misal pada kasus emergensi (dehi
asupan oral tidak memadai, demam)
b.
Dosis lazim 500-1000 ml untuk seka
secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/j
dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
c.
Bayi prematur atau bayi baru lahir, seb
diberikan lebih dari 100 ml/jam
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebu
air dan elektrolit dengan kandungan kalium
mengganti ekskresi harian, pada keadaan
terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KAMensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebu


air dan elektrolit dengan kandungan kalium
mengganti ekskresi harian, pada keadaan
terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC
400 kcal/L
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi da
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat di
pasien dengan berbagai kadar konsentrasi k
normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi d

16. Oralit

K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Natrium klorida
Kalium klorida
Glukosa anhidrat
Natrium Bikarbonat
Triodium Sitrat hidrat

kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasie
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Pengganti cairan pertama saat diare akut

5. Bentuk sel blast

Dikatakan menderita leukemia apabila sel blast dalam darah > 5 % dan dalam
sumsum tulang terdapat >30%

Gambaran sel blast dalam slide apusan darah tepi


6. Tatalaksana difteri di layanan primer
Antitoksin
Berikan 40 000 unit Anti Difteri Serum (ADS) IM atau IV sesegera mungkin
tanpa menunggu hasil kultur, karena jika terlambat akan meningkatkan mortalitas.
Karena terdapat risiko alergi terhadap serum kuda dalam ADS maka perlu
dilakukan tes kulit untuk mendeteksi reaksi hipersensitivitas dan harus tersedia
pengobatan terhadap reaksi anafilaksis.

Antibiotik
Pada pasien tersangka difteri harus diberi penisilin prokain dengan dosis 50 000
unit/kgBB secara IM setiap hari selama 7 hari.
Oksigen
Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respiratorik.
Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah
merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada pemberian
oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring
dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran
respiratorik. Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi
obstruksi saluran respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi.
(rujuk pasien)
Trakeostomi/Intubasi
Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh ahli yang berpengalaman, jika terjadi
tanda obstruksi jalan napas disertai gelisah, harus dilakukan trakeostomi sesegera
mungkin. Orotrakeal intubasi oratrakeal merupakan alternatif lain, tetapi bisa
menyebabkan terlepasnya membran, sehingga akan gagal untuk mengurangi
obstruksi.
Perawatan penunjang
Jika anak demam ( 39 C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri
parasetamol.
Bujuk anak untuk makan dan minum. Jika sulit menelan, beri makanan melalui
pipa nasogastrik.
Hindari pemeriksaan yang tidak perlu dan gangguan lain pada anak.
Pemantauan
Kondisi pasien, terutama status respiratorik, harus diperiksa oleh perawat
sedikitnya 3 jam sekali dan oleh dokter 2 kali sehari. Pasien harus ditempatkan
dekat dengan perawat, sehingga jika terjadi obstruksi jalan napas dapat dideteksi
sesegera mungkin.
Tindakan kesehatan masyarakat

Rawat anak di ruangan isolasi dengan perawat yang telah diimunisasi


terhadap difteri.
Lakukan imunisasi pada anak serumah sesuai riwayat imunisasi.
Berikan eritromisin pada kontak serumah sebagai tindakan pencegahan.
Lakukan biakan usap tenggorok pada keluarga serumah.
7. Penyebab rambut bendera pada kwasiokhor

Kekurangan protein yang berkepanjangan dalam kwashiorkor, menimbulakn


beberapa gejala termasuk pengurangan produksi pigmen dan penggabungan ke
dalam serat rambut. Biasanya rambut cokelat gelap menjadi merah berkarat dan
rambut berwarna terang menjadi pirang. Tanda bendera kadang-kadang terlihat di
kwashiorkor melibatkan depigmentasi rambut menyebabkannya menjadi kuning
kemerahan menjadi putih. Tanda bendera dikaitkan dengan malnutrisi protein
berselang. Warna rambut normal diproduksi ketika asupan protein cukup dan
warna rambut berkurang terjadi selama ada kekurangan asupan protein. Rambut
menjadi kering, kusam, jarang, dan rapuh, mereka bisa ditarik keluar dengan
mudah, dalam beberapa kasus, kehilangan rambut dapat menjadi ekstrim. Rambut
juga bisa menjadi lebih lembut dan lebih halus dan terlihat sulit diatur. Bulu mata
dapat mengalami perubahan yang sama, memiliki penampilan sapu disebut.

8. Penyebab decom pada anemia?


Decom pada anemia disebabkan oleh menurunya perfusi perifer sekunder
akibat tidak adekuatnya curah jantung. Anemia merupakan aggravating
factor untuk timbulnya dekompensasi. Hb jatuh dibawah 7-8 g% maka akan
terjadi kenaikan curah jantung baik dalam keadaan istirahat maupun dalam
keadaan aktivitas. Stroke volume rata-rata akan meningkat, terjadi sirkulasi
hiperkinetik yang ditandai dengan takikardia, pulsasi pada arteri dan kapiler,
naiknya tekanan nadi dan timbul murmur sistolik biasanya pada semua ostea.
Masa sirkulasi memendek, left ventricular stroke work meningkat, aliran sirkulasi
koroner bertambah dengan kenaikan curah jantung. Sekalipun demikian, anemia
yang sangat berat tanpa disertai penyakit jantung dapat menyebabkan gagal
jantung (heart failure), biasanya pada Hb 6 g% kebawah. Kegagalan jantung ini
disebabkan oleh anoksia miokard sehingga otot jantung tidak sanggup lagi
mengatasi kerja tambahan untuk menaikan curah jantung. Gejala biasanya berupa
gagal jantung kongestif, kongesti pulmoner, jugular venous pressure yang tinggi,
hepatosplenomegali, adema perifer.

9. Faktor Risiko Plasenta Previa


a. Faktor predisposisi
Faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah

umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur >
35 tahun,
paritas yaitu pada multipara,
endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau
manual plasenta, bekas persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2
tahun dan kehamilan 2 tahun.
perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip,
keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang
lebih subur
Riwayat plasenta previa sebelumnya

b. Faktor pendukung

Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau


jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar atau
aborsi).
Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes
mellitus, atau kehamilan multipel.
Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan
perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida
akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta.

10. Indikasi pemberian antibiotik pada bayi baru lahir


A. Kapan antibiotik mulai diberikan?
Keputusan dalam memberikan antibiotik biasanya didasarkan atas 2 faktor
yaitu apakah bayi tersebut memiliki gejala dan/atau berisiko sepsis serta jika
ditemukan etiologi infeksi pada pemeriksaan diagnostik.
Neonatus asimptomatik disertai faktor risiko
Situasi ini umumnya terjadi pada sepsis awitan dini dimana infeksi terjadi
akibat transmisi vertikal dari alat genitalia ibu. Risiko sepsis lebih tinggi 10-25

kali lipat pada bayi-bayi ini dibandingkan bayi tanpa faktor risiko. Namun
demikian, mayoritas bayi yang mengalami sepsis tidak bergejala (asimptomatik)
saat lahir, gejala baru muncul biasanya dalam 24 (90%) hingga 48 jam (100%). 4,5
Ada 2 pilihan dalam penatalaksanaan bayi demikian yaitu :
1. Pemantauan saja
Pemantauan dilakukan terhadap bayi hingga ditemukan 1 atau lebih gejala ke
arah sepsis. Walaupun terlihat lebih rasional, namun bahayanya adalah apabila
progresivitas penyakit ke arah perburukan berlangsung hanya dalam beberapa jam
setelah gejala timbul. Pemantauan dilakukan pada neonatus asimptomatik yang
lahir pada usia kehamilan 35 minggu dan antibiotik diberikan dengan atau tanpa
skrining pada neonatus yang lahir pada usia kehamilan <35 minggu.6
2. Melakukan skrining dengan atau tanpa pemberian antibiotik berdasarkan risiko
yang ditemukan
Pada pendekatan ini, neonatus dikategorikan berdasarkan derajat faktor risiko;
neonatus dengan risiko tinggi (lahir dari ibu dengan korioamnionitis) langsung
diberikan antibiotik tanpa menunggu hasil pemeriksaan lain, sementara mereka
dengan risiko sedang diberikan tatalaksana berdasarkan skrining sepsis.7

Beberapa penelitian telah mencoba mengevaluasi beberapa faktor risiko dan


direkomendasikan sebuah pendekatan empiris untuk mengidentifikasi sepsis
awitan dini yaitu seperti terlihat pada tabel di bawah ini : 12

Skrining sepsis kebanyakan terdiri dari kombinasi 4-5 buah pemeriksaan,


biasanya kombinasi dari pemeriksaan lekosit dan CRP. Skrining sepsis sebaiknya
dilakukan pada waktu yang tepat pula, dianjurkan bahwa pemeriksaan awal
dilakukan paling tidak 2-12 jam setelah kelahiran. Jika pemeriksaan dilakukan
pada 2 jam setelah kelahiran dan didapatkan hasil negatif, maka pemeriksaan
harus diulangi pada usia 12 jam. Jika hasil keduanya negatif, sepsis dapat
disingkirkan. Pemeriksaan terkini yaitu cytokine assay dan beberapa lainnya
dimana sampel diambil dari darah tali pusat sehingga sepsis dapat didiagnosis
secara dini. Skrining sepsis berdasarkan lekosit dan CRP dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :

Bayi simptomatik
Semua neonatus dengan gejala klinis mengarah pada sepsis harus
dievaluasi lebih lanjut. Penilaian terhadap gejala klinis yang ada harus dapat
membantu untuk menentukan dimulainya pemberian antibiotik segera ataupun
dilakukan observasi dan pemantauan ketat diikuti penatalaksanaan jika
dibutuhkan. Jika kecurigaan secara klinis rendah, seperti bayi prematur dengan
berat lahir sangat rendah dengan gejala letargis, takikardi, atau bahkan apneu pada
minggu kedua kehidupan, maka sebaiknya penatalaksanaan ditunggu hingga hasil
skrining sepsis dan/atau kultur darah didapat. Hal yang sama juga berlaku pada
bayi dengan gejala sesak nafas pada 24-48 jam kehidupan. Pemeriksaan foto
toraks dengan hasil skrining dan ada atau tidaknya faktor risiko perinatal dapat
membantu untuk menegakkan diagnosis sepsis. Sebaliknya pada kecurigaan klinis
tinggi,

seperti

pada

bayi-bayi

dengan

community

acquired

(pneumonia/meningitis), pemberian antibiotik harus segera tanpa menunda.

Jenis antibiotik yang diberikan

sepsis

11. Perhitungan derajat dehidrasi


Tidak dehidrasi Penurunan berat badan <2,5% dari BB semula
Dehidrasi Ringan Penurunan berat badan 2,5%-5% dari BB semula
Dehidrasi Sedang Penurunan berat badan 5%-10% dari BB semula
Dehidrasi Berat Penurunan berat badan >10% dari BB semula
12. Kapan dapat terjadi pertumbuhan gigi pada neonatus (natal teeth)
Natal teeth adalah gigi yang sudah tumbuh sejak bayi lahir. Neonatal teeth
adalah gigi yang tumbuh dalam 30 hari pertama sejak bayi lahir. Gigi-gigi tersebut
biasanya adalah gigi susu yang tumbuh lebih cepat dari waktunya.
Beberapa teori menjelaskan bahwa etiologi dari erupsi premature natal
teeth adalah gangguan endokrin, defisiensi makanan, pengaruh dari sipilis
congenital, riwayat keluarga dan juga dihubungkan dengan beberapa sindrom.
Ada 3 sindrom yang dihubungkan dengan natal teeth, yaitu chondroectodermal
dysplasia atau Ellis-Van Creveld syndrome, Oculomandibulodyschephaly dengan
hypotrichosis atau Hallermann-streiff syndrome dan pachyonychia congenital atau
Hallerman-Streiff
syndrome
dan
Pachyonychia
congenital
atau
JadassohnLewandowski syndrome.
Chondroectodermal dysplasia atau Ellis-Van Creveld syndrome
mempunyai karakteriristik berupa polydactyl pada kedua tangan,
chondrodysplasia pada tulang panjang yang mengakibatkan kekerdilan, hidrotic
ectodermal dysplasia terutama mempengaruhi kuku, gigi dan rambut dan sering
juga mengakibatkan gangguan jantung bawaan.
Oculomandibulo-dyscephaly terdapat dyscephaly dengan hidung seperti
paruh burung, hypoplasia mandibula, proportionate nanism, hypotrichosis
khususnya di sutura, sclera mata biry dan katarak bawaan.
Pachyonychia congenital karakteristiknya secara klinis adalah ketebalan
bawaan pada kuku, palmo-plantar keratosis dan hyperhidrosis, follikuler keratosis
dan leukokeratosis pada mulut.
Natal teeth lebih sering pada rahang bawah depan kemudian diikuti pada
rahang atas depan. Pada gigi kaninis dan molar dilaporkan lebih jarang terjadi,
insidensi pada insisivus depan rahang bawah adalah 85%, 11% pada insisivus
depan atas, 3% pada kaninus dan molar rahang bawah dan 1% pada region
posterior rahang atas. Bentuk da ukuran natal teeth biasanya normal meskipun ada
beberapa kasus dilaporkan berbentuk mikrodonsia dank onus dengan warna
kuning opak.
13. Perbedaan oliguria dan polakisuria

Oliguria/hypouresis adalah penurunan produksi urin dibandingkan dengan asupan


cairan, biasanya dinyatakan sebagai produksi urin kurang 500ml dalam 24 jam.
Polakisuria adalah sering buang air kecil dengan frekuensi lebih dari 8 kali sehari
14. Tatalaksana moon face
Menurunkan dosis kortikosteroid secara bertahap
Tapering off dilakukan bila konsumsi dilakukan lebih dari 7 hari. Tapering
dilakukan selama secara bertahap dengan penurunan dosis sebanyak 2,5-5 mg
(kurang lebih 20%) selama 1 atau 2 minggu dari dosis awal, kemudian di amati
apakah terjadi efek samping akibat penurunan. Bila ternyata pasien tidak
menunjukkan gejala yang berarti maka penurunan dapat dilakukan pada minggu
selanjutnya dan amati lagi gejala yang muncul. Menurut beberapa literatur
menyatakan tahap tapering dilakukan dengan pedoman sebagai berikut (untuk
prednison)
Di turunkan 5 mg bila dosis prednison kurang dari 40 mg
Di turunkan 2,5 mg bila dosis prednison mencapai 20 mg
Di turunkan 1 mg bila mencapai 10 mg
Mengurangi konsumsi Natrium
15. Perbedaan Salbutamol dan Ipratropium Bromida
Salbutamol merupakan agonis selektif reseptor 2, yang menimbulkan
relaksasi otot polos bronkus, pembuluh darah dan otot rangka. Sedangkan
Ipratropium
bromida
adalah
antagonis
kolinergik
asetilkolin
pada reseptor kolinergik, yang memblok asetilkolin di saraf parasimpatik otot
bronkus, menyebabkan stimulasi guanyl cyclase dan menekan peningkatan
cGMP ;(mediator bronkokonstriksi), sehingga menimbulkan bronkodilatasi.
Aktivitas antimuskarinik pada otot bronkus lebih besar dibandingkan
pada kelenjar sekret.
16. Cara kerja aminofilin dan efek sampingnya
Aminofilin menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga mencegah
pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5-AMP dan 5-GMP.
Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi cAMP dan cGMP dalam sel
sehingga menyebabka relaksasi otot polos. Aminofilin atau teofilin merupakan
antagonis kompetitif pada resptor adenosin, adenosin dapat menyebabkan
bronkokonstriksi pada pasien asma dan memperkuat pelepasan mediator sel mast.
Teofilin juga memiliki anti inflamasi yang melepas mediator pelepasan sel radang
Efek samping yang bisa dirasakan ketika menggunakan teofilin
diantaranya adalah pada system GIT adalah keluhannya seperti mual,
muntah,diare, hematemesis, rasa terbakar diulu hati, nyeri epigastrium,
keram, anoreksia, gastroesofagus reflux, perdarahan gastrointestinal. Pada sistem
kardiovaskular bisa terjadi takikardi, palpitasi, ekstrasistol, peningkatan denyut

nadi, hipotensi, atrial dan ventricular aritmia, vasokonstriksi pembuluh darah


perifer, kegagalan sirkulasi sistemik Pada system imun bisa terjadi reaksi
hipersensitivitas. Pada CNS bisa terjadi hiperventilasi, vertigo, kecemasan,
tremor, kepala terasa ringan, reflex meningkat, kedutan otot, sakit kepala,
insomnia kejang tonik klonik. Penglihatan akan mengalami gangguan. Sistem
Urogenital akan terjadi polyuria & albuminuria. Pada pasien yang alergi terhadap
ethilendiamine akan menyebabkan terjadinya dermatitis pada kulit. Kulit pasien
akan terlihat kemerahan, gatal, makulo-papular skin rash, urtikaria, dermatitis
eksfoliasi. Terkadang pasien juga bisa mengalami demam. Jika aminofilin
diberikan secara intravena, efek merugikan yang dirasakan pasien dapat berupa
nyeri dada, penurunan tekanan darah, pusing, nafas cepat, nyeri kepala, takikardia
dan palpitasi, menggigil, demam, nyeri, dan kemerahan kulit. Namun efek
merugikan ini bisa saja tidak timbul dalam kurun waktu 12 sampai 24 jam.
17. Indikasi profilaks INH

Pencegahan (profilaksis) primer


Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-)
atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala
sakit TBC.
Pada penderita immunocompromais (penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, dengan HIV-AIDS, post Campak,Mumps, Rubella,
mononucleosis, Varicella, dan influenza, gizi buruk)
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
18. Kemerahan kulit pada tes mantoux
Kemerahan tersebut terjadi karena reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkulin
yang munculnya cepat (immediate hypersensitivity reactions) dapat timbul segera
setelah suntikan dan biasanya menghilang dalam 24 jam. Hal ini tidak mempunyai
arti dan bukan menunjukkan hasil yang positif
19. Kenapa tes mantoux ditulis ukurannya
Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm.
Kemungkinan yang perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut:
a.
Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah
b.
Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi
TB.
c.
Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5
tahun)
d. Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG
kecurigaan ke arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm.
e.
Infeksi mikobakterium atipik

Meskipun demikian, hasil uji Mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif


pada pasien tertentu seperti :
a.
Pasien dengan infeksi HIV
b.
Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat imunosupresan jangka
panjang seperti pasien keganasan atau sindrom nefrotik (maka dari itu perlu
dicantumkan ukuran dari tes mantoux)
20. Hasil Lumbal Pungsi
Parameter yang umum diperiksa pada cairan otak adalah sebagai berikut :
a. Makroskopik
No Parameter
Penilaian
Interpretasi
Normal
1. Warna
Tidak berwarna, Kuning muda,
Tidak berwarna
Kuning, Kuning tua, Kuning coklat,
merah, hitam coklat
2. Kejernihan Jernih, agak keruh, keruh, sangat
Jernih
keruh, keruh kemerahan
3. Bekuan
Tidak ada bekuan, ada bekuan
Tidak ada bekuan
4. pH
7,3 atau setara dengan pH
plasma/serum
5. BJ
1.000 1.010
1.003 1.008
b. Mikroskopik
Hitung Jumlah Sel Jumlah sel normal = 0 5 sel/mm3 LCS
Hitung Jenis Sel (Diff.Count) Normal MN 100% dan PMN 0%
c. Kimiawi
Pandy Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih
Positif : terbentuk kekeruhan putih (terdapat albumin dan
globulin)
Nonne Negatif : tidak terbebentuk cincin keunguan
Positif : terbentuk cincin keunguan (terdapat albumin
-

Protein Nilai Normal : 15 45 mg/dL


Glukosa Nilai Normal : 45 70 mg/dL
Chlorida Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L

20. Kenapa glomerulonefritis akut tidak diberikan profilaksis?


Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya
infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini
dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena
terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis seorang anak dapat terinfeksi lagi
dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali.
Pemberian penisilin dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3
dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan
eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis. Pemberian kortikosteroid pada
glomerulonefritis akut tidak memberikan efek yang positif dalam pengobatan.
21. Kenapa diberikan KCl untuk pengobatan penyakit jantung rematik?
Karena pada penatalaksaan penyakit jantung rematik dengan decompensatio
cordis biasanya diberikan furosemid, dimana kerja furosemid menghambat
reabsorbsi Sodium dan klorida pada ansa henle dan tubulus distal ginjal,
mempengaruhi sistem transpor ikatan klorida sehingga dapat meningkatkan
eksresi air, sodium, klorida, magnesium dan kalsium. Maka salah satu efek
samping yang ditimbulkan adalah hipokalemia, sehingga setiap pemberian
furosemid harus dikoreksi kadar elektrolit salah satunya dengan pemberian KCl.
22. Patofisiologi lidah kotor pada demam tifoid
Lidah kotor diartikan dengan terdapatnya selaput putih pada lidah dengan pinggir
yang hiperemis, hal ini terjadi karena terdapat bakteri salmonella typhi pada
traktus gastrointestinal, karena ada infeksi di GIT dapat meningkatkan sekresi
asam lambung yang sampai ke pangkal lidah, hal ini yang menyebabkan
timbulnya lidah kotor.
23. Pengobatan yang diberikan selama 10 hari dan kenapa?
Pemberian tablet zink pada penderita diare Pemberian zinc selama 10 hari
terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Selain dapat menurunkan
keparahan diare, tablet zinc membantu anak melawan episode diare dalam
2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat
membantu pertumbuhan anak.
Pemberian diloxanin pada disentri amoeba diloxanin diberikan 10 hari
setelah pengobatan dengan metronidazol, diloxanin diberikan untuk
membunuh kista amoeba yang tidak dapat dibasmi dengan metronidazol
Pemberian antibiotik
24. Perkusi pada perforasi
Pekak hati yang hilang pada perkusi menunjukkan adanya udara bebas di bawah
diafragma, dan ini menandakan terjadinya perforasi saluran cerna. Perkusi
meteoristik yang terbatas di bagian atas perut biasanya disebabkan oleh obstruksi
tinggi
25. Tatalaksana difteri dengan atau tanpa bullneck

Tujuan pengobatan penderita difteria adalah menginaktivasi toksin yang belum


terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi
minimal, mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan serta
mengobati infeksi penyerta dan penyulit difteria.
A. Pengobatan umum
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok
negative 2 kali berturut-turut. Pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3
minggu. Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu, pemberian cairan
serta diet yang adekuat, makanan lunak yang mudah dicerna, cukup mengandung
protein dan kalori. Penderita diawasi ketat atas kemungkinan terjadinya
komplikasi antara lain dengan pemeriksaan EKG pada hari 0, 3, 7 dan setiap
minggu selama 5 minggu. Khusus pada difteri laring di jaga agar nafas tetap bebas
serta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan nebulizer.
B.

Pengobatan Khusus

1. Antitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS) Antitoksin harus diberikan segera


setelah dibuat diagnosis difteria. Dengan pemberian antitoksin pada hari pertama,
angka kematian pada penderita kurang dari 1%. Namun dengan penundaan lebih
dari hari ke-6, angka kematian ini biasa meningkat sampai 30%.

Difteria Hidung 20.000 Intramuscular


Difteria Tonsil 40.000 Intramuscular / Intravena
Difteria Faring 40.000 Intramuscular / Intravena
Difteria Laring 40.000 Intramuscular / Intravena
Kombinasi lokasi diatas 80.000 Intravena Difteria + penyulit, bullneck
80.000-100.000 Intravena
Terlambat berobat (>72 jam) 80.000-100.000 Intravena

Sebelum Pemberian ADS harus dilakukan uji kulit atau uji mata terlebih
dahulu, oleh karena pada pemberian ADS dapat terjadi reaksi anafilaktik,
sehingga harus disediakan larutan adrenalin a:1000 dalam spuit. Uji kulit
dilakukan dengan penyuntikan 0,1 ml ADS dalam larutan garam fisiologis 1:1.000
secara intrakutan. Hasil positif bila dalam 20 menit terjadi indurasi > 10 mm. Uji
mata dilakukan dengan meneteskan 1 tetes larutan serum 1:10 dalam garam
fisiologis. Pada mata yang lain diteteskan garam fisiologis. Hasil positif bila
dalam 20 menit tampak gejala hiperemis pada konjungtiva bulbi dan lakrimasi.
Bila uji kulit/mata positif, ADS diberikan dengan cara desentisasi (Besredka). Bila
uji hiprsensitivitas tersebut diatas negative, ADS harus diberikan sekaligus secara
intravena. Dosis ADS ditentukan secara empiris berdasarkan berat penyakit dan
lama sakit, tidak tergantung pada berat badan pasien, berkisar antara 20.000120.000 KI seperti tertera pada tabel diatas. Pemberian ADS intravena dalam

larutan garam fisiologis atau 100 ml glukosa 5% dalam 1-2 jam. Pengamatan
terhadap kemungkinan efek samping obat dilakukan selama pemberian antitoksin
dan selama 2 jam berikutnya Demikian pula perlu dimonitor terjadinya reaksi
hipersensitivitas lambat (serum sickness)
2. Antibiotik
Antibiotik diberikan bukan sebagai pengganti antitoksin melainkan untuk
membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin dan juga mencegah
penularan organisme pada kontak. C. diphtheriae biasanya rentan terhadap
berbagai agen invitro, termasuk penisilin, eritromisin, klindamisin, rifampisin dan
tetrasiklin. Sering ada resistensi terhadap eritromisin pada populasi yang padat
jika obat telah digunakan secara luas. Yang dianjurkan hanya penisilin atau
eritromisin; eritromisin sedikit lebih unggul daripada penisilin untuk
pemberantasan pengidap nasofaring. Dosis : Penisilin prokain 25.000-50.000
U/kgBB/hari i.m. , tiap 2 jam selama 14 hari atau bila hasil biakan 3 hari berturutturut (-). Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari, maks 2 g/hari, p.o. , tiap 6 jam selama
14 hari. Penisilin G kristal aqua 100.000-150.000 U/kgBB/hari, i.m. atau i.v. ,
dibagi dalam 4 dosis. Amoksisilin. Rifampisin. Klindamisin. Terapi diberikan
selama 14 hari. Bebrapa penderita dengan difteri kulit diobati 7-10 hari.
Lenyapnya organisme harus didokumentasi sekurang-kurangnya dua biakan
berturut-turut dari hidung dan tenggorok (atau kulit) yang diambil berjarak 24 jam
sesudah selesai terapi.
3. Kortikosteroid
Belum terdapat persamaan pendapat mengenai kegunaan obat ini pada difteria.
Dianjurkan korikosteroid diberikan kepada kasus difteria yang disertai dengan
gejala obstruksi saluran nafas bagian atas (dapat disertai atau tidak bullneck) dan
bila terdapat penyulit miokarditis. Pemberian kortikosteroid untuk mencegah
miokarditis ternyata tidak terbukti. Dosis : Prednison 1,0-1,5 mg/kgBB/hari, p.o.
tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14 hari.
26. Komplikasi parotitis
1. Meningoensepalitis
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis.
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian
disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi
(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anakanak. Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis sistem
syaraf sentral. Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita
patogenesis meningoensefalitis parotitis diuraikan sebagai berikut:

a. Infeksi primer neuron : parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai


encephalitis
b. Ensefalitis pasca infeksi dengan demielinasi. Ensefalitis menyertai
parotitis pada sekitar 10 hari.
Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan
meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain
biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan yang
meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit
meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan Cairan cerebrospinal baisanya
berisi sel kurang dari 500 sel/mm walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat
melebihi 2.000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik
enterovirus dimana leukosit polimorfonuklear sering mendominasi pada awal
penyakit.
2. Orkitis
Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa setelah
puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian
bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan
atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil.
Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini
dapat berlangsung dalam 3 14 hari.(1) Testis yang terkena menjadi nyeri dan
bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari.
Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas
diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
3. Pankreatitis
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya
gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi,
menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps. Manifestasi
klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga kadang
diagnosis dikelirukan dengan gastroenteritis. Pankreatitis ringan dan asimptomatik
mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada akhir minggu
pertama.

Anda mungkin juga menyukai