Oleh:
Sintia Mardhasafitri
Syarmira Binti Abd Rasa
1110312098
1110314005
PRESEPTOR:
dr. Nirza Warto, Sp. THT-KL
BAB I
PENDAHULUAN
BPPV merupakan salah satu tipe vertigo perifer paling sering terjadi,
merupakan akibat dari debris dalam kanalis semikularis posterior. Pasien
mengeluh vertigo bertahan dalam detik dengan tanpa hilang pendengaran dalam
beberapa posisi. Rata-rata umur pasien adalah decade kelima dan tidak ada bias
jenis kelamin.
Insiden bias bervariasi dari 10 sampai 100 kasus per 100,000 individu
dalam setahun. Hampir 20% pasien vertigo didiagnosis BPPV. Sepuluh sehingga
lime belas persen pasien punya riwayat neuritis vestibular dan dua puluh persen
lagi punya riwayat trauma kepala.
Penatalaksanaan pasien dengan vertigo dimulai dari anamnesis bagi
mengetahui penyebab terjadinya vertigo. Terapi diberikan dapat berupa terapi
farmakologis atau menuver-menuver tertentu yang akan dibahas pada referat ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Labirin juga dapat dibagi kedalam dua bagian yang saling berhubungan,
yaitu:3
1. Labirin anterior yang terdiri atas kokhlea yang berperan dalam
pendengaran.
2. Labirin posterior, yang mengandung tiga kanalis semisirkularis,
sakulus dan utrikulus. Berperan dalam mengatur keseimbangan, di
utrikulus dan sakulus sel sensoriknya berada di makula, sedangkan di
kanalis sel sensoriknya berada di krista ampulanya.
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan
disekitarnya tergantung kepada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin,
organ visial dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik
tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada
saat itu.3
Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam krista kanalis
semisirkularis dan makula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat dua jenis
sel. Sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap
percepatan sudut, sedangkan sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier,
khususnya percepatan linier dan terhadap perubahan posisi kepala relatif terhadap
gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan percepatan linier ini
disebabkan oleh geometri dari kanalis dan organ otolit serta ciri-ciri fisik dari
struktur-struktur yang menutupi sel rambut.3
2.2 Definisi
BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai
terutama pada usia dewasa muda hingga usia lanjut. BPPV termasuk vertigo
perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem
vestibularis perifer.2 BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun
1921.2 BPPV timbul berupa gejala rasa pusing berputar diikuti mual muntah dan
keringat dingin, yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi
tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat.5
2.3 Epidemiologi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo merupakan penyebab tersering
vertigo perifer, yaitu sekitar 20-40%. Penyakit ini sering ditemukan pada usia 11
hingga 40, dengan umur rata-rata onset vertigo ditemukan pada dekade keempat
hingga kelima dan tidak ada bias jenis kelamin. 6,7
Insiden bias bervariasi dari 10 sampai 100 kasus per 100,000 individu
dalam setahun. BPPV ditemukan meningkat sesuai umur dan sedikit lebih tinggi
pada anak perempuan. Pasien anak BPPV mempunyai hubungan dengan migrain.
Sepuluh sehingga lime belas persen pasien punya riwayat neuritis vestibular dan
dua puluh persen lagi punya riwayat trauma kepala.6,7
Di Indonesia, BPPV merupakan vertigo perifer yang paling sering ditemui,
yaitu sekitar 30%. Usia penderita BPPV yang paling banyak adalah diatas 51
tahun. Jarang ditemukan pada orang yang berusia kurang dari 35 tahun bila tidak
didahului riwayat trauma kepala.8
Infeksi
Usia tua
2.5 Pafisiologi
Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis
semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain.
Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni
ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan
cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila
seseorang menolehkan kepalanya ke arah kanan, maka cairan dalam kanalis
semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula akan mengalami defleksi ke
arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak
sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris
dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi atau bahkan menimbulkan defleksi
kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga
timbul sensasi berupa vertigo.3,9
Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori
kupulolitiasis dan kanalolitiasis.
a. Teori Kupulolitiasis
Pada
tahun 1962,
Teori ini dapat dianalogikan sebagai adanya suatu benda berat yang melekat pada
puncak sebuah tiang. Karena berat benda tersebut, maka posisi tiang menjadi sulit
untuk tetap dipertahankan pada posisi netral. Tiang tersebut akan lebih mengarah
ke sisi benda yang melekat. Oleh karena itu kupula sulit untuk kembali ke posisi
netral. Akibatnya timbul nistagmus dan pening (dizziness).1,9
b. Teori Kanalitiasis
Teori ini dikemukakan olleh Epley pada tahun 1980. Menurutnya gejala
BPPV disebabkan oleh adanya partikel yang bebas bergerak (canalith) di dalam
kanalis semisirkularis. Misalnya terdapat kanalit pada kanalis semisirkularis
posterior. Bila kepala dalam posisi duduk tegak, maka kanalit terletak pada posisi
terendah dalam kanalis semisirkularis posterior. Ketika kepala direbahkan hingga
posisi supinasi, terjadi perubahan posisi sejauh 90. Setelah beberapa saat,
gravitasi menarik kanalit hingga posisi terendah. Hal ini menyebabkan endolimfa
dalam kanalis semisirkularis menjauhi ampula sehingga terjadi defleksi kupula.
Defleksi kupula ini menyebabkan terjadinya nistagmus. Bila posisi kepala
dikembalikan ke awal, maka terjadi gerakan sebaliknya dan timbul pula nistagmus
pada arah yang berlawanan.3,9
Teori ini lebih menjelaskan adanya masa laten antara perubahan posisi
kepala dengan timbulnya nistagmus. Parnes dan McClure pada tahun 1991
memperkuat teori ini dengan menemukan adanya partikel bebas dalam kanalis
semisirkularis poster. Saat melakukan operasi kanalis tersebut.3,9
Bila terjadi trauma pada bagian kepala, misalnya, setelah benturan keras,
otokonia yang terdapat pda utikulus dan sakulus terlepas. Otokonia yang terlepas
10
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Pasien BPPV akan mengeluh jika kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan
ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur,
mencapai sesuatu yang tinggi, menggerakan kepala ke belakang atau
membungkuk. Biasanya vertigo hanya berlangsung 10-20 detik. Kadang-kadang
disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas. Penderita biasanya dapat
mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan
gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. 7,11
Perlu ditanyakan juga apakah ada gangguan pendengaran (biasanya
ditemukan pada lesi n. vestibuler). Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin,
kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik dan adanya
penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik. Vertigo tidak akan
terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada
hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun. Pasien dengan BPPV memiliki pendengaran
yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pemeriksaan neurologis dalam
batas normal. 7,11
Sebelum
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, nmun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbul lambat, 40
detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari 1 menit jika penyebabnya
kanalitiasis, pada kupololitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari 1 menit,
biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus. 2
Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan
mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien
menatap lurus ke depan.
kanalis
semisirkularis
horizontal
dapat
dideteksi
dengan
menggunakan manuver head roll test. Head roll test dilakukan dengan memutar
kepala pasien 900 ke sisi kiri atau kanan pada posisi telentang dengan mengangkat
kepala 300 dari garis horizontal, sambil mengobservasi nistagmus yang
b. Penyakit Meniere
Penyakit meniere atau hidrops endolimfatik merupakan penyit telinga
dalam idiopatik yang dikarakteristikan dengan serangan vertigo, hilang
pendengaran yang berfluktuasi, tinitus, dan aura. Penyakit Meniere
muncul sebagai serangan episodik selama beberapa jam. Terdapat
empat tanda dan gejala pada penyakit ini yaitu, (1)tuli sensorineural
fluktuasi unilateral (biasanya terkait frekuensi rendah), (2) vertigo
yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam, (3)tinitus
konstan atau intermiten dengan intensitas meningkatsebelum atau
selama serangan vertigo, dan (4) aura. Serangan juga diikuti mual dan
muntah, setelah serangan pasien akan merasakan kelelahan selama
beberapa hari. 7
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BPPV meliputi observasi, obat-obatan untuk menekan
fungsi vestibular (vestibulo supresan), reposisi canali dan pembedahan. Dasar
pemilihan tatalaksana berupa observasi karena BPPV dapat mengalami resolusi
sendiri dalam waktu lima minggu dari onset gejala. 7
Prinsip dari terapi BPPV ini adalah maneuver reposisi yaitu partikel
dengan sederhana dikeluarkan dari kanal semisirkularis menuju utrikulus, tempat
dimana partikel tersebut tidak akan lagi menimbulkan gejala. Tiga macam perasat
dilakukan untuk menanggulangi BPPV adalah CRT (Canalith repositioning
Treatment), perasat liberatory dan latihan Brandt-Daroff. Reposisi kanalit
dikemukakan oleh Epley. 13
Dix-Hallpike menimbulkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vertigo merupakan keluhan yang dapat dijumpai dalam praktek, umumnya
disebabkan oleh kelainan /gangguan fungsi alat-alat keseimbangan, bisa alat dan
saraf vestibuler, koor-dinasi gerak bola mata (di batang otak) atau serebeler.
Benign Paroxysmal Position Vertigo adalah adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang
tiba-tiba pada perubahan posisi kepala, beberapa pasien dapat dengan tepat
mengatakan dengan tepat beberapa posisi tertentu yang menimbulkan vertigo
Penatalaksanaan pasien dengan vertigo dimulai dari anamnesis yang teliti
untuk mengungkapkan jenis vertigo dan kemungkinan penyebabnya; terapi dapat
menggunakan obat dan/atau manuver-manuver tertentu untuk melatih alat
vestibuler dan/atau menyingkirkan otoconia ke tempat yang stabil; selain
pengobatan kausal jika penyebabnya dapat ditemukan dan diobati.
3.2 Saran
Oleh karena pengobatan pasti dari Benign Paroxysmal Position Vertigo
masi belum benar-benar dipahami maka setiap orang yang telah di diagnosis
menderita BPPV sebisanya menghindari posisi-posisi yang dapat menstimulus
serangan BPPV. Penelitian dan pembelajaran tentang BPPV harus semakin
digalakkan untuk menentukan dengan pasti dari etiologi, patogenesis dan
penatalaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Psychiatry.
2007;78(7):710-715.
doi:10.1136/jnnp.2006.100420.
10. Woodhouse S. BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO
(BPPV). Vestib Disord Assoc. 2015.
11. Jhonson J, Lalwani A. Menieres Disease, Vestibular Neuronitis,
Paroxysmal Positional Vertigo, and Cerebellopontine Angle Tumors. In:
Benign
Paroxysmal
Positional
Vertigo.