Anda di halaman 1dari 18

HANGING

ASFIKSIA GANTUNG DIRI ( HANGING )


BAB I PENDAHULUAN
Penyebab kematian pada kasus gantung diri sering oleh karena penekanan pada pembuluh darah leher sehingga menyebabkan kurangnya darah yang membawa oksigen ke otak. Karena asfiksia merupakan proses, maka secara menyeluruh dalam tubuh biasanya akan didapati tandatanda umum yang hampir sama untuk semua kasus / penyebabnya. Asfiksia adalah istilah yang sering digunakan untuk menyatakan berhentinya respirasi yang efektif (cessation of effective respiration) atau ketiadaan kembang kempis (absence of pulsation) yang digunakan juga pada semua kasus gantung diri. Berdasarkan definisinya Asfiksia adalah berkurangnya saturasi oksigen dalam darah dan jaringan sehingga menyebabkan kematian. Definisi yang lain mengatakan asfiksia adalah kegagalan masuknya udara kedalam alveoli paru atau sebab- sebab lain yang mengakibatkan persediaan oksigen dalam jaringan atau darah atau keduanya berkurang sampai suatu tingkat tertentu dimana kehidupan tidak mungkin berlanjut. Berdasarkan etiologinya asfiksia dapat dibagi menjadi :
1. Asfiksia mekanik

Asfiksia yang disebabkan karena kekurangan oksigen oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik) pada jalan nafas, baik dari luar maupun dari dalam saluran pernafasan. Seperti : pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan,penyumbatan, drowning. 2. Asfiksia non mekanik Asfiksia yang disebabkan tidak ada atau tidak cukup O2 yang masuk untuk kebutuhan
17

hidup.Misalnya : bernafas dalam ruangan tertutup (ruangan tampa ventilasi), korban yang jatuh ke sumur yang sangat dalam.

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING BERDASARKAN PATOFISIOLOGINYA ASFIKSIA DIBAGI MENJADI : 1. Asfiksia Mekanik, terdiri atas ; Anoksik anoksia, pada tipe ini oksigen tidak dapat masuk ke dalam paru- paru karena :
a. Tidak ada atau tidak cukup O2 (non traumatik) dan di kenal sebagai asfiksia murni. b. Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas (traumatik). 2. Asfiksia Non mekanik yaitu asfiksia yang disebabkan oleh penyakit atau keracunan,

terdiri dari :

Anoksia anemik yaitu keadaan anoksia dimana darah tidak dapat menyerap oksigen atau diibaratkan dengan sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik, seperti pada keracunan karbon monoksida (CO), dengan diikatnya Hb menjadi COHb mengakibatkan Hb menjadi inaktif sehingga darah berkurang kemampuannya untuk mengangkut oksigen.

Anoksia hambatan ( stagnant anoxia ) Keadaan anoksia yang disebabkan karena darah tidak mampu membawa oksigen kejaringan. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi tetapi sirkulasi darah tidak lancar, seperti gagal jantung, syok.

Anoksia jaringan ( histotoxic anoxia ) Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif.

ANOKSIA JARINGAN (HISTOTOKSIK ANOKSIA) DI BEDAKAN ATAS: Ekstra seluler Anoksia yang terjadi karena gangguan diluar sel, misalnya pada keracunan sianida. Sianida yang telah diabsorbsi, masuk kedalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk sianmethemoglobin. Didalam tubuh sianida akan menginaktifkan enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal terutama
17

sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa oleh darah, selain itu sianida juga merangsang pernafasan dengan bekerja pada ujung saraf sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga pernafasan bertambah cepat
SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING dan menyebabkan gas racun yang diinhalasi makin banyak, menyebabkan oksi- Hb tidak dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan. Intraseluler Disini oksigen tidak dapat memasuki sel- sel tubuh karena penurunan permeabilitas membrane sel, misalnya pada keracunan zat anastetik yang larut dalam lemak seperti kloroform, eter dan sebagainya. Metabolik Dalam keadaan ini hasil akhir (end product), dari pernafasan seluler tidak dapat di eliminer, sehingga metabolisme berikutnya tidak dapat berlangsung; misalnya pada keadaan uremia. Substrat Dalam hal ini makanan tidak mencukupi untuk metabolisme yang efisien, misalnya pada keadaan yang hipoglikemi.

GEJALA-GEJALA KLINIK ASFIKSIA Jika tubuh kekurangan oksigen maka gejala klinik yang akan terjadi bergantung pada tingkat kekurangan zat tersebut, gejala klinik tersebut adalah :
1. Fase dispnoe

Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitude dan frekuensi pernafasan akan meningkat. Nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.
2. Fase konvulsi

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi ( kejang ), yang mula - mula berupa kejang klonik tetap kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul episode opistotonik. Pupil
17

mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.
3. Fase apnoe SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING Depresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibatnya
4. Fase akhir

relaksasi otot sfingter dapat terjadi dengan

pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja. Terjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernafasan berhenti.

17

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

BAB II PEMBAHASAN
DEFINISI Suatu proses dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruhnya atau sebagian. Dengan demikian berarti alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher. Hanging sering disebabkan oleh karena penekanan pada pembuluh darah leher sehingga menyebabkan kurangnya darah yang membawa oksigen ke otak. Tekanan pada saluran pernafasan dapat juga terjadi pada trachea, sedangkan jeratan yang terletak diatas laring menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga anak lidah menutup saluran pernafasan. Hampir semua kasus (hanging) sering di gunakan sebagai bunuh diri dibanding memakan racun dan terjun dari tempat yang tinggi. Dan pada kebanyakan kasus jenis simpul yang di gunakan simpul hidup. Kasus hanging hampir sama dengan penjeratan perbedaannya terdapat pada asal tenaga
17

yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada kasus gantung tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak perlu seluruh berat badan digunakan.

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

POSISI GANTUNG DIRI Posisi korban pada kasus gantung diri bisa bermacam macam, kemungkinan tersering :
1. Complete hanging (high hanging) yaitu Tubuh tergantung di atas permukaan atau dasar,

kedua kaki tidak menyentuh permukaan atau dasar.

2. Partial hanging (low hanging) yaitu Bagian dari tubuh masih menyentuh permukaan atau

dasar. Misalnya pada korban yang tergantung dengan posisi duduk, melutut atau setengah tertidur.

BERAT BEBAN YANG DAPAT MENYEBABKAN PENEKANAN PADA LEHER :


17

2,5 3,5 kg menyebabkan obstruksi vena jugularis 5 -7 kg menyebabkan obstruksi arteri karotis 15 kg menyebabkan fraktur trakhea

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING 16,5- 30 kg menyebabkan obstruksi arteri vertebralis

C.J Polson pernah melakukan penelitian pada korban gantung diri bahwa tekanan kira-kira 35 kg dapat menyebabkan obstruksi vena jugularis dan arteri carotis dan tekanan kira- kira 16,530 kg dapat menyebabkan obstruksi arteri vertebralis sedang obstruksi pada trakea dapat terjadi dengan tekanan kira- kira 15 kg. GEJALA DAN TANDA a. Kehilangan tenaga dan perasaan subyektif b. Perasaan melihat kilatan cahaya c. Kehilangan kesadaran, bisa disertai dengan kejang-kejang
d. Keadaan tersebut disertai dengan berhentinya fungsi jantung dan pernafasan

BERDASARKAN LETAK SIMPUL DIKELOMPOKKAN ATAS :

Typical hanging Bila letak simpul tepat pada bagian belakang tengah leher (setentang pada garis tengah tubuh) atau di bawah protuberantia ocipitalis.

Atypical hanging, letak simpul bisa di mana saja selain typical. Letak simpul yang berada di samping leher dapat menyebabkan leher sangat miring atau fleksi lateral, sehingga segera tidak sadarkan diri. mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis. Bila yang terhambat pembuluh darah arteri, maka dapat menyebabkan korban

17
Typical Atypical

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING LETAK JEJAS PADA LEHER Dari 80 % Hanging letak jejas ditemukan diatas kartilago tiroid, 15 % pada kartilago tiroid, 5 % di bawah kartilago tiroid. PENYEBAB KEMATIAN 1. Asfiksia : Oleh karena tekanan pada pangkal lidah kearah dinding belakang paring dan pada lipatan epiglotis sehingga menyebabkan sumbatan pada saluran nafas. 2. Pembendungan pada vena Oleh karena terjadi tekanan pada pembuluh darah vena sehingga menyebabkan terjadinya perbendungan atau kongesti sampai menyebabkan perdarahan atau ptekie yang bisa dijumpai pada konjungtiva bulbi, okuli dan di otak serta pada permukaan kulit. 3. Iskemik serebral Oleh karena tekanan yang lebih besar sehingga menyebabkan pembuluh darah arteri tertutup, sehingga menyebabkan otak tidak mendapatkan suplai oksigen dan zat makanan yang dibutuhkan. 4. Inhibisi vagal refleks Inhibisi vagal pada umumnya merupakan penyebab kematian segera (immediate death), hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada karotid bodi menyebabkan terangsangnya parasimpatis sehingga terjadinya fibrilasi jantung dan menyebabkan jantung berhenti berdenyut. 5. Fraktur dan dislokasi vertebra servikalis Biasanya di jumpai pada kasus judicial hanging (hukum gantung), dimana korban dijatuhkan secara mendadak dari ketinggian 2 meter, sehingga dapat terjadi dislokasi atau fraktur dari vertebra C2-C3. Hal ini menyebabkan Medulla spinalis bagian atas akan tertarik / teregang atau terputar dan menyebabkan hilangnya kesadaran.

17

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

GAMBARAN POSTMORTEM PADA GANTUNG DIRI Pemeriksaan luar :

Dapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung- ujung jari tangan dan kaki hal ini tergantung dari cepat lambatnya kematian, pada kasus judicial hanging dimana kematian terjadi dengan sangat cepat sianosis tidak dapat dijumpai. Pada kematian yang lambat disebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen sel darah merah, sehingga Hb tereduksi (Hb yang telah melepaskan O2 pada tingkat jaringan) berkurang hal inilah yang menyebabkan warna biru pada kulit. Jumlah Hb yang turun yang dapat menimbulkan sianosis bila lebih besar dari 5 gr / 100 ml darah.

Wajah tampak edema, bila korban menggunakan alat jerat yang besar dan keras sehingga terjadi hambatan total pada pembuluh darah arteri. Bila bahan jerat yang digunakan lunak dan lebar maka hambatan hanya terjadi pada saluran pernafasan dan pada pembuluh darah vena, sehingga wajah akan tampak sembab.

17

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

Konjungtiva bulbi, palpebra dan kulit wajah dapat dijumpai bintik- bintik perdarahan (ptekie) disebabkan karena hipoksia yang dapat merusak endotel kapiler yang terdiri dari selapis sel, dimana kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar.

Dapat dijumpai tetesan saliva dipinggir salah satu sudut mulut yaitu pada bagian yang berlawanan dari letak simpul. Hal ini terjadi karena glandula saliva masih dapat bekerja pada kematian somatik sehingga pada saat terjadinya penekanan menyebabkan glandula saliva meningkatkan sekresinya.

17

Pada korban gantung diri bisa ditemukan lidah terjulur bisa juga tidak terjulur. Lidah terjulur apabila letak jeratan berada pada kartilago tiroidea. Lidah tidak terjulur apabila letak jeratan berada diatas kartilago tiroidea.

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

Bentuk jejas pada leher korban gantung diri berbentuk V, ujung jejas tidak bertemu, jejas jerat relative terletak dibagian atas leher yaitu diatas kartilago tiroidea, pada perabaan kasar seperti kertas perkamen, berwarna coklat, pada pinggir jejas bagian atas jeratan di jumpai ekimosis.

Distribusi lebam mayat pada kasus gantung diri, mengarah ke bawah mengikuti gaya grafitasi yaitu pada tangan, kaki bila korban tergantung cukup lama. Bila segera diturunkan lebam mayat bisa didapati dibagian depan atau belakang tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan.

Penis dapat tampak seolah mengalami ereksi akibat terjadinya perbendungan, dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urine dan tinja hal ini terjadi pada fase apnoe .

17

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

Pemeriksaan Dalam :

Pada pembukaan kulit kepala dijumpai pembuluh darah otak melebar, hal ini disebabkan terjadinya bendungan pada pembuluh darah akibat konstriksi dari leher, sehingga perfusi darah balik pada leher dan kepala kurang mengandung oxihemoglobin.

Pada leher, jaringan otot setentang jeratan didapati hematom, jaringan subkutan di bawah bekas jeratan tampak putih, kering, keras dan mengkilap.

Dapat dijumpai fraktur tulang hyoid (patah tulang lidah), adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur tulang hyoid antara lain jenis dari hanging apakah tergantung total (complete/ high hanging) atau setengah tergantung ( partial/ low hanging), beban tubuh (beban tubuh korban sebasar 15 kg sudah dapat menyebabkan fraktur), letak jeratan yaitu bila jeratan berada pada kartilago tiroidea sehingga

17

menyebabkan tekanan atau kompresi langsung pada tulang lidah.

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

Dapat di jumpai robekan melintang berupa garis berwarna merah (red line) pada tunika intima dari arteri karotis interna. Dapat dijumpai fraktur, dislokasi vertebra C2-3 atau C3-4 hal ini dijumpai pada kasus JUDICIAL HANGING atau pada korban yang jatuh dari tempat tinggi sekitar 2-2,5 meter.

Terdapat busa halus pada saluran pernafasan, yang terjadi akibat peningkatan aktivitas pernafasan karena tubuh kekurangan oksigen, menyebabkan mucus pada saluran pernafasan terkocok sehingga menimbulkan busa yang kadang bercampur darah akibat pecahnya pembuluh darah kapiler pada leher.

17

Terjadinya perbendungan sirkulasi pada organ dalam tubuh seperti jantung, paruparu dan otak sehingga darah berwarna lebih gelap dan lebih encer yang disebabkan peningkatan kadar CO2 dan aktifitas fibrinolisin.

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

Perbedaan hanging Antemortem - Postmortem

No
1

ANTEMORTEM

POSTMORTEM

Tanda jejas berupa lingkaran terputus (non-kontiniu) & letaknya pd leher bag atas. Simpul tali biasanya tunggal,terdapat pd sisi leher.

Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh (kontiniu). Simpul tali biasanya lebih dari

satu,diikatkan dengan kuat dan diletakkan pd bag depan leher. Ekimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak ada/tidak jelas.

Ekimosis tampak jelas pd salah satu sisi dari jejas penjeratan.

Lebam mayat tampak diatas jejas Lebam mayat terdapat pada bagian tubuh jerat dan pd tungkai bawah. yang menggantung sesuai dengan posisi mayat setelah meninggal. Parchmentisasi (-). Sianosis tergantung dari penyebab kematian. Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak ada.

Parchmentisasi (+). Sianosis sangat jelas terlihat terutama jika kematian karena asfiksia. Wajah membengkak dan mata mengalami kongesti dan agak menonjol.

Lidah bisa terjulur atau tidak sama Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus sekali. kematian akibat pencekikan. Ereksi penis (+), feses (-)

17

Ereksi penis (+), feses (+)

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING
10

Air liur ditemukan menetes dari Air liur tidak ditemukan yang menetes sudut mulut, dengan arah yang pada kasus selain kasus penggantungan. vertikal menuju dada..

Aspek Medikolegal ;
1. Suicide ( Bunuh Diri ) Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang direncanakan merusak diri sendiri yang berhasil. Sedangkan (parasuicide) adalah perbuatan merusak diri sendiri yang dilakukan dengan keinginan destruktif, tetapi tidak nyata atau ragu ragu ( sering disebut sebagai sikap bunuh diri ). Penyebab parasuicide dan suicide yang sering dijumpai adalah :

Korban biasanya menderita penyakit depresi Gangguan kepribadian atau ketergantungan obat Korban menderita penyakit fisik yang tidak ada harapan untuk sembuh Faktor sosial ekonomi Kehilangan pekerjaan Menderita konflik pribadi akut

2. Homicide ( Pembunuhan ) Pembunuhan dengan cara menggantung korbannya relatif jarang dijumpai, cara ini baru dapat dilakukan bila korbannya dibuat tidak berdaya lebih dahulu. Pada kasus pembunuhan dengan cara menggantungkan korbannnya biasanya korban yang sering di jumpai adalah anak anak atau orang dewasa yang kondisinya lemah, baik lemah oleh karena menderita penyakit, dibawah pengaruh obat bius, alkohol atau korban yang sedang tidur.
3. Accident ( Kecelakaan ) 17

Terjadi pada kasus deviasi seksual atau yang lebih dikenal dengan auto- aerotic hanging yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk mendapatkan kepuasan, yang karena terlambat mengendurkan tali atau sukar melepaskan diri.

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING Biasanya kematian terjadi karena ikatannya terlalu keras atau hentakannya terlalu keras hingga leher terjerat, korban biasanya lelaki dan ditemukan tanda penyimpangan seksual lain seperti di jumpainya gambar porno di tempat kejadian perkara.

Contoh lain pada penerjun yang tersangkut dipohon, sedangkan tali parasut melingkar dileher.

17

BAB III
SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

PENUTUP
Gantung diri ( hanging) adalah suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruhnya atau sebagian. Pada kasus gantung diri tidak harus seluruh tubuh tergantung diatas dasar atau permukaan, tekanan sebesar 2,5 3,5 kg saja sudah dapat menyebabkan terbendung nya vena jugularis sehingga O2 tidak dapat masuk kedalam sirkulasi darah sehingga dapat menyebabkan kematian, biasanya pada korban dengan posisi setengah tergantung (partial hanging). Dari 80 % hanging letak jejas ditemukan diatas kartilago tiroid, 15 % pada kartilago tiroid, 5 % di bawah kartilago tiroid. Pada kasus gantung diri perlu dilakukan penyelidikan yang teliti mengenai sebab terjadinya gantung diri, apakah karena homicide, suicide atau accidental. Dengan mengetahui sebab kematian tersebut kita dapat mengetahui apakah korban benar- benar sudah mati atau belum pada saat tergantung.

17

DAFTAR PUSTAKA
SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

HANGING

1. Amri A, Ilmu Kedokteran Forensik Edisi kelima, Ramadhan, Medan, 2006, hal 120-

141.
2. Budianto A dkk, Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Cetakan kedua. FKUI.

1997. Hal 61- 63.


3. Diksit PC, Textbooks of Forensic Medicine and Toxicology.

4. Knight B. Forensic pathology, Second Edition,Oxford University press, Inc, new York 1996. Hal 379- 384.
5. Franklin C.A. Modis Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology. 21th. N.M.

Tripathi Private Limited. Bombay. 1988: 190- 195.


6. Dimaio J.V, Diamio D, Forensic Pathology Second Edition, CRC Press, New York,

Washington DC, 2001, hal 258-261.


7. Chadha V.P, Ilmu Forensik dan Toksikologi Edisi kelima, Widya medika, Jakarta,

1995, hal 105-123.

17

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman RSUPM

Anda mungkin juga menyukai