Anda di halaman 1dari 36

CASE REPORT

FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA

Disusun oleh :

Soraya Haji Muahmad

1102013279

Pembimbing :
dr. Yuliana, Sp.OT

dr. Dik Adi Nugraha, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RSUD SOREANG

2017

1
BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. R

Usia : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Kp. Muara Ciwidey Mekar

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Belum menikah

No. RM : 603904

Tanggal Pemeriksaan : 18 September 2017

2
II. Anamnesa

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di depan ruang


operasi, pada hari Senin, 18 September 2017 pukul 15.00 di RSUD Soreang.

Keluhan Utama

Lengan kanan sulit digerakkan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Klinik Orthopedi RSUD Soreang dengan keluhan


lengan kanan susah digerakkan dan nyeri sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
pasien dari bahu hingga lengan kanan. Berdasarkan pengakuan pasien, lima hari
sebelum masuk rumah sakit pasien kecelakaan tunggal terjatuh dari sepeda motor
dengan kecepatan kurang lebih 30-km/jam yang dinaikinya karena menghindari
batu, Os terjatuh terguling kedepan dengan bahu terlebih dahulu yang terbentur,
os mengaku memakai helm. Mual, muntah, dan pingsan disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama pada keluarga pasien tidak
ada.

Riwayat Pengobatan

Pasien baru pertama kali memeriksakan diri ke dokter

3
III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit regular

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,5C

A. Status Generalis

Mata

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Pupil : bulat isokor

Leher

JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba membesar.

Thorax

COR : Bunyi Jantung I-II Murni Regular, Murmur (-), Gallop (-).

Pulmonal : Vesicular Breath Sound Kanan = kiri, Rhonki -/-, Wheezing -/-.

Abdomen

Inspeksi : Datar, tidak ada kelainan kulit

Palpasi : Soepel, Nyeri Tekan (-).

4
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

Auskultasi : Bising Usus (+) normal.

Ekstremitas

Ekstremitas Atas : akral hangat +/+, CRT <2 detik, turgor baik, edema (-).

Ekstremitas Bawah : akral hangat +/+, CRT <2 detik, turgor baik, edema (-).

B. Status Lokalis

LOOK : edema (-), deformitas (+), hiperemis (-), bone expose(-), muscle expose(-),
perdarahan aktif(-)

FEEL : NT (+), krepitasi (-), hangat (+), CRT <2

MOVE : ROM Terbatas pada lengan dan bahu kanan

IV. Resume

Pria berusia 22 tahun Pasien datang ke Poli Klinik Orthopedi RSUD Soreang dengan
keluhan lengan kanan susah digerakkan dan nyeri sejak satu hari yang lalu. Nyeri
dirasakan pasien dari bahu hingga lengan kanan. Berdasarkan pengakuan pasien, satu
hari sebelum masuk rumah sakit pasien kecelakaan tunggal terjatuh dari sepeda motor
dengan kecepatan kurang lebih 30-km/jam yang dinaikinya karena menghindari batu, Os
terjatuh terlempar kedepan dengan bahu terlebih dahulu yang terbentur, os mengaku
memakai helm. Mual, muntah, dan pingsan disangkal oleh pasien. Tidak terdapat luka,
jejas pada a/r clavicula dextra, deformitas (-) darah (-), pus (-), nyeri tekan (+)

V. Diagnosis Banding

Closed fracture clavicula dextra

5
Dislokasi sendi bahu

VI. Pemeriksaan Penunjang


Rontgen Thorax

LABORATORIUM DARAH
HAEMATOLOGI
Darah Rutin
- Hb : 14,2 gr/dl
- Ht : 42%
- Lekosit: 9.200/mm3
- Trombosit: 288.000/mm3

HEMOSTASIS
Masa Pembekuan/ CT : 7
Masa Pendarahan/ BT : 1

KIMIA KLINIK
Elektrolit
Na : 149 mmol/L
K : 3.90 mmol/L
GDP : 90,1 mg/dl

6
SGOT : 42,5 U/L (Meningkat (N: <35))
SGPT : 64,3 U/L (Meningkat (N<45))
Ureum : 10,9 mg/dl (Menurun (N: 17-43))
Kreatinin : 0,68 mg/dl (Menurun (N: 0,8-1,3))

VII.Diagnosis
Neglected fracture clavicula dextra oblique displaced

VIII. Penatalaksanaan

Medikamentosa:

Anbacim 2x1 gr IV

Esomeprazole 1x1

Norflam tab 2x1 (PO)

Operatif

Pemasangan ORIF recons plate pada os.klavikula dextra tanggal 18


September 2017.

Laporan Operasi :

DO : ditemukan fracture clavicula dextra oblique displaced.

Laporan Tindakan Operasi :

- Pasien ditempatkan di atas meja operasi


- Pembiusan total
- Positioning, cleansing, scrubbing, dropping
- Insisi kutis, subkutis, fascia, m. Platisma

7
- Ditemukan DO
- Refreshing frakture site
- Reduksi dan fiksasi dengan 1 buah recons plate 7 holes dan 6 screw
- Cek Stabilitas
- Cuci Luka dengan Nacl 0,9 %
- Rawat perdarahan
- Jahit muscle, fascia, subkutis, kutis
- Operasi selesai

RO post OP

IX. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI

Pada potongan koronal, tulang klavikula merupakan tulang yang kecil dan
tipis, lebih lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga
lateral. Pada potongan axial, struktur tiga dimensi tulang klavikula semakin jelas
telihat. Tulang klavikula berbentuk seperti huruf S, pada ujung sisi medial
berbentuk cembung dan ujung sisi lateral berbentuk cekung. Pada proyeksi axial,
tulang klavikula baik sisi medial maupun lateral mempunyai permukaan yang
datar, dihubungkan oleh bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti tabung
dan tipis. Area transisi pertengahan tulang klavikula menunjukkan struktur
penghubung yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan daerah yang paling
sering terjadi fraktur. Pada akhirnya, jika terlihat pada potongan sagital, luas
daerah transisi tulang klavikula dari anterior ke posterior dapat terlihat dengan
jelas.

9
Anatomi Clavicula

Ligamen medial
Bulbus-bulbus pada ujung medial klavikula menyokong sendi
sternoclavicular. Terdapat beberapa lapis dari ligamen tersebut yang mendukung
sendi tersebut, yang sangat diperlukan secara anatomis apabila terjadi fraktur dan
pergeseran tulang.
Ligamen kapsul
Penebalan yang spesifik pada sendi sternoclavicular menunjukkan suatu ligamen
kapsul. Penebalan ini terdapat pada sisi anterosuperior dan posterior dari kapsul.
Ligamen-ligamen ini mungkin merupakan persendian sternoclavicular yang
paling kuat dan yang menghambat pergeseran superior dari sisi medial klavikula,
dan pergeseran inferior pada sisi ujung lateral klavikula. Kapsul posterior
ditetapkan sebagai struktur yang paling penting dalam menahan

10
pergeseran/translasi ke arah anterior maupun posterior pada sendi
sternoclavicular.

Ligamen sternoclavicular yang kuat menopang klavikula pada posisi yang


tepat.

Ligamen Glenohumeral.

11
Ligamen Sternoclaviular

Ligamen interclavicula
Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial klavikula sampai sisi
superior sternum sampai kontralateral dari klavikula. Ligamen tersebut
merenggang pada saat bahu diangkat tetapi menghambat pergeseran yang
menurun dari ujung lateral klavikula.
Ligamen costoclavicula
Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang berjalan dari bagian
atas dari iga pertama dan bagian yang berdekatan dari sternum sampai bagian
inferior dari klavikula. Kadang-kadang, ligamen tersebut keluar dari bagian
medial klavikula yang menjadi tempat perlengketan fossa rhomboid. Untuk tujuan
studi tentang anatomi, serat-serat ligamen costoclavicular menstabilkan medial
klavikula melawan rotasi keatas dan kebawah.

Anatomi otot
Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di klavikula.
Pada bagian medial, terdapat origo dari pectoralis mayor dan sternohyoid. Sudut
dari fraktur klavikula yang paling penting, yaitu pada superomedial klavikula
dengan origo pada sternocleidomastoid. Pada fraktur pertengahan klavikula, origo
tersebut di konversikan kepada insersi, sternocleidomastoid menjadi elevator
medial klavikula. Pada permukaan bawah pertengahan klavikula merupakan titik

12
insersi dari otot subclavius. Pada bagian lateral, anterior klavikula merupakan
tempat dari origo deltoid bagian anterior dengan klavikula bagian posterosuperior
juag menjadi insersi tambahan dari otot trapezius. Otot lain yang penting yang
berhubungan dengan anatomi klavikula yaitu platysma. Otot platysma berlokasi
pada jaringan subcutan pada fascia cervical, platysma mempunyai origo diatas
deltoid dan pectoralis mayor dan menyilang pada permukaan anterior superfisial
klavikula sebelum berinsersi pada mandibula, kulit, dan otot mulut.

Anatomi Neurovaskular
Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi neurovaskular
dibagi menjadi anterior dan posterior. Pada bagian anterior, struktur yang paling
utama yaitu saraf supraclavicular. Percabangan dari pleksus cervical, saraf
tersebut berorigo sebagai trunkus pada batas posterior dari sternocleidomastoid.
Trunkus tersebut dibagi menjadi anterior, pertengahan, dan saraf posterior yang
melintasi permukaan superfisial dari bagian dalam klavikula sampai platysma.
Jupiter dan Ring merekomendasikan lokasi dan preservasi saraf supraclavicular
selama pendekatan bedah pada pertengahan klavikula.
Tulang klavikula mempunyai fungsi yang penting sebagai tulang
pelindung pleksus brakhialis, vena jugular dan subclavia. Secara spesifik,
permukaan superior dari pertengahan klavikula membentuk batas inferior dari
segitiga posterior leher. Isi dari sgitiga tersebut yang penting adalah pleksus
brachialis dan arteri subclavia.

13
Pleksus brachialis

II. 2 DEFINISI

Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan


tulang rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui
mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, harus diketahui keadaan
fisik tulang dan keadaaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama
tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur klavikula adalah kerusakan
dari tulang klavikula (biasanya disebut dengan tulang selangka). Tulang tersebut
menghubungkan sternum ke bahu.

Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur dengan
atau tanpa dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya

14
sehingga menghasilkan keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi
yang lebih buruk dan bahkan kecacatan.

II. 3 KLASIFIKASI

Klasifikasi fraktur dapat dibagi berdasarkan penyebab, klinis, radiologis,


kondisi, dan fragmen .

1. Klasifikasi penyebab Berdasarkan klasifikasi penyebab, fraktur dapat dibagi


menjadi :

a. Fraktur traumatik Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai


tulang dengan kekuatan yang besar.

b. Fraktur patologis Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat


kelainan patologis di dalam tulang.

c. Fraktur stress Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu


tempat tertentu.

2. Klasifikasi klinis Berdasarkan klasifikasi klinis, fraktur dapat dibagi menjadi:

a. Fraktur tertutup (close fracture), yaitu suatu fraktur yang tidak


mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur dimana kulit tidak
tertembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan luar

b. Fraktur terbuka (open fracture), apabila terdapat hubungan dengan


dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam ke luar) atau from without (dari luar).

c. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) adalah fraktur yang


disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, non union
atau infeksi tulang.

3. Klasifikasi radiologis Berdasarkan klasifikasi radiologis, fraktur dapat dibagi


menjadi :

15
a. Fraktur transversal : fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang.

b. Fraktur kominutif : serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan


jaringan di mana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.

c. Fraktur oblik : fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap


tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

d. Fraktur segmental : dua fraktur berdekatan pada satu tulang


menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.

e. Fraktur impaksi : fraktur terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang


yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra
lainnya.

f. Fraktur spiral : Fraktur spiral akibat torsi pada ekstrimitas.

4. Klasifikasi kondisi Berdasarkan klasifikasi kondisi, fraktur dapat dibagi


menjadi :

a. Fraktur komplit (bagian tulang terpisah total), berdasarkan


konfigurasinya dapat berupa fraktur transversal, oblik, spiral, segmental,
kominutif, kompresi, impresi, avulsi. b. Fraktur inkomplit (tidak
melibatkan seluruh ketebalan tulang), contoh: fraktur greenstick.

5. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya Berdasarkan


hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya, fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Tidak bergeser : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak


bergeser.

b. Bergeser : terjadi pergeseran fragmen-fragmen

Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada clavicula


tersebut. Ada tiga lokasi pada clavicula yang paling sering mengalami fraktur
yaitu pada bagian midshape clavikula dimana pada anak-anak berupa greenstick,

16
bagian lateral clavicula dan bagian proksimal clavicula. Menurut Neer secara
umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :
Tipe I: Fraktur mid klavikula (Fraktur 1/3 tengah klavikula)
- Fraktur pada bagian tengah clavicula
- Lokasi yang paling sering terjadi fraktur, paling banyak ditemui
- Terjadi medial ligament korako-klavikula (antara medial dan 1/3
lateral)
- Mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung (dari
lateral bahu)
Tipe II : Fraktur 1/3 lateral klavikula
- Lokasi tersering kedua mengalami fraktur setelah midclavicula.
- Fraktur klavikula lateral dan ligament korako-klavikula, yang dapat
dibagi:
o type 1: undisplaced jika ligament intak
o type 2: displaced jika ligamen korako-kiavikula ruptur.
o type 3: fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.
Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling
jarang terjadi dari semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar
5%.
Klasifikasi Negleted Fracture

Berdasarkan pada beratnya kasus akibat dari penanganan patah tulang


sebelumnya, neglected fracture dapat diklasifikasikan menjadi 4 derajat:

1. Neglected derajat satu


Bila pasien datang saat awal kejadian maupun sekarang,
penanganannya tidak memerlukan tindakan operasi dan hasilnya sama
baik.
2. Neglected derajat dua
Keadaan dimana apabila pasien datang saat awal kejadian, penanganannya
tidak memerlukan tindakan operasi, sedangkan saat ini kasusnya menjadi
lebih sulit dan memerlukan tindakan operasi. Setelah pengobatan, hasilnya
tetap baik.

17
3. Neglected derajat tiga
Keterlambatan menyebabkan kecacatan yang menetap bahkan setelah
dilakukan operasi. Jadi pasien datang saat awal maupun sekarang tetap
memerlukan tindakan operasi dan hasilnya kurang baik.
4. Neglected derajat empat
Keterlambatan di sini sudah mengancam nyawa atau bahkan
menyebabkan kematian pasien. Pada kasus ini penanganannya
memerlukan tindakan amputasi.

Neglected fracture dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :


a. Derajat I : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari sampai dengan
3 minggu
b. Derajat II : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu sampai
dengan 3 bulan
c. Derajat III : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan sampai
dengan 1 tahun
d. Derajat IV : fraktur yang telah terjadi lebih dari 1 tahun.

II. 4 ETIOLOGI

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya fraktur, yaitu :

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang,


arah dan kekuatan trauma.
Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,
kekuatan, dan densitas tulang.

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan


membengkok, memutar dan tarikan. Trauma dapat bersifat :
Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

18
Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan extensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh.
Tekanan pada tulang dapat berupa :
Tekanan berputar yang dapat menyebabkan fraktur bersifat spiral
atau oblik
Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal
Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi
Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau
memecah misalnya pada bahan vertebra.
Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu
akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z
Fraktur oleh karena remuk
Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik
sebagian tulang.

Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu


akibat kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan
bermotor, namun kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non
traumatik. Berikut beberapa penyebab pada fraktur clavicula yaitu :

Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh
simphisis pubis selama proses melahirkan. Fraktur tulang humerus
umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit
ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan
penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran
presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada
tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis

19
frakturnya berupa greenstick atau fraktur total. Fraktur menurut Strek,1999
terjadi paling sering sekunder akibat kesulitan pelahiran (misalnya
makrosemia dan disproporsi sefalopelvik, serta malpresentasi).

Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan


bermotor, jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.
Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama,
misalnya pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.
Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post
radioterapi, keganasan clan lain-lain.

II. 4 PATOMEKANISME

Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme


kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi
kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh,
keeelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian
medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi
fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.
Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan
menarik fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik
fragmen lateral ke bawah. Jika fraktur terdapat pada ligament korako-klavikula
maka ujung medial klavikula sedikit bergeser karena ditahan ligament ini.
Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujung luar
mungkin tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk
benjolan dibawah kulit.

20
Fraktur Clavicula

II. 5 KLASIFIKASI

II. 6 GAMBARAN KLINIS


Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Fraktur klavikula sangat mudah didiagnosa dengan
pemeriksaan fisik karena jaringan subkutis yang sangat tipis. Pada pemeriksaan
fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang
terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol
akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai
perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi
yang mengikuti fraktur. Trauma pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan
fraktur klavikula dapat terjadi. Kerusakan vaskular walaupun jarang tetapi dapat
terjadi terutama pada arteri subklavia.

II. 7 DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi
kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut.
Riwayat cedera diikuti sampai dengan ketidakmampuan menggunakan lengan
yang mengalami cedera. Perlu diperhatikan fraktur yang terjadi tidak selalu terjadi

21
di tempat cedera.Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting. Kalau fraktur
terjadi akibat cedera ringan curigailah lesi patologik . Nyeri, memar dan bengkak
adalah gejala yang sering dijumpai ,tetapi cedera ini tidak membedakan fraktur
dengan cedera jaringan lunak. Deformitas jauh lebih mendukung.
Tanyakan mengenai gejala cedera yang berkaitan : baal atau hilangnya
gerakan, kulit yang pucat atau sianosis, darah dalam urine, nyeri perut, hilangnya
kesadaran untuk sementara. Tanyakan riwayat fraktur sebelumnya, riwayat sosial
ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan
riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

Gejala Klasik Fraktur :


Adanya riwayat trauma
Rasa nyeri dan bengkak di wilayah tulang yang patah
Deformitas pada daerah yang patah
Nyeri tekan
Krepitasi
Gangguan fungsi musculoskeletal akibat nyeri
Gangguan neurovascular

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, periksalah bagian yang paling jelas terluka, hal
hal yang perlu diperhatikan : Apakah ada kerusakan pada arteri atau saraf, dicari
cedera yang berhubungan di wilayah tersebut, carilah cedera yang berhubungan
didaerah tempat yang jauh.
Inspeksi / Look
Amati bahu dan lengkung bahu dari sebelah anterior, dan lakukan
inspeksi skalpula serta otot yang terkait dengannya dari sebelah posterior.
Perhatikan setiap adanya pembengkakan, deformitas, atau atrofi otot,
fasikulasi (tremor halus pada otot).
Cari pembengkakan kapsula sendi di sebelah anterior atau benjolan
dalam bursa subakromial di bawah muskulus deltoideus. Periksa

22
keseluruhan ekstermitas atas untuk menentukan adanya perubahan warna,
perubahan kulit, atau posisi yang abnormal.
Palpasi / Feel
Jika terdapat riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk bagian
yang terasa nyeri. Lokasi nyeri dapat menunjukkan asal nyerinya :
- Puncak bahu yang menjalar ke leher-artikulasio akromioklavikularis
- Permukaan lateral bahu yang menjalar ke insersio deltoideus-otot rotator
cuff
- Bahu anterior-tendon bisipitalis
Kisaran Gerak dan Manuver (Move)
Keenam gerakan pada lengkung bahu adalah fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan rotasi internal serta eksternal. Ketidakmampuan melakukan
gerakan-gerakan ini mungkin mencerminkan kelemahan atau perubahan
pada jaringan lunak yang terjadi karena bursitis, kapsulitis, ruptura otot
rotatoar cuff atau cedera terkilir (sprain), atau tendinitis.
Pemeriksaan sendi bahu sering memerlukan evaluasi yang selektif
pada artikulasio akromioklavikularis, bursa subakromial, dan
subdeltoideus,otot rotator cuff, sulkus serta tendon bisipitalis,dan kapsula
artikularis serta membran synovial pada artikulasio glenohumeralis.

Pemeriksaan Radiologi
a. Plain Photo
Mid clavicula
Evaluasi pada fraktur clavicula yang standar berupa proyeksi
anteroposterior (AP) yang dipusatkan pada bagian tengah clavicula.
Pencitraan yang dilakukan harus cukup luas untuk bisa menilai juga kedua
AC (acromioclavicular) joint dan SC (sternoclavicular) joint. Bisa juga
digunakan posisi oblique dengan arah dan penempatan yang baik. Proyeksi
AP 20-60 dengan cephalic terbukti cukup baik karena bisa meminimalisir
struktur toraks yang bisa mengganggu pembacaan.

23
Karena bentuk dari clavicula yang berbentuk S, maka fraktur
menunjukkan deformitas multiplanar, yang menyebabkan susahnya
menilai dengan menggunakan radiograph biasa. CT scan, khususnya
dengan 3 dimensi meningkatkan akurasi pembacaan.

Gambaran radiologis fraktur klavikula proyeksi AP

Gambaran radiologis fraktur klavikula proyeksi oblik

24
Medial clavicula dan SC joint
Proyeksi standar untuk menilai SC joint adalah posteroanterior (PA),
lateral dan oblique. Fraktur medial clavicula dan cedera pada SC joint
biasanya sulit dinilai dengan pencitraan yang biasa karena adanya overlap
clavicula dengan sternum dan costa pertama. Sebagai catatan penting,
ossifikasi sekunder pada bagian proksimal clavicula tidak akan nampak
pada usia sebelum 12 tahun dan mungkin sampai umur 25 tahun. Sehingga
pada gambaran radiograph biasa akan sulit membedakan antara suatu
fraktur dengan dislokasi pada SC joint.
Lateral clavicula dan AC joint
Pemeriksaan radiologi pada sisi yang mengalami cedera kadang-
kadang cukup sulit, namun beberapa pemeriksaan membandingkan
penampakan pada daerah cedera tersebut. Proyeksi AP pada AC joint
digunakan 15 inclinasi cephalic, sepanjang tulang scapula. Normal
alignment pada sendi dengan proyeksi AP apabila ukuran celah sendi
kurang dari 5 mm dan facies bagian bawah akromion dan distal clavicula
tidak terputus-putus.

b. CT Scan
Medial clavicula dan SC joint
CT scan memegang peranan yang penting dalam mendiagnosa fraktur
clavikula bagian medial dan cedera pada SC joint. CT scan seharusnya
digunakan dengan mencakup SC joint dan secara otomatis setengah dari
kedua clavicula untuk membandingkan satu sisi dengan sisi yang lain.
Jika didapatkan ada kelainan pada vascular, bisa kita nilai dengan
menggunakan intravenous contras..
Lateral clavicula dan AC joint
CT scan merupakan salah satu alat pencitraan di bidang radiologi
yang cukup sensitif dalam menegakkan diagnosa. CT scan kadang-kadang
digunakan untuk mendiagnosa fraktur intra-artikular atau stress fraktur

25
pada AC joint. Meskipun demikian CT scan terbatas untuk menilai sekitar
jaringan lunak termasuk kapsula, ligament dan sendi sinovial.

II. 8. DIAGNOSIS BANDING


Fraktur clavicula didiagnosis banding dengan beberapa kelainan yaitu
fraktur kosta, fraktur sternum, dislokasi sendi bahu, dan rotator cuff injury.
1. Fraktur kosta
Penyebab paling sering pada fraktur kosta adalah trauma tumpul pada
dinding dada, tergantung lokasi yang mengalami trauma bisa menyebabkan
fraktur 1 tulang costa atau lebih. Pada pasien dengan fraktur kosta bisa
menyebabkan terjadinya pneumotoraks, hematotoraks karena perdarahan
atau cedera pada fleksus brakhialis untuk fraktur kosta I III. Untuk fraktur
kosta I III gejala dan tanda bisa mirip dengan fraktur clavicula, harus bisa
dibedakan dengan seksama pada pemeriksaan radiologi.
2. Fraktur sternum
Fraktur sternum paling sering karena trauma pada dada, biasanya
disertai dengan trauma pada jantung dan paru-paru. Untuk mendiagnosis
fraktur sternum biasanya dipakai plain photo proyeksi lateral seperti pada
gambar dibawah ini.
3. Dislokasi sendi bahu
Dislokasi sendi pada bahu ada 4 jenis yaitu anterior dislocation,
posterior dislocation, multidirectional instability dan inferior dislocation.
Paling sering adalah anterior dislocation sekitar 85% dari semua dislokasi
sendi bahu. Pasien dengan dislokasi sendi bahu juga bisa mengeluh nyeri,
bengkak ataupun susah menggerakkan lengan.
4. Rotator cuff injury pada bahu
Pasien dengan rotator cuff injury biasanya datang dengan keluhan
utama nyeri pada persendian bahu disertai dengan kekakuan, terbatasnya
pergerakan sendi bahu dan krepitasi. Pemeriksaan yang paling akurat pada
kelainan ini adalah MRI.

26
II. 9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari
patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar
mereka tetap menempel sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas
dan proses penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat.
Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang
cukup lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan arm sling
selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku
dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan
kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk
membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk mempercepat
penyembuhan. Patch tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan
(immobilisasi).

Prinsip Penanganan Fraktur


Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

a. Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang


dapat diterima.
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal.
Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada
posisi anatomik normalnya.
Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi,
dan reduksi terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat
fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter

27
melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan
lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit
bila cedera sudah mengalami penyembuhan.

Metode reduksi :
1. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan
dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum
reduksi dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan,
analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas
dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat
lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan
menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus
dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran
yang benar.
2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
3. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka.
Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna
dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisasi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan.
Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi
penyembuhan.
Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat
eksternal (bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna,

28
traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat,
batang, dll).

c. Rehabilitasi
Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada
bagian yang sakit.
Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan
reduksi dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak,
memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan
isometrik dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari,
dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap dapat memperbaiki
kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula
diusahakan sesuai batasan terapeutik

Teknik Penanganan Terapi Konserfatif dan Operasi


Penatalaksanaan Fraktur Klavikula:
1. Fraktur 1/3 tengah
Undisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan
menggunakan sling, yang dapat mengurangi nyeri.

Arm Sling
Displaced fraktur dengan gangguan kosmetik diterapi dengan
menggunakan commersial strap yang berbentuk angka 8 (Verband figure of
eight) sekitar sendi bahu, untuk menarik bahu sehingga dapat

29
mempertahankan alignment dan fraktur. Strap harus dijaga supaya tidak
terlalu ketat karena dapat mengganggu sirkulasi dan persyarafan. Suatu bantal
dapat diletakkan di antara scapula untuk menjaga tarikan dan kenyamanan.
Jika commersial strap tidak dapat digunakan, balutan dapat dibuat dari
tubular stockinet, ini biasanya digunakan untuk anak yang berusia <10
tahun.

Verband figure of eight


Pemakaian strap yang baik:
1. menarik kedua bahu, melawan tekanan dipusat, dan daerah interscapula
selama penarikan fraktur.
2. tidak menutupi aksila, untuk kenyamanan dan hygiene.
3. menggunakan bantalan yang bagus.
4. tidak mengganggu sirkulasi dan persyarafan kedua lengan.

Plating Clavikula
Gunakan insisi sesuai garis Langer untuk mengekspos permukaan superior
clavikula. Hindari flap kulit undermining dan kerusakan saraf supraklavikula.
Hindari juga diseksi subperiosteal pada fracture site.

30
Lakukan reduksi fragmen fraktur jika memungkinkan pasang lag screw
melintasi fraktur.Plate diletakkan di sisi superior clavikula dengan 3 screw pada
masing-masing sisi fraktur untuk mencapai fiksasi yang solid.
Jika diperlukan diletakan subkutaneus drain, luka operasi ditutup dengan
jahitan subcuticular.

2. Fraktur lateral
Undisplaced fraktur dapat diterapi dengan sling. Displaced fraktur dapat
diterapi dengan sling atau dengan open reduction dan internal fiksasi.
Jika pergeseran lebih dari setengah diameter klavikula harus direduksi dan
internal fiksasi. Bila dibiarkan tanpa terapi akan terjadi deformitas dan dalam
beberapa kasus rasa tidak enak dan kelemahan pada bahu karena itu terapi
diindikasikan melalui insisi supraklavikular, fragmen diaposisi dan dipertahankan
dengan pen yang halus, yang menembus kearah lateral melalui fragmen sebelah
luar dan akromion dan kemudian kembali ke batang klavikula. Lengan ditahan
dengan kain gendongan selama 6 minggu dan sesudah itu dianjurkan melakukan
pergerakan penuh.

3. Fraktur Medial
Fraktur medial clavicula merupakan fraktur yang paling stabil karena
adanya ligamen sekitar dan bisa diobati dengan sling untuk kenyamanan dan
mengembalikan ke fungsi normal. Tindakan Bedah pada fraktur medial
clavicula jarang diindikasikan dan terbatas pada kasus-kasus di mana ada
dislokasi berbagai macam fragmen fraktur atau terjadi kerusakan pada struktur
neurovaskular penting. Ketika dilakukan tindakan bedah, fraktur dapat
diperbaiki dengan menggunakan jahitan berat melewati lubang bor di tulang
atau sebaliknya, dengan small low-profile plate. Pin fiksasi harus dihindari
karena ada kemungkinan perangkat keras ini migrasi ke dalam organ vital yg
terletak di bawah.

31
Indikasi Operasi
Meskipun hasil perawatan nonoperative sangat efektif untuk fraktur
clavicula, namun operasi dapat diindikasikan dalam keadaan tertentu. Dalam
situasi tertentu, operasi diperkirakan menghasilkan hasil klinis terbaik dalam
hal keselarasan, penyembuhan, dan mobilisasi dini. Indikasi utama untuk
fiksasi internal fraktur clavicular adalah perpindahan dan / atau perpendekan
lebih dari 15 sampai 20 mm, umur muda, sehat, individu yang aktif. Meskipun
clavicula memiliki penyembuhan yang baik dan kemampuan renovasi, patah
tulang secara signifikan telah terbukti dapat menyebabkan rasa sakit dan
penurunan kepuasan pasien karena deformitas, kosmetik dan keterbatasan
fungsional. Indikasi relatif untuk fiksasi internal fraktur clavicular meliputi:
fraktur terbuka;
terkait cedera vaskular;
defisit neurologis progresif;
kontaminasi kotoran dengan jaringan kulit yang kemungkinan akan
menyebabkan kerusakan kulit;
medialization signifikan dari sendi bahu;
robeknya ligamen coracoclavicular dengan fraktur distal;
fraktur ipsilateral dari clavicula dan skapula (bahu mengambang);
pasien cedera;
fraktur clavicular bilateral, dan kompleks, ipsilateral, ekstremitas atas
fraktur

II. 10. Komplikasi


Komplikasi patah tulang di bagi menjadi komplikasi segera, komplikasi
dini, dan komplikasi lambat. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah
tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah
kejadian, dan komplikasi lambat terjadi lama setelah patah tulang. Ketiganya
dibagi lagi masing-masing menjadi komplikasi lokal dan umum.
Komplikasi segera dan setempat merupakan kerusakan yang langsung
disebabkan oleh trauma, selain patah tulang atau dislokasi. Trauma kulit dapat

32
berupa kontusio, abrasi, laserasi, atau luka tembus. Kulit yang terkontusio walau
masih terlihat utuh, mudah mengalami infeksi dan gangguan pendarahan.
Komplikasi segera Kompliksi dini Komplikasi lama

Lokal Lokal Lokal


Kulit dan otot : Tulang : malunion,
Nekrosis kulit-otot,
vulnus (abrasi, nonunion, delayed
laserasi), kontusio, sindrom kompartemen, union, osteomielitis
avulsi trombosis, infeksi Patah tulang rekuren,
Vaskular : terputus, sendi, osteomielitis gangguan
kontusio, perdarahan pertumbuhan
Umum
Organ dalam : Sendi : ankilosis,
jantung, paru-paru ARDS, emboli paru, penyakit degeneratif
(pada fraktur kosta), tetanus sendi pascatrauma
buli-buli(fraktur Distrofi refleks
pelvis) Kerusakan saraf
Umum Miositis osifikan
Trauma multipel, Umum
syok Batu ginjal (akibat
imobilisasi lama di
tempat tidur dan
hiperkalsemia)
Neurosis pascatrauma

Malunion.
Malunion merupakan suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut, atau miring.
Komplikasi seperti ini dapat dicegah dengan melakukan analisis yang cermat
sewaktu melakukan reduksi, dan mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin
terutama pada masa awal periode penyembuhan.
Gejala malunion pada clavicula dapat menyebabkan penderita tidak puas.
Gejala sebelum operasi termasuk kelemahan, nyeri, gejala-gejala neurologik,
dan munculnya perasaan yang cemas (bahu yang semakin memburuk dengan
gejala-gejala lainnya)

33
Nonunion
Lebih umum terjadi pada fraktur yang ditangani dengan cara operasi,
khususnya pada studi sebelumnya. Secara keseluruhan, angka non union yang
lebih kurang dari 1 % hingga yang lebih besar dari 10%, telah dilaporkan.
Paling banyak pada fraktur 1/3 distal tetapi hasilnya secara fungsional
memperlihatkan kepuasan.
Penanganan operasi termasuk stabilisasi dan graft tambahan pada tulang
memberikan hasil yang memuaskan serta fiksasi dengan plate dan peralatan
intermedullary.

Fraktur 1/3 tengah dengan lebih dari 2 cm dan fraktur 1/3 lateral menjadi
faktor resiko lebih tinggi nonunion.
Komplikasi neurovaskular, bisa menyebabkan timbulnya trombosis dan
pseudoaneurisma pada arteri axillaris dan vena subclavian kemudian bisa
menyebabkan timbulnya cerebral emboli. Kerusakan nervus
supraclavicular menyebabkan timbulnya nyeri dinding dada.
Refraktur, fraktur berulang pada clavicula yang mengalami fraktur
sebelumnya.
Pneumothoraks biasa didapatkan pada pasien dengan fraktur clavicula
terutama yang mengalami multiple traumatik, diakibatkan oleh karena
robeknya lapisan pleura sehingga masuk udara pada ruang potensial antara
pleura viseral dan parietal.

Rehabilitasi
Commersial strap yang berbentuk angka 8, harus di follow up apakah
sudah cukup kencang. Strap ini harus dikencangkan secara teratur. Anak anak
<10 tahun menggunakan strap atau splint selama 3-4 minggu sampai bebas
nyeri, sedangkan orang dewasa biasanya membutuhkan waktu 4-6 minggu.
Pasien dianjurkan untuk melakukan pergerakan seperti biasa begitu nyeri
berkurang (strap/splint/sling sudah dilepas).

34
II.11. Prognosis
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada
berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan
usia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan
sangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari
penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.
Fraktur clavicula disertai multiple trauma memberi prognosis yang lebih
buruk daripada pognosis fraktur clavicula murni.

35
DAFTAR PUSTAKA

Solomon L, Warwick D,et al. Apleys System of Orthopaedics and Fractures 9th
ed. General Orthopedics. 2010.Warwick, Nayagam.

Canale ST, Beaty JH.CampbellS Operative Orthopaedics 12th ed. 2013. Elsevier
Inc.

R. Putz, R. Pabst, Sobbota, Atlas Anatomi Manusia, ed 21, RGC, Jakarta, 2005.

Sjahriar R, Radiologi Diagnostik, ed kedua, FKUI, Jakarta, 2010.

Bajpai MS. Osteologi Tubuh Manusia. Penerbit Binarupa Aksara. 2001

R.Sjamsuhidat &Wim de jong.Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 1. Penerbit buku


kedokteran EGC.Jakarta . 1997.

Schrock, Theodore. Ilmu Bedah ( handbook of surgery ) edisi 7. Penerbit buku


kedokteran EGC : jakarta. 1995.

Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit 6th Edition. EGC: Jakarta. 2005

Koval, kenneth.J. Handbook of Fracture, 3rd Edition. Lippincoot williams and


wilkins : California. 2010.

Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.

36

Anda mungkin juga menyukai