PENYUSUN:
PEMBIMBING:
dr. Arimaswati, M.Sc
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lingkungan sekitar kita, misalnya bunyi dari televisi dan radio, peralatan
rumah, dan lalu lintas. Secara normal, kita mendengar bunyi selama ini pada
ketika kita dihadapkan pada bahaya kebisingan dengan suara yang nyaring
atau keras untuk jangka waktu tertentu maka hal itu dapat merusak sensitivitas
pada labirin kita, akibat dari hilangnya pendengaran akibat bising (Noise
mengelola bahan baku/ material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang
(Mutiasari, 2017).
menghasilkan polusi suara atau timbulnya bising di tempat kerja. Suara bising
atau polusi suara, sebagai salah satu efek dari sektor industri dapat
2
bekerja atau berada di lingkungan industri. Perkembangan industri di berbagai
bidang seyogyanya tidak lepas dari adanya faktor bahaya dan timbulnya risiko
akibat kerja, salah satu bahaya yang umum dan sering ditemui di berbagai
potensi bahaya fisik, potensi bahaya kimia, potensi bahaya biologis, potensi
bahaya fisiologis, potensi bahaya Psiko-sosial, dan. potensi bahaya dari proses
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas
penerangan kurang memadai, getaran, radiasi gelombang mikro dan sinar ultra
ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses
produksi atau produk samping yang tidak diinginkan (Mahmudin, 2016; ILO,
2017)
3
Induced Hearing Loss/ NIHL) adalah penyakit yang bersifat ireversibel, yang
dkk, 2018)
salah satu penyakit akibat kerja. Lingkungan kerja yang bising merupakan
salah satu dampak dari sektor industri yang menjadi penyebab tersering
hearing loss pada orang dewasa disebabkan lingkungan kerja yang bising.
(Mayasari, 2017).
kerja di berbagai negara. Sedikitnya 7 juta orang (35% dari total populasi
yang terjadi dalam industri menempati urutan pertama dalam daftar penyakit
akibat kerja di Amerika dan Eropa. Di Amerika lebih dari 5,1 juta pekerja
terpajan bising dengan intensitas lebih dari 85 dB. Barrs melaporkan pada 246
orang tenaga kerja yang memeriksakan telinga untuk keperluan ganti rugi
asuransi, ditemukan 85% menderita tuli saraf, dan dari jumlah tersebut 37%
(Marisdayana, 2016).
4
termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu sekitar 36 juta orang atau
risiko, namun beberapa alasan masih sangat sulit untuk diterapkan (Rimantho,
2014).
5
Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang
belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius
dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya ganti rugi. Oleh karena
(Mayasari,2017).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
merubah bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien
dan diteruskan ke otak untuk disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ
1. Telinga luar
panjang sekitar 2,5 cm. Gendang telinga atau membran timpani, memiliki
7
2. Telinga Tengah
dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan
membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
frekuensi yang sama dengan gelombang suara aslinya. Suara yang masuk
8
bersifat “per” sedangkan pada frekuensi 4.000 Hz membran timpani akan
menegang.
3. Telinga Dalam
rongga TD yang dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi
yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi
oleh labirin tulang ,di antara labirin tulang dan membran terisi cairan
TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus atau indera
B. Fisiologi Pendengaran
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
9
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang
bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen
kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan
terdorongnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan
fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion
sehingga kemana saja arah kepala, asal gerakan itu membentuk putaran, maka
10
gerakan itu akan tertangkap oleh salah satu, dua atau ketiga kanalis
yang mempunyai peran dominan oleh karena manusia banyak bergerak secara
C. Definisi
permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus
yang dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang
nada murni dengan berbagai frekwensi. Secara umum bising adalah bunyi
11
ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari. Bising yang intensitasnya 85
corti pada telinga dalam. (Rambe, 2015; Mayasari, 2017; ILO, 2017).
akibat terpapar bising di suatu lingkungan kerja dalam jangka waktu yang
lama dan terus menerus. NIHL merupakan jenis tuli sensorineural dan
seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang
waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat
2015).
D. Patofisiologi
perubahan ringan pada sillia dan hensen’s body, sedangkan stimulasi dengan
kerusakan pada struktur sel rambut lain seperti mitokondria, granula lisosom,
12
Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku
intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti
hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal.
Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan
parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-
sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel
rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di
dB dan sering bertahan selama < 0,2 detik. Trauma akustik menyebabkan
E. Klasifikasi
13
ketulian akibat pajanan bising atau tuli mendadak akibat ledakan hebat,
akustik yang kuat dan tiba-tiba. Seseorang yang pertama kali terpapar
suara bising akan mengalami berbagai gejala, gejala awal adalah ambang
audiometri tampak sebagai “notch“ yang curam pada frekuensi 4000 Hz,
yang disebut juga acoustic notch. Gangguan yang dialami bisa terjadi pada
(Salawati, 2013).
akibat pemaparan bising yang lebih lama dan atau intensitasnya lebih
besar. Jenis tuli ini bersifat permanen. Faktor-faktor yang merubah NITTS
terjadi pada frekuensi bunyi 4000 Hz. Pekerja yang mengalami NIPTS
frekuensi yang lebih rendah (2000 Hz dan 3000 Hz) keluhan akan timbul.
14
Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk mengadakan
frekuensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar
1. Adaptasi
merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada
mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz, tetapi bila pemeparan berlangsung
15
lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan menyebar
terutama terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak
tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan baru setelah 10-15 tahun
kerja sudah diatur dalam keputusan menteri tenaga kerja RI no. KEP-
16
2. Frekuensi Bising
adalah bunyi dengan frekuensi 3000 Hz sampai dengan 8000 Hz, gejala
timbul pertama kali pada frekuensi 4000 Hz. Hearing loss biasanya tidak
disadari pada percakapan dengan frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan
(Salawati, 2013).
17
2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan).
3. Impulse noise (bising impuls). Bising yang terjadi akibat adanya bunyi
dll
Hearing loss sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, dengan
rasio 9,5 : Usia rata-rata berkisar pada usia produktif yaitu antara usia 20-
H. Gambaran Klinis
membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi
menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced
1. Bersifat sensorineural
18
3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )
dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi
4000 Hz.
6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000
sensoneural
Kerja
tempat kerja, salah satunya bisa dilihat dari parameter kebisingan. Parameter
dasar meliputi frekuensi yang dinyatakan dalam Hertz yaitu siklus per detik,
tenaga bunyi yang dinyatakan dalam watt yaitu energi pancaran bunyi total,
19
dan tekanan bunyi yang dinyatakan dalam mikropaskal (uPa) yakni intensitas
1. Parameter dasar
a. Tenaga bunyi dinyatakan dalam watt yakni energi pancaran bunyi total
2. Paremeter turunan
bunyi dengan tingkat tekanan bunyi dapat dilihat dalam skala desibel
b. Tingkat bunyi. Adapun pada hal ini sama dengan desibel yang mana
J. Diagnosis
bising dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun.
20
Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan (Rambe,
2015).
oleh bising dan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus
21
5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja.
penyakit sebelumnya.
K. Penatalaksanaan
dari pencegahan hingga tahap rehabilitatif. Bagi pekerja yang belum atau
22
menjadi semakin pendek. Hal ini sudah ditetapkan dalam
penyerap suara.
protector seperti :
23
Gambar 2. Earfluq, earmuff dan helmet
dan tanda pada daerah bising adalah salah satu usaha yang dapat
24
2. Pemeriksaan pendengaran para pekerja dengan audiometri nada murni,
diperiksa pendengarannya.
pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Jika dengan hearing aid
L. Pengendalian kebisingan
25
1. Eliminasi adalah langkah pertama yang harus dipertimbangkan ketika
perkakas, dan proses yang dapat menimbulkan kebisingan dengan alat atau
yang terlibat dalam pekerjaan atau orang lain berada dekat sumber suara.
operator atau orang lain untuk posisi jauh dari sumber kebisingan.
atau earmuff.
M. Prognosis
menetap dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan, maka
prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu pencegahan sangat penting (Salawati,
2013).
26
BAB III
KESIMPULAN
Bising dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat
pendengaran dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu trauma akustik, perubahan ambang
pekerjaan dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus. Hearing loss dapat
sangat mempengaruhi pekerjaan dan kualitas hidup pekerja. Pengaruh bising tidak
hanya pada fungsi pendengaran namun dapat juga mengganggu psikis pekerja.
pencegahan hingga tahap rehabilitatif. Bagi pekerja yang belum atau sudah
terpajan bising diberikan perlindungan menurut tata cara medis. Prognosis kurang
baik pada tuli seonsorineural koklea oleh karena sifatnya menetap, dan tidak dapat
27
DAFTAR PUSTAKA
Marisdayana, R., dkk. 2016. Hubungan Intensitas Paparan Bising Dan Masa Kerja
Dengan Gangguan Pendengaran Pada Karyawan PT. X. JKLI Volume
15(1): 22-27
28
Rimantho, D., Cahyadi, B. 2014. Analisis Kebisingan terhadap Karyawan di
Lingkungan Kerja Pada Beberapa Jenis Perusahaan.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta : EGC
Sumardiyono, dkk. 2018. Pengaruh Bising dan Masa Kerja terhadap Nilai
Ambang Pendengaran Pekerja Industri Tekstil. Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health Vol 2(2): 122-131
29