Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PASIEN DENGAN HEMATOTHORAX

DISUSUN OLEH :
ALBERT FERNANDO PUTRA JEFRY 113063C116001
DAVID ABRAHAM NATHANAEL ESRA 113063C116003
ESTER ELIZABETH KARTINI 113063C116008
INDAH PERMATA DEWI 113063C116017
IRFAN KURNIADI 113063C116018
IRWAN DWI EFRON 113063C116019
MIA 113063C116024
SUSI SUSANTI 113063C116031
WARNI 113063C116037

DOSEN PENGAMPU :
OKTAVIN, S.Kep.,Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
BANJARMASIN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan


Penampakan thorax dari luar adalah batas bawah leher dan batas atas abdomen.
Namun pada bagian dalam tidaklah demikian, batas ronga thorax adalah (Blaivas, 2007):
1. Batas belakang thorax setinggi C7, lebih tinggi dari bagian depan karena melalui bidang
yang dibentuk oleh iga pertama agak miring kebawah
2. Batas depan thorax setinggi vertebrae thorakal ke-2
3. Batas bawah thorax adalah diafragma yang berbentuk seperti kubah ke atas. Karena bentuk
diafragma yang seperti kubah, dari permukaan tidak dapat dipakai peregangan bahwa
bawah thorax adalah batas bawah costae.
4. Batas atas thorax dapat diraba di incisura jugularis, yatu cekungan antara caput klavikula
kanan dan kiri. Incisura ini berseberangan dengan batas atas bawah dari vertebrae thorakal
ke-2.

Dinding dada dibentuk oleh 12 tulang vertebrae thorakalis, 12 pasang iga dan sternum
(Sideras, 2011):
a. Vertebrae
Persendian vertebrae dengan tulang iga menyebabkan iga ini mempunyai bentuk yang
agak spesifik. Vertebrae thorakalis pertama memiliki persendian yang lengkap dengan
costae I dan setengah persendian dengan costae II. Selanjutnya costae II-VIII mempunyai
dua persendian, di atas dan di bawah korpus vertebrae untuk costae II sampai dengan VIII,
sedangkan costae IX-XII hanya satu.
b. Costae
Secara umum costae ada 12 pasang kanan dan kiri, Tujuh pasang iga pertama
dinamakan costae vera (iga sejati). Costae I-VII bertambah panjang secara bertahap, yang
kemudian memendek secara bertahap. Costae VIII-X berfungsi membentuk tepi costal
sebelum menyambung dengan tepi bawah sternum, maka disebut costae spuriae (iga
palsu). Costae XI-XII disebut costae fluctuantes (iga melayang).
c. Sternum
Sternum terdiri dari manubrium sterni, korpus sterni dan procesus xiphoideus.
Angulus sterni ludovici yang terbentuk antar manubrium dan korpus sterni dapat teraba
dan merupakan patokan dalam palpasi iga ke-2 di lateralnya.

Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan musculus utama dinding anterior
thorax. Musculus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan musculus gelang bahu lainnya
membentuk lapisan muskulus dinding posterior thorax. Tepi bawah musculus pectoralis
mayor membentuk lipatan / plica aksilaris anterior, lengkungan dari musculus latisimus dorsi
dan teres mayor membentuk lipatan axial posterior (Blaivas, 2007).
Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh darah dan limfatik.
Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan
kapiler. Pleura viseralis menutupi paru dan sifatnya tidak sensitive. Pleura ini berlanjut
sampai ke hilus dan mediastinum bersama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding
thorax dan diafragma. Pleura parietalis mendapatkan persarafan dari nerve ending, sehingga
ketika terjadi penyakit atau cedera maka timbul nyeri. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada
tiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-paru normal. Pleura parietalis hampir
semua merupakan lapisan dalam, diikuti tiga lapisan muskulus yang mengangkat iga selama
respirasi tenang. Vena arteri, dan nervus dari tiap rongga intercostalis berada di belakang tepi
bawah iga. Karenanya jarum torakosintesis atau klem yang digunakan untuk masuk kepleura
harus dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih (Brohi,
2011).

a. Diafragma
Bagian musculus perifer berasal dari bagian bawah iga ke-6 dan kartilago costae, dari
vertebrae lumbalis, dan dari lengkung lumbosakral, sedang bagian muscular melengkung
membentuk tendosentral. Serabut ototnya berhubungan dengan M.transverse abdominis di
batas costae. Diafragma menempel di bagian belakang costae melalui serat-serat yang
berasal dari ligamentum arcuata dan crura. Nervus prenicus mempersarafi motorik dan
intercostals bawah mempersarafi sensorik. Diafragma berperan besar pada ventilasi paru
selama respirasi tenang (Blaivas, 2007).
Sewaktu inspirasi terjadi pembesaran dinding dada kea rah ventrodirsalis dan
lateralis. Pengembangan dada ini dimungkinkan karena mobilitas artikulatio
kostovertebralis, elatisitas tulang rawan iga, dank arena sedikit bertambahnya kifosis
kolumna vertebralis. Otot-otot yang berperan dalam inspirasi adalah diafragma (otot
primer inspirasi), M intercostalis externa (otot komplementer inspirasi), dan otot-otot
leher, yakni M. skalenus dan M. sternokleidomastoideus, keduanya berperan pada inspirasi
paksa dengan mengangkat bagian atas rongga thorax. Ekspirasi terjadi akbat proses pasif
dengan melemasnya otot-otot inspirasi sehingga rongga dada dan paru kembali ke ukuran
prainspirasi. Pada ekspirasi paksa, otot-otot yang berperan adalah otot-otot abdomen dan
mm.intercoastalis interna. Gaya yang menggerakkan rangka dada secara umum adalah
mm. intercostalis dan mm. scalene. Otot-otot tersebut merupakan otot metametrik
primitive yang harus dimasukkan ke dalam golongan otot authochthonus dada. Termasuk
pula mm.transverses thoracis dan mm.subcostales. Otot-otot tersebut dipersarafi oleh rami
anterior N.spinalis dan N. intercostalis (Sideras, 2011).
B. Definisi Tension Pneumothorax
Hemothorax adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam
ruang antara dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari
hemothorax adalah trauma dada. Trauma misalnya : · Luka tembus paru-paru,
jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada · Trauma tumpul dada kadang-
kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax oleh pembuluh internal. · Diathesis
perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura HenochSchönlein
dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid malformasi kongenital kistik:
malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi, seperti hemothorax
C. Pembagian Hemotothorax
a. Hemothorak Kecil : yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada
fotorontgen, perkusi pekak sampai iga IX.2.
b. Hemothorak Sedang : 15-35 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi
pekak sampai iga VI.
c. Hemothorak Besar : lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampaicranial,
iga IV.
D. Etiologi
Adapun penyebab dari penyakit Hemothorax, adalah sebagai berikut:
1. Traumatik àBiasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada
dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian
dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah
mengalir ke dalam rongga pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.
2. Non Traumatik àterdiri dari:
a. Neoplasma
b. Gangguan pembekuan darah
c. Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
d. Kanker paru-paru atau pleura
e. Penempatan dari kateter vena sentral
f. Operasi jantung · Infeksi: Tuberkulosis
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc
dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh
darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat
disebabkan cedera benda tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada tension pneumothorax adalah ssebagai berikut :
a. Tachypne
b. Dyspnea
c. Cyanosis
d. Tachycardia
e. Hipotensi
f. Anemia
g. Nyeri di dada
h. Kelelahan
i. Gelisah dan cemas
j. Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical)
k. Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena
l. Dullness pada perkusi
m. Adanya krepitasi saat palpasi
n. Berkeringat
F. Komplikasi
a. Kehilangan darah
b. Kegagalan pernapasan
c. Syok
d. Kematian
e. Fibrosis atau parut dari membran pleura
G. Patofisiologi
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau menutupi
thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam
rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler, kolaps
terjadi pendarahan akibat pecahnya arteri dan kapiler-kapiler kecil , sehingga tekanan perifer
pembuluh darah paru meningkat, dan aliran darah menurun yang mengakibakan kadar Hb
dalam darah menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea, sianosis, tachikardia.
H. Derajat Hematothorax
a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
1) Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
2) Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
pernapasan.
3) Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan
darah sekitar 10%
b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
Gejala klinisnya:
1) Takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit),
2) Takipnea
3) Penurunan tekanan nadi
4) Kulit teraba dingin
5) Perlambatan pengisian kapiler
6) Anxietas ringan
c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
Gejalanya:
1) Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah
sistolik, oliguria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti
kebingungan atau agitasi.
2) Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah
jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan
tekanan darah sistolik.
3) Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan
untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap
cairan.
d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
Gejala-gejalanya berupa:
1) Takikardi, penurunan tekanan darah sistolik
2) Tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur)
3) Berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar
4) Penurunan status mental (kehilangan kesadaran)
5) Kulit dingin dan pucat
I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk diagnostik, diantaranya:
a. Chest-Ray: àadanya gambaran hipodense pada rongga pleura disisi yang terkena
dan adanya mediastinum shift. Chest-Ray digunakan sebagai penegak diagnostik
yang paling utama dan lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya.
b. CT Scan : àdiindikasikan untuk pasien dengan hemothoraks yang untuk evaluasi
lokasi clotting (bekuan darah) dan untuk menentukan kuantitas atau jumlah
bekuan darah di rongga pleura.
c. USG : àUSG yang digunakan adalah jenis FAST dan diindikasikan untuk pasien
yang tidak stabil dengan hemothoraks minimal.
d. Nilai BGA : Hipoksemia mungkin disertai hiperkarbia yang menyebabkanasidosis
respiratori. Saturasi O2 arterial mungkin menurun pada awalnya tetapi biasanya
kembali ke normal dalam waktu 24 jam.
e. Cek darah lengkap: àdilakukan berdasarkan nilai kadar Hb yang menunjukkan
jumlah darah yang hilang pada hemothorax.
J. Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan tingkat keparahannya dibagi menjadi :
a. Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak
memerlukan tindakan khusus.
b. Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat
mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir
sekat air.
c. Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan
transfusi. Kematian penderita Hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya
darah yang hilang dan terjadinya kegagalan dalam bernapas. Kegagalan
pernapasan disebabkan karena adanya sejumlah besar darah dalam rongga
pleura yang menekan jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru yang
melakukan ventilasi.
Maka, pengobatan hemothorax sebagai berikut:
a. Pengosongan rongga pleura dari darah
b. Menghentikan pendarahan
c. Memperbaiki keadaan umum
Adapun tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a. Resusitasi cairan. Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian
volume darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga
pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum
besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik
secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam
penampungan yang cocok untuk autotranfusi bersamaan dengan pemberian
infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
b. Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks
tersebut dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura.
Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks
sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut
akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai
dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah / cairan
juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase
yang menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk
mempertahankan tekanan negatif intrapleural / cavum pleura. Apabila
dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak berhenti, maka
dipertimbangkan untuk Thorakotomi.
c. Pemberian terapi Oksigen 2-4 Liter/menit, lamanya disesuaikan dengan
perubahan klinis. Lebih baik lagi jika dimonitor dengan analisa BGA.
Usahakan sampai gas darah penderita kembali normal.
d. Transfusi darah: dilihat dari penurunan kadar Hb. Sebagai patokan, dapat
dipakat perhitungan sebagai berikut: setiap 250 cc darah (dari penderita
dengan Hb 15 gr %)dapat menaikan ¾ g % Hb.
e. Pemberian antibiotika: dilakukan apabila ada infeksi sekunder. · Apabila
terjadi penebalan pleura, pertimbangkan pemberian dekortikasi.

Anda mungkin juga menyukai