Anda di halaman 1dari 32

VISUM ET REPERTUM

Disusun oleh :
1. Alvia Nur Fiqih (18360188)
2. Dian Nisa Herawati (18360192)
3. Islamiah Nur Insani (18360260)
4. Karina Setiawan (18360208)
5. Ricky Pratama Putra (18360227)
6. Zaqia Hanum (19360041)

Preceptor
dr. Jims Ferdinan Possible, M.Ked For., Sp. F
I. DEFINISI

Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang


dibuat oleh dokter, atas permintaan tertulis (resmi)
penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap
seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun
bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan
interpretasinya di bawah sumpah dan untuk
kepentingan peradilan.
(Afandi, 2017).
Berasarkan waktu permintaan :
- Sewaktu
- Sementara
- Lanjutan

Berdasarkan peristiwa:
 Perlukaan
 Keracunan
 Susila
 Psikiatri
II. Klasifikasi VeR
Berdasarkan teknik/cara
pemeriksaan :
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan autopsi atau bedah
mayat

Berdasarkan kondisi tubuh


Korban hidup
Korban mati
Surat Permintaan VeR dari Penyidik

Surat Permintaan VeR SURAT PERMINTAAN VER


Orang Hidup ORANG MATI
Contoh VeR Orang hidup, VeR Perlukaan, VeR sementara
VISUM KORBAN HIDUP, VISUM SEKETIKA, VISUM
KESUSILAAN, VISUM PEMERIKSAAN LUAR
VISUM KEJIWAAN
III. Dasar Hukum

KUHAP pasal 133

1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang


korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang di duga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dalam ayat 1 di lakukan secara
tertulis yang dalam surat itu di sebutkan dengan jelas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat,
dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau
bagian tubuh lainnya badan mayat.
Lembaran Negara “Staadblads” No 350/1937 pasal 1 dan 2

1. Visa reperta dari dokter-dokter yang di buat atas sumpah jabatan yang
diikrarkan pada waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri
Belanda atau di Indonesia, atau atas sumpah khusus sebagai dimaksud
alam pasal 2, mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana,
sejauh itu mengandung keterngan tentang yang dilihat oleh dokter pada
benda yang diperiksa.
2. Dokter-dokter yang tidak mengikrarkan sumpah jabatan di negri Belanda
maupun di Indonesia, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1, boleh
mengikrarkan sumpah (janji) sebagai berikut: sedangkan bunyi sumpah
dokter yang di maksud dalam pasal 1 diatas, adalah lafal sumpah seperti
pada Staa. blads 1882 No 97, pasal 38 (berlaku hingga 2 juni 1960)
KUHAP PASAL 184 AYAT 1 BUTIR 3 (SURAT)

Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Pasal 184 (1) alat bukti yang sah petunjuk
adalah: keterangan
terdakwa
KUHAP PASAL 187 BUTIR C (SURAT)

Pasal 187 (C)

surat keterangan dari seorang ahli


yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal
atau sesuatu keadaan yang di minta
secara resmi dari padanya.
INSTRUKSI KAPOLRI NO : INS/E/20/IX/75 TENTANG
TATA CARA PERMOHONAN/PENCABUTAN VISUM ET
REPERTUM
1. Mengadakan peningkatan penertiban permintaan/pencabutan Visum Et
Repertum kepada Dokter/ahli kedokteran kehakiman.
2. Dalam pengiriman seorang luka atau mayat ke Rumah Sakit untuk
diperiksa, yang berarti pula meminta VeR, maka jangan dilupakan bersama-
sama korban atau mayat tadi mengajukan sekali permintaan tertulis untuk
mendapatkan VeR.
3. Dalam hal seorang yang menderita luka tadi akhirnya meninggal dunia,
maka harus segera mengajukan surat susulan untuk meminta VeR. Dengan
VeR atas mayat, berarti mayat harus dibedah. Sama sekali tidak dibenarkan
mengajukan permintaan VeR atas mayat berdasarkan permintaan luar.
4. Untuk kepentingan di Pengadilan dan mencegah kekeliruan dalam
pengiriman seorang mayat harus selalu diberi label clan segel pada ibu jari
kaki mayat. Pada label itu harus jelas disebut nama, jenis kelamin, umur,
bangsa, suku, agama, asal, tempat tinggal dan tanda tangan petugas POLRI
yang mengumumankannya.
5. Tidak dibenarkan mengajukan permintaan VeR tentang keadaan korban atau
mayat yang telah lampau, yaitu keadaan sebelum permintaan VeR di ajukan
kepada dokter mengingat rahasia jabatan.
6. Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan VeR bedah mayat,
maka adalah kewajiban petugas POLRI cq Pemeriksa untuk secara
persuasif memberikan penjelasan perlu dan pentingnya autopsi, untuk
kepentingan penyidikan, kalua perlu bahkan ditegakkannya pasal 122
KUHP.
7. Pada dasarnya penarikan/ pencabutan kembali VeR tidak dapat dibenarkan.
Bila terpaksa VeR yang sudah diminta harus diadakan
pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya diberikan oleh
Komandan Kesatuan paling rendah tingkat Komres dan untuk kota besar
hanya oleh DAN TABES. Wewenang penarikan/pencabutan kembali VeR
tidak dapat dilimpahkan pada Pejabat/petugas bawahan.
8. Untuk mengadili kesalahpahaman, perlu dokter yang memeriksa mayat
diberikan keterangan lisan tentang kejadian yang berhubungan dengan
matinya 1 korban tersebut. Petugas cq Pemeriksa wajib datang
menyaksikan dan mengikuti jalannya pemeriksaan mayat/autopsi yang
dilakukan oleh Dokter.
9. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada waktu Dokter
melakukan autopsi, pengamanan perlu dilakukan oleh POLRI setempat.
10. Dalam hal orang yang luka atau mayat itu seorang ABRI maka untuk
meminta VeR hendaknya menghubungi Polisi Militer setempat Kesatuan si
korban Intruksi ini berlaku sejak tanggal dilakukan dan supaya
dilaksanakan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.
IV. BAGIAN-BAGIAN VER

Projustitia

 Kata ini harus


dicantumkan di
 Kata ini menjelaskan sudut kiri atas.
bahwa VeR khusus di
buat untuk tujuan  VeR tidak membutuhkan
peradilan. matrai untuk dapat di jadikan
sebagai alat bukti di depan
sidang pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum
Pendahuluan

• Identitas Pemohon VeR


• Identitas Dokter yang memeriksa /
membuat VeR
• Identitas Korban
 Tanda klinis : vital sign, deskripsi
luka pada VeR korban hidup,
tanda-tanda kematian pada Ver
korban mati
 Hal-hal berhubungan tanda klinis
contoh anemia, sianosis,
Pemberitaan pendarahan, afiksia.
 Benda-benda identitas identifikasi
contoh sepatu, baju, jam tangan.
 Hasil pemeriksaan tambahan yang
bermakna (pemeriksaan
Laboratorium, pemeriksaan
toksikologi, dll)
o Berisi hasil analisa dari temuan pada
kolom beritaan yang disesuaikan
berdasarkan kondisi korban pristiwa
kejadian dan cara pemeriksaan.
o Pernyataan ditulis secara tertulis tidak
Kesimpulan dapat berdasarkan potensi dokter dengan
bahasa yang mudah di pahami.
o Pemeriksaan atas hasil pemeriksaan
dengan berdasarkan keilmuan atau ke
ahliannya. Pada korban hidup berisi
setidaknya jenis perlukaan atau cedera,
penyebab, serta derajat luka.
PENUTUP

 Merupakan uraian kalimat atau uraian yang berisi yang


menyatakan bahwa VeR dibuat dengan sebenarnya,
berdasarkan keilmuan serta mengingat sumpah dan
sesuai dengan KUHAP
V. HAL-HAL YANG TERKAIT VER

1. Tata cara permintaan VeR


2. Deskripsi Luka
3.Tata cara penulisan VeR
TATA CARA PERMINTAAN VeR

Permintaan VeR Pada korban mati, Mayat


harus di serahkan diperlakukan dengan baik dan
Secara sendiri oleh polisi diberi label yang memuat
tertulis bersama-sama identitas yang di lekatkan
korban atau kebagian tubuh mayat tersebut
tersangka kepada dan di saksikan oleh polisi
dokter
DESKRIPSI LUKA

Deskripsi luka harus seobjektif mungkin di


kolom beritaan, meliputi:

• Jumlah Luka • Karakteristik luka


• Jenis Luka (jembatan jaringan, kelim
• Lokasi Luka, tembakan, tepi dan
• Bentuk luka tebing luka,dan lain lain)
• Warna Luka • Hal hal lain yang perlu
• Ukuran luka ditambahkan Seperti
• Ordinat luka butiran pasir, tanah, jarak
tembakan, dan lain lain
Dasar Hukum Kualifikasi Luka
PADA KESIMPULAN VER PADA KORBAN HIDUP YAITU PADA
VER LANJUTAN, HARUS DILENGKAPI DEGAN KUALIFIKASI
LUKA.
KUALIFIKASI LUKA INI AKAN MEMUDAHKAN HAKIM
UNTUK MENJATUHKAN PIDANA.

KUHP pasal 351 KUHP pasal 351


KUHP pasal 352 ayat 1 ayat 2
• Penganiayaan • Penganiayaan
yang tidak • Penganiayaan yang
menimbulkan yang menimbulkan
penyakit atau menimbulkan luka berat
halangan untuk penyakit atau
menjalankan halangan untuk
pekerjaan jabatan menjalankan
atau mata pekerjaan jabatan
pencaharian atau mata
(sebagai pencaharian.
penganiayaan
ringan
DERAJAT KUALIFIKASI LUKA

Derajat kualitas luka :


Derajat : Suatu Kualifikasi luka : Tingkatan atau stadium

tingkatan atau kualitas ringan kualitas ringan atau


parahnya luka yang
stadium atau parah nya menimbulkan
luka. permasalahan dalam
kehidupan sehari hari
DERAJAT KUALIFIKASI LUKA

Derajat I / Derajat II Derajat III / Luka


Luka Ringan /Luka Sedang Berat

 Luka tidak dapat sembuh,


 Luka tidak  Luka menyebabkan luka yang menimbulkan
menyebabka penyakit atau bahaya maut
n penyakit menghalangi pekerjaan  Korban tidak mampu
pada korban korban untuk sementara menjalankan pekerjaan
 Luka tidak waktuLuka terus-menerus
menggangu mengganggu pekerjaan  Kehilangan salah satu panca
pekerjaan korban dalam beberapa indra ,cacat berat , lumpuh
korban waktu  Tergangggunya daya pikir
 Gugurnya kandungan
PENGERTIAN LUKA BERAT
DIARTIKAN PASAL 90 KUHP, YAITU:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan
bahaya maut

Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas


jabatan atau pekerjaan pencaharian

Kehilangan salah satu panca indera

Mendapat cacat berat

Menderita sakit lumpuh

Terganggunya daya pikir selama ≥4 minggu

Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan


TATACARA PENULISAN VER

Diketik di atas kertas dengan kepala surat sesuai instansi pemeriksa

Diberi nomor sesuai dengan tatacara penomoran di instansi


pemeriksa

Diberi tanggal sesuai pembuatan visum

Diketik satu spasi, rata kiri dan kanan

Huruf yang digunakan adalah huruf yang resmi, ukuran normal


(menggunakan times new roman 12pt)
Lanjutan

Angka ditulis dengan huruf dan apabila kalimat yang dibuat


tidak sampai pada ujung batas baris, maka dibuat garis
penutup

Apabila lebih dari satu halaman maka dilakukan hal tersebut :

Mencantumkan tiga Mencantumkan


kata dari kata Setiap lembar nomor halaman
pertama pada diberi nomor visum dan jumlah total
halaman (umumnya pada sisi halaman (umumnya
berikutnya di kanan atas) pada sisi kanan
bagian bawah atas, dibawah
kanan. nomor visum)
KESIMPULAN

Visum Et Repertum merupakan bagian dari


pembuktian, bahan penuntutan serta
pertimbangan dari seorang hakim untuk
memutus perkara dalam sebuah persidangan.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, 2017. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan
Derajat Luka. Bagian Ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Maj Kedokt
Indon, Volum: 60, Nomor: 4.
Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Winardi, T., Mun’im, A., Sidhi, dkk.
1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hoediyanto, H. A. 2012. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Edisi Kedelapan. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Idries AM. 2015. Visum et Repertum. Dalam: Pedoman Ilmu kedokteran forensik edisi I.
Jakarta: Binarupa Aksara, 2015.
Visum et Repertum. 2019. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Tabanan. Dapat
diakses di: iditabanan.org/visum-et-repertum
Safitry, O. 2016. Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka. Cetakan ke tiga.
Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Singh,S. 2008. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta
Khan, S 2010. Deskripsi Luka, Refrat Forensik Halaman 4-14. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Amir, A. 2004. Autopsi Medikolegal. Edisi Kedua. Medan: Percetakan Ramadhan.
Amir, A. 2009. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Medan:
Percetakan Ramadhan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai