TUNNEL SYNDROME
Pembimbing :
dr. Dian Maria Pia, Sp.S
Disusun oleh :
MOH.OLDY F.
(2016.04.2.0120)
M. KAEFAN
(2016.04.2.0121)
MONICA ELIZABETH S.
(2016.04.2.0122)
MUHAMMAD IRFAN
(2016.04.2.0123)
NATALIA FAJAR
(2016.04.2.0124)
NIDYA JULINDA
(2016.04.2.0125)
NIEKE TUSSINA
(2016.04.2.0126)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
2.1. ANATOMI
2.1.2 N. MEDIANUS
2.3 EPIDEMIOLOGI
10
2.4 ETIOLOGI
11
12
2.6 PATOGENESIS
13
2.7 DIAGNOSA
14
17
2.9 TERAPI
17
2.10 PENCEGAHAN
18
2.11 PROGNOSIS
20
2.12 KOMPLIKASI
20
DAFTAR PUSTAKA
22
BAB I
PENDAHULUAN
neuropati
tekanan/
jebakan
(entrapment
neuropathy).
Di
unilateral pada 42% kasus (29% kanan, 13% kiri) dan 58% bilateral
(Gorsche, 2001).
Di Indonesia, urutan prevalensi Carpal Tunnel Syndrome dalam
masalah kerja belum diketahui karena sampai tahun 2001 masih sangat
sedikit diagnosa penyakit akibat kerja yang dilaporkan karena berbagai
hal, sebabnya antara lain sulitnya diagnosa. Penelitian pada pekerjaan
dengan resiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan prevalensi
Carpal Tunnel Syndrome antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian
Harsono, pada pekerja pada suatu perusahaan ban di Indonesia
melaporkan prevalensi Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja sebesar
12,7%. Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya hubungan positif
antara keluhan dan gejala Carpal Tunnel Syndrome dengan faktor
kecepatan menggunakan alat dan faktor kekuatan melakukan gerakan
pada tangan (Tana, 2004).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
2.1.1. Carpal Tunnel
Carpal tunnel adalah suatu terowongan fibro-osseous yang
dibentuk oleh tulang-tulang karpal dan flexor retinaculum. (Durrant dkk,
2002; Yugueros 2002). Komponen tulang pada carpal tunnel membentuk
suatu lengkungan,yang dibentuk oleh empat tonjolan tulangdi proksimal
oleh tulang pisiformis dan tubercle of scaphoid dan di distal oleh hook of
hamate dan tubercle of trapezium. Tendon palmaris longus di superfisial
berjalan anterior menuju ke flexor retinaculum untuk menyatu dengan
fasia palmaris. Di bawah fasia palmaris, suatu ligamen membentuk batas
superfisial dari carpal tunnel, yang disebut ligamen karpal transversal.
Ligamen flexor retinaculum dan karpal transversal dianggap merupakan
istilah yang sama (sinonim) oleh berbagai penulis. (gambar 1) (Pecina
dkk, 2001; Yugueros 2002).
10
11
tangan
atau
pergelangan
tangan
dan
hilangnya
kekuatan
menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta
benjolan pada tangan; rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di
malam hari saat tidur.
Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area
yang dipersarafi oleh N. Medianus merupakan gejala neuropathy akibat
sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel entrapment). Kelemahan dan
atrofi otot otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini semakin tak
terobati. (Rambe, 2004)
2.6. Patogenesis
Terdapat beberapa hipotesis mengenai patogenesis CTS. Pada
umumnya adalah faktor mekanik dan faktor vaskular sangat berperan
dalam timbulnya CTS. Sebagian besar CTS terjadi secara perlahan-lahan
(kronis) akibat gerakan pada pergelangan tangan yang terus menerus
sehingga terjadi penebalan atau tenosinovitits pada fleksor retinakulum.
Hal ini merupakan penyebab tersering. Pada keadaan kronis terdapat
penebalan fleksor retinakulum yang menekan saraf medianus. Tekanan
yang berulang-ulang dan lama pada saraf medianus akan menyebabkan
tekanan intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan perlambatan
aliran vena intrafasikuler. Bendungan/kongesti ini lama-kelamaan akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan
merusak endotel dan menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi
edema epineural. Hipotesis ini dapat menerangkan keluhan yang sering
terjadi pada CTS yaitu berupa rasa nyeri dan bengkak terutama pada
malam/pagi hati yang akan menghilang atau berkurang setelah tangan
yang bersangkutan digerak-gerakkan atau diurut, mungkin karena terjadi
perbaikan dari gangguan vaskuler ini. Bila keadaan ini berlanjut, akan
13
terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf. Lama kelamaan saraf
menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi saraf medianus
terganggu.
Pada CTS yang akut, biasanya terjadi penekanan/kompresi yang
melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi
saraf dan saraf menjadi iskemik, selain itu juga terjadi peninggin tekanan
fasikuler yang akan memperberat keadaan iskemik ini. Selanjutnya terjadi
pelebaran pembuluh darah yang akan menyebabkan edema dan
menimbulkan gangguan aliran darah pada saraf dan merusak saraf
tersebut (sama dengan
yang
kronis). Pengaruh
mekanik/tekanan
menggerak-gerakkan
jari-jarinya.
Bila
keluhan
wasting.
Pada
inspeksi
dan
palpasi
dapat
14
bahwa
tes
ini
sangat
sensitif
untuk
atau
nyeri
pada
daerah
distribusi
nervus
sign
(bottle's
sign).
Penderita
diminta
15
Pemeriksaan
sensibilitas.
Bila
penderita
tidak
dapat
16
terbuka
dengan
anestesi
lokal,
tetapi
sekarang
telah
18
mengurangi
gerakan
menggenggam
atau
menjepit
dengan
kuat.
Perancangan alat kerja contohnya tinggi meja kerja yang dipakai sesuai
dengan ukuran antropometri pekerja, penggunaan alat pemotong atau
gunting yang tajam sehingga mengurangi beban pada pergelangan
tangan dan tangan. Pekerjaan dengan memegang suatu alat seperti
pensil, stir mobil, atau alat lain untuk waktu yang lama, maka pekerja
harus menggenggam alat tersebut senyaman mungkin. Pegangan alatalat seperti pemutar sekrup, peraut atau peruncing dan penahannya dapat
dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan genggaman dapat
disalurkan melalui otot di antara dasar ibu jari dan jari kelingking, tidak
hanya pada bagian tengah telapak tangan. Alat dan mesin seharusnya
dirancang untuk meminimalkan getaran. Pelindung alat seperti pemakaian
shock absorbers, dapat mengurangi getaran yang ditimbulkan. Postur
kerja yang baik sangat penting untuk mencegah CTS, contohnya pada
pengetik dan pengguna komputer. Operator keyboard seharusnya duduk
dengan tulang belakang bersandar pada kursi dengan bahu rileks, siku
ada di samping tubuh dan pergelangan lurus.
Kaki menginjak lantai pada footrest. Materi yang diketik berada pada
ketinggian mata sehingga leher tidak perlu menunduk saat bekerja.
Usahakan leher lentur dan kepala tegak untuk mempertahankan sirkulasi
dan fungsi saraf pada lengan dan tubuh. Buruknya desain perabot kantor
adalah penyumbang utama terhadap postur buruk. Kursi harus dapat
diatur tingginya dan mempunyai sandaran. Latihan berguna bagi pekerja
yang bekerja dengan gerak berulang. Latihan pada tangan dan
pergelangan tangan yang sederhana selama 4-5 menit setiap jam dapat
membantu mengurangi risiko berkembangnya atau mencegah CTS.
Peregangan dan latihan isometrik dapat memperkuat otot pergelangan
tangan dan tangan, leher serta bahu, sehingga memperbaiki aliran darah
pada daerah tersebut. Latihan harus dimulai dengan periode pemanasan
yang pendek disertai periode istirahat dan bila mungkin menghindari
peregangan berlebihan pada otot tangan dan jari-jari. Memberlakukan
periode istirahat saat bekerja dan memodifikasi pekerjaan dapat
19
20
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline
on the Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. 2008.
21
22
BAB I
PENDAHULUAN
23
Tarsal
tunnel
syndrome
merupakan sebuah
keadaan
yang
foot
yang
identik
dengan
gejala
terkompresinya
saraf
circumferential. (Persich)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
24
1.1.
Definisi
ligamen
tebal
(flexor
retinakulum
yang
melindungi
dan
Anatomi
Nervus Tibialis
Nervus tibialis berasal dari bagian anterior dari plexus sacralis. Yang
keluar melalui region posterior dari paha dan kaki, dan cabang-cabangnya
masuk ke dalam bagian medial dan lateral dari nevus plantaris. Inervasi
dari nervus tibialis ke otot terdapat paling banyak ke daerah posterior dari
paha dan otot-otot kaki dan beberapa pada otot-otot intinsik dari kaki.
(Graaf, 2001)
Tarsal Tunnel
Struktur dari tarsal tunnel pada kaki terdapat di antara tulang-tulang kaki
dan jaringan fibrosa. Flexor retinaculum (ligament laciniate) merupakan
atap dari tarsal tunnel dan terdiri dari fascia yang dalam dan deep
transversa dari angkle. Bagian batas proximal dan inferior dari tunnel
berbatasan dengan bagian inferior dan superior flexor retinaculum. Batas
bawah dari tunnel berhubungan dengan bagian superior dari tulang
25
calcaneus, bagian medial dari talus dan distal-medial dari tibia. Sisanya
dari fibroosseus kanal membentuk dari tibiocalcaneal tunnel Tendon dan
flexor hallucis longus muscle, flexor digitorum longus muscle, tibialis
posterior muscle, posterior tibial nerve, dan posterior tibial artery melewati
dari tarsal tunnel. (Graaf, 2001; Feldman, 2005)
Bagian posterior dari saraf tibia diantara otot tibialis posterior dan otot
flexor digitorum longus pada region proximal dari kaki dan melewati antara
otot flexor digitorum longus dan flexor hallucis longus pada bagian distal
dari region dari kaki. Saraf tibia melewati bagian belakang dari medial
melleolus dan melewati tarsal tunnel dan kemudian membagi menjadi
bercabang-cabang ke dalam cutaneus articular dan cabang-cabang
vascular. Persarafan utama dari saraf tibialis posterior mempersarafi
calcaneal, medial plantar, dan cabang-cabang saraf dari lateral plantar.
Saraf medial plantar superior mempersarafi otot abductor hallucis longus
dan bagian lateralnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu saraf medial dari
kaki, dan saraf medial plantar cutaneous dari hallux. Saraf lateral plantar
berjalan langsung melalui bagian tengah dari otot abductor hallucis, di
mana kemudian membagi ke dalam percabangan-percabangan. (Graaf,
2001; Feldman, 2005)
Innervasi dan percabangan dari saraf tibialis posterior
tumit
Percabangan media plantar percabangan cutaneous dari aspek
plantar medial dari kaki, percabangan motorik dari otot abductor
hallucis dan flexor digitorum brevis, dan percabangan talonavicular
26
transversa
dari
adductor
hallucis
dan
otot
pertama
dari
27
Gambar Netter
28
1.3.Etiologi
Beberapa
neuropathy.
faktor berhubungan
Soft-tissue
masses
dengan
dapat
terjadinya
menimbulkan
tarsal
tunnel
compression
tarsal
canal.
Tarsal
canal
terdiri
dari
flexor
retinaculum,
terdapat
bersama-sama.
Fenomena
double-crush
yang
29
30
beristirahat,
penyakit
terdahulu
yang
positif
disertai
dengan
dengan
kompresi
pada
jaringan
saraf
umumnya
31
hasil
yang
baik
pada
pemeriksaan
tersebut.
32
pembandingnya.
Otot-
otot
dari
lumbosacrak
dan
motor
polyneurophaty.
Ini
merupakan
axonal
kedalam
enthesophaty.
tulang,
Entheophaty
kondisi
ini
yang
dinamakan
menghasilkan
rasa
nyeri
dan
menimbulakan
peripheral
34
Pemeriksaan Imaging
Pemeriksaan Histologi
Dihubungkan dengan neuroma pada kebanyakan kasus di
masyarakat, jaringan saraf merupakan yang paling intak dan
perineural sheath. Hasi ini merupakan hasil dari chronic nerve
compression
dan
pembengkakan
pada
irritation,
saraf
yang
proliferasi
dapat
dari
menyebabkan
jaringan
fibrous
1.8.Diagnosa Banding
- Lumbar radiculopathy
- Peripheral Nerve injury
35
-Polyneuropathy
- Deep flexor compartment syndrome
-Mortons Metatarsalgia
- Plantar fasciitis
1.9.Terapi
Terapi Medik
Terapi medik dari tarsal tunnel syndrome dapat dengan
memberikan suntikan lokal steroid ke dalam tarsal canal. Tindakan
konsevatif yang dapat diterima pada awal terapi dari tarsal tunnel
neurpathy termasuk penggunaan loakl anestesi dan steroid, dimana
dapat mengurangi nyeri. Tetapi ini dapat menghilangkan gejala,
tetapi
harus
diberikan
secara
bijaksana,
karena
dapat
tersebut.
Physical
therapy
juga
berguna
dalam
suatu
desain
kaki
orthosis
untuk
mengurangi
36
Terapi Operasi
Ketika
konservatif
terapi
dinyatakan
gagal
dalam
untuk
memfasilitasi
bagian
medial
lapang
operasi.
37
menutupinya.
Torniquet
harus
digunakan
untuk
digunakan,
perdarahan.
untuk
Lapisan
mengobesrvasi
penutup
harus
dan
digunakan,
mengontrol
termasuk
38
sering
adalah
calcaneus,
hemited
spinal
disk,
peripheral
penggunaan
orthosis
harus
dipertimbangkan
untuk
dihubungkan
dengan
fasitis
plantaris
yang
dapat
39
1.10.Prognosis
Pada akhirnya tindakan dekompresi dapat memberikan hasil yang
memuaskan. Tandanya adalah dengan menurunnya rasa nyeri dan
parestesi yang tampak, diikuti dengan berkurangnya gejala. Resolusi
komplet dari gejala-gejala tersebut sangatlah jarang terjadi, hal ini
disebabkan karena banyaknya etiologi yang mendasari penyakit ini dan
juga karena area dari saraf yang rusak tidak dapt kembali normal.
Meningkatnya rasa nyeri setelah tindakan dekompresi sangatlah jarang
terjadi. Penelitian dari Mann memperlihatkan sekitar 75% pasien-pasien
yang telah dilakukan tindakan operasi dekompresi didapatkan nyeri yang
cukup dirasakan, dan 25% didapatkan nyeri yang sedikit atau tidak ada
sama sekali. Mann juga menyatakan bahwa tindakan operasi explorasi
dari tarsal canal release sangatlah jarang menyebabkan nyeri yang hebat
pada pasien.
Daftar Pustaka
40
Graaff, V. D. 2001. Tibial nerves. In : Human anatomy. 6th ed. New York:
McGraw-Hill.
of
William, S.P. Entrapment. 4th ed. New York: Lipincoott Williams & Wilkins.
2007.
41