Anda di halaman 1dari 4

3.

3 Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)


A. Penerapan MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional)
Ruang Kemuning 1 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya melaksanakan
MAKP dengan metode Tim, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dalam daftar dinas di ruang Kemuning 1 terbagi menjadi 2 tim. Tim 1
terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 4 orang, dan Tim 2 terdiri dari
Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang.
2. Pembagian pasien Tim 1 bertanggung jawab untuk kamar 1A, 2A, 3A,
1B, 2B, 3B, 4B, 5B, 6B, 7B. Sedangkan Tim 2 bertanggung jawab untuk
kamar 1C, 2C, 3C, 4C, 5C, 6C, 7C, 8C, 9C, 10C, 11C, 12C, 13C, 14C,
15C, 16C, 17C. Tersedia buku laporan pasien untuk 2 Tim yang diisi
lengkap tiap shif yang berisi keadaan umum, pemenuhan KDM, terapi
tindakan yang sudah dan akan dilakukan pada shif berikutnya. Juga
tersedia buku TPKP, buku therapi dan buku visite untuk 2 tim.

B. Timbang Terima
Diruang Kemuning 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya melaksanakan
Timbang terima, yang dapat dijelaskan sebgai berikut :
1. Timbang terima dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3 shift,
yaitu shift pagi dari jam 07.00 WIB – 14.00 WIB, shift sore dari jam 14.00
WIB -21.00 WIB dan shift malam dari jam 21.00 WIB – 07.00 WIB.
2. Timbang terima di Ruang Kemuning 1 Terkadang dilakukan pada pukul
08.30 WIB padahal untuk jadwal rutinnya pada pukul 07.00 WIB. Dengan
dipimpin oleh Kepala Ruangan ruang Kemuning 1 dan di hadiri oleh
seluruh perawat dan tenaga medis lainnya yang sedang berdinas pagi dan
malam.
3. Pada saat timbang terima perawat yang berdinas malam akan membacakan
buku pasien, Bor ruangan serta buku terapi pasien. Perawat pagi yang akan
bertugas mencatat kembali di buku timbang terima pasien sayangnya
ketika saat membacakan timbang terima terkadang perawat di ruang
Kemuning 1 membacakan buku timbang terima kurang keras sehingga
mahasiswa yang sedang berdinas di ruangan tersebut sedikit mengeluh.
Setelah itu perawat akan dibagi menjadi 2 Tim. Tim 1 dan Tim 2 untuk
melakukan visit ke pasien pasien.

C. Ronde Keperawatan
1. Di ruang Kemuning 1 sangat mendukung kegiatan ronde keperawatan.
Sekitar 90% perawat di ruang Kemuning 1 mengerti adanya ronde
keperawatan.
2. Untuk pelaksanaan ronde keperawatan sendiri kurang optimal dikarenakan
biasanya perawat disana hanya melakukan diskusi bersama dengan dokter
untuk mengambil keputusan apabila keptusan tersebut membutuhkan
jawaban segera.

D. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat membedakan mengenai penyediaan obat high alert. Alur
yang berjalan saat ini yaitu resep pagi hari obat diberikan oleh dokter kemudian
diserahkan ke perawat untuk dilakukan pengecekan lalu diberikan kepada depo
farmasi. Sedangkan pada sore dan malam hari resep diberikan ke keluarga
pasien untuk diambil di UPF. Terdapat format pencatatan jenis obat dan jadwal
pemberiannya ke klien serta nama perawat yang bertugas memberikan obat
sehingga obat apa saja yang sudah diberikan sudah terdokumentasikan. Jumlah
obat oral dan injeksi yang diserahkan adalah dosis obat untuk 2 atau 3 kali
pemberian dalam waktu 24 jam berdasarkan kebutuhan klien. Jika pasien
merupakan pasien BPJS, saat menyerahkan lembar resep obat ke depo farmasi
keluarga pasien perlu menyertakan persyaratan BPJS untuk mendapatkan obat
seperti fotocopy KK, KTP, fotocopy BPJS / JAMKESMAS / KIS / SKTM.
Obat yang diserahkan oleh depo farmasi kepada perawat dilakukan setiap
24 jam. Penyerahan obat dilakukan dengan menyerahkan lembar serah terima
obat UDD dari UPF ke ruangan yang berisi nama pasien, nomer bed, nama
obat atau alkes dan jumlah obat yang diberikan. Lembar tersebut
ditandatangani oleh petugas farmasi sebagai pihak yang menerima. Pemberian
obat injeksi dan cairan telah dilakukan oleh perawat sesuai dengan jadwal
pemberian. Penerapan double check dilakukan oleh perawat bahkan pasien di
ruang Kemuning 1 selalu hafal dengan nomer Rmnya sendiri dan rata rata
pasien Long of Stay rata-rata 7-8 hari.

E. Supervisi
Hasil angket tentang kegiatan dilakukan oleh Kepala Ruangan Kemuning
1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya dapat disampaikan sebagai berikut :
Hasil Kegiatan Evaluasi Kepala Ruangan Dalam MAKP di Ruang Kemuning 1
Pada Tahun 2016

No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)

1 Perencanaan 59,37

2 Pengorganisasian 54,16

3 Pengarahan 61,53

4 Pengendalian 30

5 Compensasi Reward 63,88

6 Hubungan Kerja 68,75

Berdasarkan tabel di atas, aspek pengendalian memiliki nilai yang paling


rendah (30%), penilaian dalam aspek ini meliputi indikator mutu (BOR, TOI,
ALOS, NDR, GDR, ILO), audit dokumentasi keperawatan, survei kepuasan
pasien dan survei kepuasan perawat.

F. Discharge Planning
Pada ruangan Kemuning 1 sudah dilakukan pada klien saat awal masuk
ruangan dan akan pulang menggunakan form Discharge Planning. Proses
pelaksanaan DP dilakukan di ruang perawat dengan cara memanggil keluarga
dan klien. Kartu DP sudah ada dengan isi sesuai dengan standart. Identitas
klien, tanggal kontrol, aturan diit (gizi), obat, aktivitas dan istirahat, perawatan
umum, dan hasil pemeriksaan yang dibawa pulang. Pada ruangan ini pasien
tidak diberikan leaflet sebagai media edukasi, penyampaian dilakukan secara
lisan dan tertulis. DP dilakukan oleh petugas gizi atau rehab medik jika ada
kolaborasi.
Perencanaan pulang dilakukan sejak pasien datang hingga akan pulang.
Setelah pasien mendapat perawatan di ruang Kemuning 1 dan mengalami
peningkatan status kesehatan, dokter akan merencanakan pasien untuk KRS,
ataupun perawat juga bisa mengusulkan pasien KRS pada dokter jika sudah
mengalami peningkatan status kesehatan. Pasien yang sudah disetujui untuk
melakukan KRS oleh dokter biasanya akan diberikan penjelasan oleh perawat
di ruang nurse station. Penjelasan tersebut meliputi alasan pasien KRS, kondisi
pasien saat ini, obat yang harus diminum, jadwal kontrol serta urusan
administrasi yang harus diselesaikan pasien sebelum meninggalkan rumah
sakit.
Format discharge planning sudah ada dengan isi sesuai standar meliputi
identitas pasien, tanggal dan tempat kontrol, status keadaan pasien, aturan diet,
obat, perawatan dirumah, aktivitas dan istirahat, perawatan umum dan hasil
pemeriksaan yang dibawa pulang dan tempat kontrol dan resume pasien.
Format discharge planning didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Leaflet sebagai media penjelasan penyakit dan penanganannya tersedia namun
belum maksimal dilakukan pada saat discharge planning karena tidak
dibagikan pada setiap pasien saat discharge planning.

G. Dokumentasi Keperawatan
Menggunakan system SOR (Source Oriented Record) yaitu suatu system
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan,
misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain. Berdasarkan hasil
observasi terhadap seluruh status klien yang ada didapatkan:
a. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan
pendokumentasian mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan
utama, data obyektif, data subyektif dan tindakan keperawatan dengan
menggunakan metode SBAR (Situation, background, assesment,
recomendation).
b. Pendokumentasian perawat pada daftar tersendiri yang terdiri dari lembar
penerimaan klien baru, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan
implementasi serta format pembagian obat. Diagnosa yang digunakan
menggunakan pedoman SDKI.

Anda mungkin juga menyukai