Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap pembedahan akan menjalani prosedur anestesi.1 Diperkirakan bahwa sekitar


2% wanita hamil menjalani anestesi selama kehamilan, untuk operasi yang tidak terkait
dengan persalinan. Untuk memberikan anestesi yang aman bagi ibu dan janin, perlu
pertimbangan mengenai perubahan fisiologis dan farmakologis yang terjadi selama
kehamilan, karena perubahan ini dapat menimbulkan bahaya bagi mereka berdua.2
Seperti yang diuraikan diatas bahwa tindakan anestesi selama kehamilan, diperlukan
pertimbangan yang baik untuk keselamatan ibu dan janin. Oleh karena itu diperlukan
manejemen dalam melakukan anestesi terhadap ibu hamil selama preoperatif, durante
operatif serta post operatif.2
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan, sehingga menghasilkan sejumlah besar hormon tiroid. Hipertiroidisme bisa
ditemukan dalam bentuk penyakit Graves, gondok noduler toksik atau hipertiroidisme
sekunder. Penyebab terjadinya hipertiroidisme pada seseorang dapat dikarenakan berbagai
sebab yang bisa dikelompokkan menjadi primer dan sekunder. 3
Kehadiran goiter lama atau besar dapat menimbulkan keputusan pengelolaan jalan
napas yang sulit sementara ketidakseimbangan endokrin bisa menimbulkan manifestasi
sistemik yang amat besar yang perlu dipertimbangkan dan dikendalikan secara perioperative.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Fisiologi Selama Kehamilan


2.1.1

Sistem pernapasan
Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat hingga 60%. Selain itu, Cardiac

output dan ventilasi permenit juga meningkat. Meningkatnya ventilasi permenit diakibatkan
karena meningkatnya laju napas dan volume tidal hingga 45% hingga menyebabkan alkalosis
pernapasan ringan. Peningkatan ventilasi permenit dimediasi oleh progesteron yang
menstimulasi pernapasan. 5,6,7
2.1.2

Sistem kardiovaskular
Peningkatan isi sekuncup/stroke volume sampai 30%, hingga peningkatan frekuensi

denyut jantung sampai 15%, peningkatan curah jantung sampai 40%. Volume plasma
meningkat sampai 45% sementara jumlah eritrosit meningkat hanya sampai 25%,
menyebabkan terjadinya dilutional anemia of pregnancy. Meskipun terjadi peningkatan isi
dan aktifitas sirkulasi, penekanan/kompresi vena cava inferior dan aorta oleh massa uterus
gravid dapat menyebabkan terjadinya supine hypertension syndrome. Jika tidak segera
dideteksi dan dikoreksi, dapat terjadi penurunan vaskularisasi uterus sampai asfiksia janin. 6
Pada sectio cesarea, dapat terjadi perdarahan sampai 1000 cc. Meskipun demikian jarang
diperlukan transfusi. Hal itu karena selama kehamilan normal terjadi juga peningkatan faktor
pembekuan VII, VIII, X, XII dan fibrinogen sehingga darah berada dalam hypercoagulable
state.8,9
2.1.3 Sistem gastrointestinal

Beredar progesteron mengurangi tonus sfingter esofagus bawah, meningkatkan


kejadian refluks esofagus. Hal ini lebih diperburuk oleh perubahan anatomi. Uterus gravid
menyebabkan peningkatan tekanan intragastrik dan perubahan sudut gastroesophageal
junction, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya regurgitasi dan aspirasi pulmonal
isi lambung.5,9
2.1.4 Perubahan Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Akibat peningkatan endorphin dan progesteron pada wanita hamil, konsentrasi obat
inhalasi yang lebih rendah cukup untuk mencapai anestesia; kebutuhan halotan menurun
sampai 25%, isofluran 40%, metoksifluran 32%. Pada anestesi epidural atau intratekal
(spinal), konsentrasi anestetik lokal yang diperlukan untuk mencapai anestesi juga lebih
rendah. Hal ini karena pelebaran vena-vena epidural pada kehamilan menyebabkan ruang
subarakhnoid dan ruang epidural menjadi lebih sempit. Faktor yang menentukan yaitu
peningkatan sensitifitas serabut saraf akibat meningkatnya kemampuan difusi zat-zat
anestetik lokal pada lokasi membran reseptor. 5,8,9
Transfer obat dari ibu ke janin melalui sirkulasi plasenta juga menjadi pertimbangan,
karena obat-obatan anestesia yang umumnya merupakan depresan, dapat juga menyebabkan
depresi pada janin. Harus dianggap bahwa semua obat dapat melintasi plasenta dan mencapai
sirkulasi janin. 5,8,9
2.2 Manejemen Anestesi pada Ibu Hamil
Dalam rangka untuk memberikan anestesi yang aman bagi ibu dan janin, penting
untuk mengingat perubahan fisiologis dan farmakologis. Dokter anestesi memiliki tujuan
sebagai berikut:5

mengoptimalkan dan menjaga fungsi fisiologis normal pada ibu

mengoptimalkan dan menjaga aliran darah utero-plasenta dan pemberian oksigen

menghindari efek obat yang tidak diinginkan pada janin

menghindari merangsang miometrium (efek oxytocic)

2.2.1 Penilaian Pre-operatif


Pra-pengobatan harus selalu menyertakan profilaksis aspirasi seperti ranitidin sitrat,
natrium dan metoclopramide. Premedikasi anxiolysis (Misalnya, midazolam 1 mg) mungkin
diperlukan untuk cemas saat melahirkan, seperti katekolamin tinggi dapat menurunkan aliran
darah ke janin. Analgesia harus diresepkan untuk menghindari stres pada ibu dan janin. Nonsteroid anti-inflamasi obat harus dihindari, karena risiko penutupan prematur duktus
arteriosus. 8,10
2.2.2 Anestesi dan gestasi
Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan sama sekali selama kehamilan. Operasi
darurat harus melanjutkan tanpa memandang usia kehamilan dan tujuan utama adalah untuk
melestarikan kehidupan ibu. Dimana layak, operasi sering ditunda sampai trimester kedua
untuk mengurangi resiko teratogenitas dan keguguran, meskipun tidak ada bukti kuat untuk
mendukung hal ini.4

Teknik anestesi pada ibu seksio sesaria

2.3 Tindakan Anestesi


2.3.1 Regional Anestesi
Anestesi epidural atau spinal : sering digunakan untuk persalinan per abdominam / sectio
cesarea.

Keuntungan :
Mengurangi pemakaian narkotik sistemik

sehingga kejadian depresi janin dapat

Hipotensi

Kerugian :
akibat vasodilatasi

(blok

simpatis)

dicegah/ dikurangi.
Ibu tetap dalam keadaan sadar dan dapat

Waktu mula kerja (time of onset) lebih

berpartisipasi aktif dalam persalinan.


Risiko aspirasi pulmonal minimal

lama
Kemungkinan terjadi sakit kepala pasca

(dibandingkan pada tindakan anestesi

umum)
Jika dalam perjalanannya diperlukan
sectio

cesarea,

jalur

obat

regional sudah siap.

anestesia

punksi.

Untuk persalinan per vaginam, stimulus


nyeri dan kontraksi dapat menurun,
sehingga

kemajuan

persalinan dapat

menjadi lebih lambat.

Obat anestetik yang digunakan : lidocain 1-5%, chlorprocain 2-3% atau bupivacain 0.250.75%. Dosis yang dipakai untuk anestesi epidural lebih tinggi daripada untuk anestesi spinal.
Komplikasi yang mungkin terjadi :

Jika terjadi injeksi subarakhnoid yang tidak diketahui pada rencana anestesi epidural,
dapat terjadi total spinal anesthesia, karena dosis yang dipakai lebih tinggi. Gejala
berupa nausea, hipotensi dan kehilangan kesadaran, dapat sampai disertai henti napas
dan henti jantung. Pasien harus diatur dalam posisi telentang / supine, dengan uterus
digeser ke kiri, dilakukan ventilasi O2 100% dengan mask disertai penekanan tulang
cricoid, kemudian dilakukan intubasi. Hipotensi ditangani dengan memberikan cairan
intravena dan ephedrine.

Injeksi intravaskular ditandai dengan gangguan penglihatan, tinitus, dan kehilangan


kesadaran. Kadang terjadi juga serangan kejang. Harus dilakukan intubasi pada
pasien, menggunakan 1.0 - 1.5 mg/kgBB suksinilkolin, dan dilakukan hiperventilasi
untuk mengatasi asidosis metabolik.

Komplikasi neurologik yang sering adalah rasa sakit kepala setelah punksi dura.
Terapi dengan istirahat baring total, hidrasi (>3 L/hari), analgesik, dan pengikat /
korset perut (abdominal binder).

2.3.2 Anestesi Umum


Indikasi :

Gawat janin.

Ada kontraindikasi atau keberatan terhadap anestesia regional.

Diperlukan keadaan relaksasi uterus.

Keuntungan :
Induksi cepat.
Pengendalian jalan napas dan

pernapasan

Kerugian :
Risiko aspirasi pada ibu lebih besar.
Dapat terjadi depresi janin akibat pengaruh obat.

optimal.
Risiko hipotensi dan instabilitas kardiovaskular

Hiperventilasi pada ibu dapat menyebabkan

lebih rendah.

terjadinya hipoksemia dan asidosis pada janin.

Tabel 2.1 Obat-obat anestesi dalam kehamilan adalah:12

Obat Anestesi
Kategori Risiko
Kehamilan**

Risiko Menyusui**

Anestesi Lokal
Articaine (Septocaine)
NR
Bupivacaine (Marcaine)
NR
Lidocaine (Xylocaine)
Approved
Mepivacaine (Carbocaine, Polocaine)NR
Procaine HCL (Novocaine)
NR
Anestesi Umum

C
C
C
C

NR
L2
L2
L3
L3

Halothane (Fluothane)

Approved

L2

Isoflurane (Forane)
Ketamine
Methohexital (Brevital)
Nitrous oxide
Sevoflurane (Ultane)
Thiopental (Pentothal)

NR
NR
Approved
NR
NR
Approved

B
B
C

NR
NR
L3
L3
L3
L3

Nama Obat

AAP
approved*

Obat lain yang sering digunakan selama anestesi


Sedatives
Diazepam (Valium)
Concern
D
Midazolam (Versed)
Concern
D
Propofol (Diprivan)
NR
B
Triazolam (Halcion)
NR
X
Narcotic Analgesics
Alfentanil (Alfenta)
NR
C
Fentanyl (Sublimaze)
Approved
B
Hydromorphone (Dilaudid)
NR
C
Morphine
Approved
B
Reversal Medication
Flumazenil (Romazicon)
NR
C
Naloxone (Narcan)
NR
C
Steroids
Decadron (Dexamethasone)
NR
C
Stimulants
Epinephrine (Adrenaline)
NR
C

L3; L4 for chronic use


L3
L2
L3
L2
L2
L3
L3
NR
NR
NR
L1

Anti-nausea
Promethazine (Phenergan)
NR
C
L2
* Per the AAP (American Academic of Pediatric) Policy Statement Transfer Obat dan Bahan Kimia
Lainnya Ke ASI, direvisi September 2001.

Approved: Obat yang cocok untuk ibu menyusui


Concern: Obat yang efeknya pada bayi yang menyusui tidak diketahui tetapi harus
diperhatikan
Caution: Obat yang telah berhubungan dengan efek yang signifikan pada beberapa bayi
yang menyusui dan harus diberikan pada ibu menyusui dengan perhatian
NR: Not Reviewed. Obat ini belum ditinjau oleh AAP.
** Per Medications and Mothers Milk by Thomas Hale, PhD (edisi 2004).
Kategori Resiko Laktasi
L1 (sangat aman)
L2 (aman)
L3 (sedang)

Kategori Resiko Kehamilan


A (studi kontrol menunjukkan tidak adanya resiko)
B (tidak ada bukti resiko pada manusia)
C (resiko tidak bisa dicegah)

2.4. Kelenjar tiroid


2.4.1 Metabolisme dan Fungsi Tiroid1

Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) adalah regulator utama dari aktivitas metabolik
seluler. Kelenjar tiroid hanya bertanggung jawab untuk sekresi harian T4 (80-100 g
per hari, waktu paruh 6-7 hari). Sekitar 80% T3 diproduksi oleh deiodinasi
ekstratiroid dari T4 (waktu paruh 24-30 jam). Sintesis hormon tiroid dihasilkan
melalui empat tahap.

TABEL. Efek Triiodotironin pada Konsentrasi Reseptor 1

Meningkatkan jumlah reseptor


Menurunkan jumlah reseptor kolinergik jantung

2.4.2 Tes Fungsi Tiroid 1


TABEL. Tes Fungsi Tiroid

Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
primer
Hipotiroidisme
sekunder
kehamilan

2.4.3.

Serum Tiroksin

Serum Triiodotironin

Meningkat
Menurun

Meningkat
Normal s/d menurun

Pengikat Hormon
Tiroid
Meningkat
menurun

Menurun

Menurun

Menurun

Meningkat

Normal

Normal

Perioperatif
Pasien yang menjalani tindakan pembedahan tetap diperlakukan seperti pasien-pasien

lain yang akan menjalani prosedur pembedahan dengan penekanan pada anamnesis serta
pemeriksaan fisik maupun penunjang untuk mengidentifikasi kelainan fungsi tiroidnya.
Gejala dan tanda yang harus menjadi perhatian utama pasien hipertiroid adalah terkait dengan
fungsi jantung dan respirasi.Pasien dengan goiter yang besar memiliki problem potensial
terkait dengan jalan napasnya.Sehingga, pada pasien ini, penilaian jalan napas menjadi hal
utama yang harus dinilai dengan cermat.Pasien dapat memberikan gejala kesulitan napas
misalnya positional dyspnoe dan hal ini dapat dihubungkan dengan beberapa derajat dari
disfagia.Pasien juga dapat menunjukkan gejala sumbatan pada vena cava terutama pada kasus
goiter retrosternal. Beberapa penilaian lain terhadap jalan napas dapat beruba penilaian jarak
tiromental, derajat protrusi gigi bawah, keterbatasan gerak dari leher dan observasi struktur
faring.

Pasien dinilai tekanan darah, temperatur, denyut dan ritme jantungnya. Selain itu juga
dinilai gejala-gejala yang berhubungan dengan miopati, manifestasi sistem saraf pusat ( misal
: kondisi gugup), tanda-tanda di mata, tanda dehidrasi, maupun adanya kehamilann maupun
kehamilan mola. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di antaranya pemeriksaan
EKG, profil darah tes fungsi pembekuan darah,CT scan leher, foto rontgen dada (terutama
pada pasien goiter).
Penilaian preoperatif harus termasuk penilaian terhadap fungsi tiroid. Nadi isitirahat
yang direkomendasikan adalah 85 kali/menit. Benzodizepin adalah pilihan yang baik untuk
sedasi preoperatif.(Morgan, 2006). Meski demikian, beberapa berpendapat bahwa pemberian
sedasi yang berlebihan tidak dianjurkan terutama pada pasien yang memiliki goiter yang
besar yang mengganggu airway. Meskipun hal ini sebenaranya tidak berhubungan langsung
dengan kondisi hipertiroidnya,lebih pada gangguan jalan napasnya. Preparasi cepat
dibutuhkan untuk pasien yang akan menjalani pembedahan darurat. Preparasi cepat ini
dilakukan dengan memberikan kombinasi beta-bloker, kortikosteroid, thionamid, iodium dan
asam iopanoic (mengandung iodium dan penghambat pelepasan hormon tiroid).
Obat antitiroid dan antagonis -adrenergik dilanjutkan sampai pagi hari operasi.
Pemberian Prophylthiouracil dan methimazole adalah penting karena kedua obat ini memiliki
waktu paruh yag pendek. Apabila akan dilakukan pembedahan darurat (emergency), sirkulasi
yang hiperdinamik dapat dikontrol dengan menggunakan titrasi esmolol
Obat antagonis -adrenergik seringkali digunakan untuk mengontrol denyut
jantung.Akan tetapi, obat-obatan jenis ini harus dipertimbangkan ulang pemberiannya untuk
pasien-pasien dengan kondisi gagal jantung kongestif (CHF).Meski demikian, menurunkan
denyut jantung dapat meningkatkan fungsi pompa jantung itu sendiri.Kemudian, pasen
hipertiroid yang memiliki laju ventrikel yang cepat dan dalam kondisi CHF serta

membutuhkan pembedahan segera, dapat diberikan esmolol yang dipandu dengan perubahan
pulmonary artery wedge pressure. Jika dosis kecil esmolol (50 g/kg) yang diberikan tidak
memperparah kondisi gagal jantung yang telah ada, dapat diberikan esmolol tambahan.

Wayne Indek
Subyektif
Dispneu deffort
Palpitasi
Lelah
Suka panas
Suka dingin
Keringat banyak
Nervous
Napsu makan meningkat
Napsu makan menurun
Berat badan meningkat
Berat badan menurun
< 11
11 18
> 19

+1
+2
+2
-5
+5
+2
+2
+3
-3
-3
+3

Obyektif
Tiroid teraba
Bruid tiroid
Eksoftalmus
Lid retraksi
Lid lag
Hiperkinesis
Tangan panas
Tangan basah
Nadi < 80 x / mnt
Nadi 80 -90 x/mnt
Nadi > 90 x / mnt
Fibrilasi atrium

Ada
+3
+2
+2
+2
+2
+4
+2
+1
-3
+3
+4

tidak
-3
-2

-2
-2
-1

: Eutiroid
: Tidak jelas ada hipertiroid
: Hipertiroid

Pengobatan dan pertimbangan anestesi1

Kombinasi propanolol (efektif dalam mengurangi manifestasi dari aktivitas saraf


simpatis yang berlebihan, terbukti dengan denyut jantung <90 kali/menit) dan
potasium iodida (menghambat pelepasan hormon) efektif pada pasien eutiroid
sebelum pemberian anestesi dan pembedahan. Esmolol dapat diberikan terus-menerus
secara intravena untuk mempertahankan denyut jantung <90 kali/menit.

Tujuan penanganan intraoperatif adalah pencapaian anestesi yang dalam (biasanya


dengan isofluran atau desfluran) yang mencegah eksaggregasi sistem saraf simpatis
yang berespon terhadap rangsangan pembedahan. Obat-obat yang mengaktivasi

sistem saraf simpatis (ketamin) atau meningkatkan denyut jantung (pankuronium)


tidak dianjurkan untuk digunakan.

Apabila memilih anestesi regional, seharusnya tidak menambahkan epinefrin dalam


anestesi lokal.
TABEL. Penanganan Pasien Hipertiroid 1, 2
Propiltiourasil / PTU (menghambat sintesis dan menurunkan konversi
T4 ke T3 di perifer)
Iodium inorganik(sodium iodida), Kalium (Mencegah / menghalangi
pelepasan hormon)
Propanolol (menurunkan gejala overaktivitas adrenergik)
Antagonis -adrenergik (menurunkan denyut jantung hingga <90
kali/menit)
Glukokortikoid (menurunkan pelepasan hormon dan konversi perifer
T4 ke T3)
Iodium radioaktif (merusak sel-sel tiroid)
Tiroidektomi subtotal (alternatif terapi medis lain)

Keadaan hipertiroid biasanya disebabkan oleh kondisi pembesaran multinoduler


diffuse pada Graves disease (yang dihubungka dengan kelainan pada kulit, mata atau
keduanya). Namun, kondisi dapat muncul juga pada keadaan kehamilan, tiroiditis, adenoma
tiroid, koriokarsinoma, atau TSH-secreting pituitary adenoma.Lima persen wanita hamil
mengalami tirotoksikasi pada 3-6 bulan paska melahirkan dan memiliki kecenderungan untuk
kambuh pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
Secara umum, penanganan pasien dengan hipertiroid adalah untuk menurunkan level
hormon tiroid dan memberikan counter (perlawanan balik) terhadap tanda dan gejala yang
muncul, terutama yang dapat mengancam jiwa. Penanganan medis hipertiroid menggunakan

obat-obatan yang menghambat sintesis hormon (misalnya : obat propylthioruacil,


methimazole) atau obat-obatan yang menghambat pelepasan hormon (misalnya potasium,
sodium iodida), atau obat yang melawan overaktivitas dari adrenergik seperti propanolol.
Meskipun -adrenergik antagonis tidak mempengaruhi fungsi dari kelenjar tiroid, obat-obatan
ini menghambat konversi perifer T4 menjadi T3. Iodium radioaktif merusak fungsi sel-sel
kelenjar tiroid tetapi obat ini tidak

direkomendasikan untuk pasien hamil dan dapat

menghasilkan suatu kondisi hipotiroid. Tiroidektomi sub total sekarang mulai berkurang
penerapannya tetapi tetap dibutuhkan pada pasien dengan goiter multinodul yang toksik
ataupun adenoma toksik soliter
2.4.4 Intraoperatif
Fungsi kardiovaskuler dan temperatur tubuh harus dimonitor secara ketat pada pasien
yang memiliki riwayat hipertiroid. Mata pasien harus dilindungi secara baik, karena keadaan
eksoftalmus pada penyakit Graves

meningkatkan resiko abrasi kornea sampai dengan

ulserasi. Ketamin, pancuronium, agonis adrenergik indirek dan obat-obat lain yang
menstimulasi sistem saraf simpatis dihindari karena adanya kemungkinan peningkatan
tekanan darah dan denyut jantung.Thiopental dapat menjadi obat induksi pilihan di mana obat
ini memiliki efek antitiroid pada dosis tinggi.Pasien hipertiroid dapat menjadi hipovolemi dan
vasodilatasi dan menjadi rentan untuk mengalami respon hipotensi selama induksi anestesi.
Kedalaman anestesi yang adekuat harus dicapai sebelum dilakukan laringoskopi atau
stimulasi pembedahan untuk menghindari takikardi, hipertensi atau aritmia ventrikel.
Pemberian agen blok neuromuskuler (NMBAs) harus diberikan secara hati-hati, karena
keadaan tirotoksikosis seringkali berhubungan dengan peningkatan insiden miopati dan
miastenia gravis.

Hipertiroid tidak meningkatkan kebutuhan anestesia seperti tidak

berubahnya minimum alveolar concentration. Meski demikian, terkadang kebutuhan dosis

anestesi intravena diperlukan. Untuk menumpulkan respon hemodinamik saat melakukan


intubasi dapat diberikan lidokain, fentanyl atau kombinasi keduanya yang diberikan sebelum
intubasi. Pasien dengan goiter yang besar dan mengalami obstruksi jalan napas dikelola
seperti pasien-pasien lain yang mengalami gangguan jalan napas. Kesulitan intubasi
meningkat kejadiannya pada pasien dengan goiter.Induksi inhalasi atau intubasi sadar dengan
fiberoptik dapat dipertimbangkan apabila ada bukti obstruksi jalan napas ataupun deviasi
maupun penyempitan.
Tujuan utama dari manajemen intraoperatif pasien hipertiroid adalah untuk mencapai
kedalaman anestesia (sering dengan isofluran atau desfluran) yang mencegah peningkatan
respon sistem saraf pusat terhadap stimulasi pembedahan.Apabila menggunakan anestesi
regional, epinefrin tidak boleh ditambahkan pada larutan anestesi lokal.
2.4.5 Postoperatif
Ancaman serius pada pasien hipertiroid pada periode postoperatif adalah badai tiroid
(thyroid storm), yang memiliki ciri hiperpireksia, takikardi, penurunan kesadaran (agitasi,
delirium, koma) dan hipotensi.Onset badai tiroid biasanya 6-24 jam setelah pembedahan
tetapi dapat muncul intraoperatif, menyerupai hipertermi maligna.Tidak seperti hipertermi
maligna, badai tiroid tidak berhubungan dengan rigiditas otot, peningkatan kreatinin kinase,
atau keadaan asidosis metabolik maupun respiratorik.
Krisis tiroid merupakan komplikasi hipertiroidisme yang jarang terjadi tetapi berpotensi
fatal. Pasien biasanya memperlihatkan keadaan hipermetabolik yang ditandai oleh demam
tinggi, takikardi, mual, muntah, agitasi, dan psikosis. Pada fase lanjut, pasien dapat jatuh
dalam keadaan stupor atau koma yang disertai dengan hipotensi.Krisis tiroid timbul saat
terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam merespon hormon tiroid yang menyebabkan

hipermetabolisme berat yang melibatkan banyak sistem organ dan merupakan bentuk paling
berat dari tirotoksikosis.
Gambaran klinis berkaitan dengan pengaruh hormon tiroid yang semakin menguat
seiring meningkatnya pelepasan hormon tiroid atau meningkatnya intake hormon tiroid oleh
sel-sel tubuh. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan demam dengan temperatur konsisten
melebihi 38,5oC.Pasien bahkan dapat mengalami hiperpireksia hingga melebihi 41oC dan
keringat berlebih. Tanda-tanda kardiovaskular yang ditemukan antara lain hipertensi dengan
tekanan nadi yang melebar atau hipotensi pada fase berikutnya dan disertai syok. Takikardi
terjadi tidak bersesuaian dengan demam. Tanda-tanda gagal jantung antara lain aritmia
(paling banyak supraventrikular, seperti fibrilasi atrium, tetapi takikardi ventrikular juga
dapat terjadi). Sedangkan tanda-tanda neurologik mencakup agitasi dan kebingungan,
hiperrefleksia dan tanda piramidal transien, tremor, kejang, dan koma.Tanda-tanda
tirotoksikosis mencakup tanda orbital dan goiter.Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecurigaan akan terjadi krisis tiroid apabila terdapat trias krisis tiroid, yaitu menghebatnya
tanda tirokotoksikosis, kesadaran menurun, dan hipertermia.
Badai tiroid (Thyroid storm)1,2

Tanda : Hiperpireksia, takhikardi, hipotensi, perubahan kesadaran (agitasi, delirium,


koma)

Sering terjadi pada operasi pada pasien hipertiroid akut.1

Terjadi 6 24 jam sesudah pembedahan, tapi dapat terjadi intra operatif.

Dibedakan dari hipertermia maligna, feokromositoma, anestesi yang tidak adekuat.1

TABEL. Penanganan Badai Tiroid 1, 2

Cairan intravena (hidrasi)


Koreksi faktor pemicu (infeksi)
Sodium iodida (250 mg per oral atau iv tiap 6 jam)
Propiltiourasil (200-400 mg per oral atau lewat pipa

nasogastrik tiap 6 jam)

Hidrokortison (50-100 mg iv tiap 6 jam)

Propanolol (10-40 mg oral tiap 4-6 jam) atau esmolol


(titrasi) sampai HR < 100 x/menit

Selimut dingin dan asetaminofen (meperidin, 25-50


mg iv tiap 4-6 jam dapat digunakan untuk mengobati atau
mencegah menggigil)

Digoksin (gagal jantung kongestif dengan atrial


fibrilasi dan respon ventrikel yang cepat)

Anda mungkin juga menyukai