Nama : An. FP
Umur : 9 tahun 8 bulan
Tanggal lahir : 31 Oktober 2008
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kampung Durian RT 3 RW 4 Bengkong Sadai
Tanggal masuk : 27 Juli 2018
Jam Kejadian : 13.00 WIB
Jam Masuk : 14.45 WIB
ANAMNESA
Keluhan Utama
Os di bonceng depan oleh kakak menggunakan sepeda motor, kemudian ditabrak mobil kemudian
dada terbentur stag motor dan terlempar ke aspal. Kejadian di daerah bengkong pada pukul 14.30
WIB. Os diantar ke IGD Rumah Sakit Budi Kemuliaan oleh warga yang melintas di daerah tersebut.
Os tidak menggunakan helm saat bersepeda motor. Sadar, pingsan(-), sesak (+),mual (-) muntah (-),
PRIMARY SURVEY
E Kepala :
• Hematom kepala bagian kanan 4 x 3 x 1 cm
• Luka robek dahi kanan 1 x 0,5 x 1 cm
Abdomen :
• Jejas regio hipokondrium kiri 5 x 3 x 0,05 cm
Ektremitas :
• Look : Swelling regio shoulder (S)
Jejas (+)
Deformitas (+)
• Feel : Nyeri Tekan (+)
• Move : ROM terbatas karna nyeri
ADJUST PRIMARY SURVEY
Laboratorium Hematologi Rutin Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (15:37 WIB)
Gol Darah B / +
Radiologi :
1. FAST CITO
2. Rontgen Thorax AP
•Tampak deformitas struktur parenkim segmen 3-5 lobus kanan- kiri hepar
Hepar dengan lesi hiper-hiperechoic yang tampak mencapai hilus. Bentuk dan ukuran
relatif membesar. Parenkim segmen lobus serta sistem bilier dan vasculer baik
•Bentuk dan ukuran baik, dinding tidak menebal, tidak tampak SOL/lesi fokal.
Gallbadder Tidak tampak batu.
•Tampak deformitas dengan diskontinuitas pada capsul, bentuk dan ukuran relatif
Spleen masih baik, echoparenkim homogen tidak tampak SOL/ lesi fokal
Ginjal •Bentuk dan ukuran baik, achocorteks tidak meningkat, diferensiasi korteks dan
medulla baik, system pelviocalyceal tidak tampak melebar, tidak tampak SOL/ lesi
Kanan fokal. Tidak tampak batu.
Ginjal •Bentuk dan ukuran membesar dengan echocorteks serta diferensiasi korteks dan
medulla suram. Sistem pelviocalyceal relatif tidak tampak melebar, tidak tampak
Kiri SOL/ lesi fokal. Tidak tampak batu.
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi USG Abdomen Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:29 WIB)
Vesica •Bentuk dan ukuran baik, dinding tidak menebal, tidak tampak SOL/ lesi fokal,
Urinaria tidak tampak batu.
Uterus •Tampak floating dengan bentuk dan ukuran baik, tidak tampak SOL/ lesi fokal
Adnexa •Tampak floating, ovarium kanan dan kiri baik, tidak tampak SOL/ lesi fokal
Kesan :
• Ruptur hepar grade III
• Contusio pancreas dengan suspect ruptur cauda pancreas
• Ruptur spleen grade I
• Contusio ginjal kiri
• Masif hematoperitoneum
• Ginjal kanan, vesica urinaria, uterus dan kedua ovarium tidak tampak
kelainan
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi Thorax AP Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:35 WIB)
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi Thorax AP Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:35 WIB)
Tampak deformitas dengan diskontinuitas multipel collum humerus sinistra dengan displace segmen
fraktur distal ke craniolateral
Epifiseal plate tampak masih terbuka
Tidak tampak penyempitan celah sendi glenohumeral sinistra maupun elbow joint sinistra
Jaringan lunak sekitar glenohumeral sinistra sampai humerus sinistra swelling dan suram
Kesan :
• Fraktur multiple displace collum humerus sinistra dengan displace segmen fraktur
distal ke craniolateral
• Hematoma jaringan lunak sekitar glenohumeral sinistra sampai humerus sinistra
PROBLEM
CAIRAN OPERATIF
RESUSITASI
2. WT + Hecting situasi
4. IVFD RL 500 ml guyur 1 kolf + IVFD NaCl 0,9% 500 ml guyur 1 kolf + IVFD HES guyur 1 kolf
Tanda Vital TD : -
Nadi : 130 x/menit
Nafas : 40 x/menit
Suhu : 36,5°C
Kepala • Hematom kepala bagian kanan 4 x 3 x 1 cm
• Luka robek dahi kanan 1 x 0,5 x 1 cm
• Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikerik -/-
• Bibir : pucat
Leher JVP 5-2 cmH2O, trakea ditengah
SECONDARY SURVEY
Ekstremitas Look : Swelling regio shoulder (+), jejas (+), deformitas (+)
Feel : Nyeri tekan (+)
Move : ROM terbatas karne nyeri
Follow up
Tanggal S O A P
28 Juli 2018 Sadar (+) KU : Tampak sakit berat Post Laparotomi • Terapi lanjutkan
(Sp.B) Demam (-) GCS : 15 (E4M6V5) ec ruptur hepar • Teh manis sedikit-sedikit
Sesak nafas (-) Kesadaran : CMC grade III + syok (2 sendok)
Haus TD : 127/76 mmHg hipovolemik class • Rawat bersama dr. Sp.OT
Nadi : 118 x/ menit III + fraktur collum • Monitor vital sign
Nafas : 28 x/menit humerus (S) • Lanjut transfusi PRC 1 kolf/
Suhu : 36,3°C hari s/d Hb ≥ 10gr/dl
SpO2 : 99%
Status Lokalis
Humerus : .....................
Thorax : gerakan dada simetris
Abdomen : I :
A : BU
P:
Drain kanan : darah 20cc
Drain kiri : darah 100cc
Urine :
HB : 13,4 gr/dl
Follow up
Tanggal S O A P
28 Juli 2018 Nyeri KU : Tampak sakit berat Fraktur Collum • Terapi lanjut sesuai dr. Sp.B
(Sp.OT) GCS : 15 (E4M6V5) Humerus (S) • Evaluasi ulang bila sudah
Kesadaran : CMC pindah ruangan
TD : 127/76 mmHg
Nadi : 118 x/ menit
Nafas : 28 x/menit
Suhu : 36,3°C
SpO2 : 99%
Follow up
Tanggal S O A P
Status Lokalis
Thorax : ......
Gerakan dada simetris
Abdomen :
I:
A : BU
Follow up
Tanggal S O A P
Status Lokalis
.............
.............
Abdomen : .........
BU
Follow up
Tanggal S O A P
Status Lokalis
........
.........
........
Abdomen : Flat
BU
Follow up
Tanggal S O A P
31 Juli 2018 …................ KU : membaik Fraktur Collum ORIF bila keluarga pasien setuju
(Sp.OT) GCS : 15 E4M6V5 Humerus Sinistra
TD : 100/60 mmHg
Nd : 90 x/menit
Nfs : 22 x/menit
T : 36,1°C
Status Lokalis
... di bahu ? kiri terpasang ?
Follow up
Tanggal S O A P
Preload
PATOFISIOLOGI
PERDARAHAN
a) Evaluasi A-B-C-D-E
c) Kateterisasi Urin
PENATALAKSANAAN
PRINSIP DASAR
PILIHAN CAIRAN
1. Cairan kristaloid
a) NaCl 0,9%
b) Ringer laktat
c) Ringer asetat
2. Cairan koloid
a) Alami : plasma, albumin
b) Buatan : gelatin, starch, dextran
3. MAP > 65 - 95
Asumsi Dasar :
1. Pasien bisa mendapatkan lebih dari 1 injury (jejas)
2. Jejas yang nampak jelas bukan berarti yang paling penting
TRAUMA
motorcycle
TRAUMA
TRAUMA ABDOMEN
BLUNT TRAUMA
PENETRATING TRAUMA
(non- penetrating trauma)
Trauma Kompresi
Trauma Akselerasi/Deselerasi
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN
PENETRATING TRAUMA
PENETRATING TRAUMA
DO NOT REMOVE OBJECT OR EXERT ANY FORCE UPON IT! Extrusion of abdominal contents secondary to penetrating
abdominal trauma
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN
Benturan langsung
• Bila dipakai terlalu tinggi (di atas SIAS) maka hepar, lien, pankreas,
usus halus, diodenum, dan ginjal akan terjepit di antara sabuk
pengaman dan tulang belakang.
• Hiperfleksi vertebra lumbalis akibat sabuk yang terlalu tinggi
mengakibatkan fraktur kompresi anterior dan vertebra lumbal.
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN
• gerakan yang berbeda dari bagian badan yang bergerak dan yang tidak bergerak,
misalnya sering terjadi pada hepar dan lien.
KLASIFIKASI
Solid Intraperitoneal
Berlumen Retroperitoneal
KLASIFIKASI
• Hipotensi - Takikardi
• Fraktur costa VII – IX
• Nyeri kuadran kanan atas
• Defans muscular (+)
• KU baik CT scan abdomen
• KU jelek Laparotomi
KLASIFIKASI
• Hipotensi - Takikardi
• Fraktur costa IX dan X sinistra
• Nyeri abdomen kuadran kiri atas – nyeri bahu kiri
• Penegakan diagnosis CT Scan
• Tataralaksana definitif Splenectomy
KLASIFIKASI
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
CT Scan Abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
• Tujuan :
intra-abdomen
• Indikasi :
pasien yang secara hemodinamik unstable dengan kecurigaan cedera abdomen dan
Dx modality of choice for hemodynamically stable patients with suspected blunt abdominal injury
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan Abdomen
Disadvantages
Grading Trauma
Hepar
Spleen Ginjal
(AAST)
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
Grading Trauma Hepar
American Association for the Surgery of Trauma (AAST)
Grade Tipe Keterangan
Hematoma subkapsular, tidak meluas, < 10% permukaan
I
Laserasi robekan kapsul, tanpa perdarahan, kedalaman pada parenkim < 1 cm
subkapsular, tidak meluas, 10-15% dari permukaan, intraparenkimal,
Hematoma
II diameter < 2 cm
Laserasi robekan kapsular, perdarahan aktif, kedalaman pada parenkim 1-3 cm, panjangnya < 10 cm
subkapsular, > 50% permukaan atau meluas, ruptur subkapsular/ hematom parenkim dengan pe
Hematoma
III rdarahan aktif, hematom intraparenkim > 2 cm
Laserasi kedalaman pada parenkim > 3 cm
Hematoma ruptur hematoma intraparenkim, perdarahan aktif
IV
Laserasi kerusakan parenkim 50-75% lobus hepar
Laserasi kerusakan parenkim > 75% lobus hepar
V trauma vena juxtahepatik, seperti vena retrohepatik atau
Vaskuler
vena-vena hepatik besar
VI Vaskuler avulsi hepar.
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
SPLEEN
SPLEEN
SPLEEN
SPLEEN
GINJAL
AAST Renal Injury Grading Scale (Moore 1989)
GINJAL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Resuscitation
Secondary Survey
Diagnostic Evaluation
Definitive Care
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
PRIMARY SURVEY
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
PRIMARY SURVEY
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
PRIMARY SURVEY
• Paten ?
PRIMARY SURVEY
PRIMARY SURVEY
1. Volume Darah
• Hipotensi hipovolemia
2. Tingkat Kesadaran
• Penurunan kesadaran
Hipovolemia
Intoksikasi
3. Warna Kulit
• Akral pucat dan dingin hipovolemia
4. Nadi
• Cepat & kecil hipovolemia
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
PRIMARY SURVEY
Pasang 2 IV line untuk resusitasi
cairan kristaloid (ringer laktat /
RL) 1-2 liter guyur
Koloid
PRIMARY SURVEY
Pada tahap ini dilakukan penilaian neurologis secara cepat berupa tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,
tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
PRIMARY SURVEY
Pada tahap ini, pakaian pasien dibuka keseluruhan kemudian dinilai kelainan yang tampak secara cepat.
Selanjutnya selimuti pasien agar tidak hipotermi.
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
SECONDARY SURVEY
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
Thorax :
• I : jejas, gerakan dinding dada
• P : krepitasi, fremitus taktil
• P : sonor, hipersonor, redup
• A : suara nafas
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
PROSEDUR DIAGNOSTIK
PROSEDUR DIAGNOSTIK
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
perdarahan intraperitoneum
• Akurasi diagnostik 98-100%
• Sensitivitas 98-100%
• Spesifikasi 90-96%
PROSEDUR DIAGNOSTIK
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Pemeriksaan fisik yang meragukan Mutlak :
indikasi untuk laparotomi eksplorasi sudah jelas
Syok atau hipotensi yang tidak dapat dijelaskan Relatif :
Penurunan kesadaran (cedera kepala tertutup, obat-obatan) riwayat laparotomi eksplorasi sebelumnya, kehamilan,
Penderita dalam narkose umum untuk prosedur ekstra morbid obesity ,sirrhosis yang lanjut ,dan adanya
abdominal koagulopati sebelumnya .
Cedera medula spinalis
PROSEDUR DIAGNOSTIK
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
ALUR PENANGANAN SCR UMUM
Trauma Tumpul Abdomen
Tanda
peritonitis USG :
generalisata cairan
tidak
Hemodinamik stabil ya ada bebas jelas
tidak ya ya tidak
Perubahan
USG : Cairan Bebas ya laparotomi konservatif
kesadaran,
Makroskopis
hematuria,
Tidak jelas DPL tidak ya HCt < 35 %
CT-Scan ya tidak
USG ulang
(30 menit),
HCt ulang
(4 jam),
Observasi
(8 jam)
INDIKASI LAPAROTOMI
Terbuka Tertutup
Complete Incomplete
KLASIFIKASI
Terbuka
KLASIFIKASI
Tertutup
KLASIFIKASI
PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL
Recognize
Anamnesa
• Keluhan pasien dan riwayat trauma (jenis, berat-ringan, arah, posisi pasien, mekanisme injuri
Recognize
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata : Status Lokalis :
• Tanda syok atau sepsis a) Look :
• Jejas, swelling, deformitas
b) Feel
• Nyeri tekan, krepitasi, suhu, pulsasi, sensibilitas
c) Move
• ROM
PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL
Recognize
Pemeriksaan Penunjang
“Rule of Two”
Retention
Reduction
Fraktur Humerus
diskontinuitas tulang , tulang rawan sendi, tulang rawan epifisial baik yang
bersifat total maupun parsial pada tulang humerus
KLASIFIKASI
1. One-part fracture : tidak ada pergeseran fragmen, namun terlihat garis fraktur
2. Two-part fracture :
• anatomic neck
• surgical neck
• Tuberculum mayor
• Tuberculum minor
3. Three-part fracture :
• Surgical neck dengan tuberkulum mayor
• Surgical neck dengan tuberkulum minus
4. Four-part fracture
5. Fracture-dislocation
6. Articular surface fracture
Fraktur Proximal Humerus
KLASIFIKASI
Insidensi
• 60% kasus = fraktur 1/3 tengah diafisis
• 30% kasus = fraktur 1/3 proximal diafisis
• 10% kasus = fraktur sepertiga distal diafisis
Status Lokalis
Look :
• Bandingkan dengan bagian yang sehat
• Perhatikan posisi anggota gerak
• Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka
• Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
• Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Feel :
• Temperatur setempat yang meningkat
• Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat
fraktur pada tulang
• Krepitasi
• Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian
distal daerah trauma, temperatur kulit.
• Pengukuran tugkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Move :
• Menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
• Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain untuk mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan,
juga untuk mengetahui gerakan normal si penderita.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
“Rule of Two”
Konservatif Operatif
PENATALAKSANAAN
1. Ankilosis.
2. Sindroma kompartemen
3. Mal union cubiti varus
Thank you