Anda di halaman 1dari 162

LAPORAN KASUS

An. FP, 9 tahun, 8 bln

Syok Hipovolemik Class III +


Trauma Tumpul Abdomen dgn Ruptur Hepar Grade III +
Closed Fracture Collum Humerus (S)

Oleh : dr. Fyra Zahara


Pembimbing 1 : dr. Tamsil, Sp.B
Pembimbing 2 : dr. Jorianto, Sp.OT

RS BUDI KEMULIAAN KOTA BATAM


IDENTITAS

Nama : An. FP
Umur : 9 tahun 8 bulan
Tanggal lahir : 31 Oktober 2008
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kampung Durian RT 3 RW 4 Bengkong Sadai
Tanggal masuk : 27 Juli 2018
Jam Kejadian : 13.00 WIB
Jam Masuk : 14.45 WIB
ANAMNESA

Keluhan Utama

Kecelakaan lalu lintas motor vs mobil 1 ½ JAMSMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Os di bonceng depan oleh kakak menggunakan sepeda motor, kemudian ditabrak mobil kemudian
dada terbentur stag motor dan terlempar ke aspal. Kejadian di daerah bengkong pada pukul 14.30
WIB. Os diantar ke IGD Rumah Sakit Budi Kemuliaan oleh warga yang melintas di daerah tersebut.
Os tidak menggunakan helm saat bersepeda motor. Sadar, pingsan(-), sesak (+),mual (-) muntah (-),
PRIMARY SURVEY

A Gurgling (-), snoring (-)

B • Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, jejas (-)


• Palpasi : Krepitasi (-/-)
• Perkusi : Sonor (+/+)
• Auskultasi : Vesikuler (+/+)

C • Nadi : Teraba 130x/menit, lemah teratur


• CRT : > 2 detik
• Akral : Pucat, dingin
• Abdomen :
• I : Distensi (+), jejas hipokonrium kiri
• A : BU menurun,
• P : Nyeri tekan (+), shifting dullness (+)
• P : Nyeri tekan, defans muskular (+)
PRIMARY SURVEY
D E4 M6 V5, Pupil isokor, Reflek cahaya +/+

E Kepala :
• Hematom kepala bagian kanan 4 x 3 x 1 cm
• Luka robek dahi kanan 1 x 0,5 x 1 cm
Abdomen :
• Jejas regio hipokondrium kiri 5 x 3 x 0,05 cm
Ektremitas :
• Look : Swelling regio shoulder (S)
Jejas (+)
Deformitas (+)
• Feel : Nyeri Tekan (+)
• Move : ROM terbatas karna nyeri
ADJUST PRIMARY SURVEY
Laboratorium Hematologi Rutin Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (15:37 WIB)

Jenis Pemeriksaan Hasil Flag Nilai Rujukan Satuan

Leukosit (WBC) 10.900 4.000 – 11.000 /ul

Eritrosit (RBC) 5.07 4.00 - 6.00 juta/dl

Hemoglobin (HGB) 13.4 11.0 – 16.5 gr/dl

Hematokrit (HCT) 38.2 35.00 – 50.00 %

Trombosit (PLT) 605.000 H 150.000 – 450.000 /ul

MCV 75 L 80.0 – 97.0 fL

MCH 26.4 L 26.5 – 33.5 pg

MCHC 35.1 H 31.5 – 35.0 gr/dL

Limfosit (LY%) 51.6 H 17.0 – 48.0 %

Monosit (MON%) 5.9 4.0 – 10.0 %

Netrofil (NE%) 42.5 37.0 – 72.0 %


ADJUST PRIMARY SURVEY
Laboratorium Gol Darah & Rhesus Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (15:37 WIB)

Jenis Pemeriksaan Hasil Flag Nilai Rujukan Satuan

Gol Darah B / +

Waktu Pendarahan (BT) 3 1-4 menit

Waktu Pembekuan (CT) 6 3-7 menit


ADJUST PRIMARY SURVEY
Laboratorium Imuno serologi Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (15:37 WIB)

Jenis Pemeriksaan Hasil Flag Nilai Rujukan Satuan

HbsAg (Rapid) Negatif Negatif

Anti HIV (Rapid 1) Non - Reaktif Non - Reaktif


ADJUST PRIMARY SURVEY
Laboratorium Hematologi Rutin Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (16:14 WIB)

Jenis Pemeriksaan Hasil Flag Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin (HGB) 10.5 L 11.0 – 16.5 gr/dl


ADJUST PRIMARY SURVEY

Radiologi :

1. FAST CITO

2. Rontgen Thorax AP

3. Rontgen Humerus (S) AP/Lat


ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi USG Abdomen Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:29 WIB)

•Tampak deformitas struktur parenkim segmen 3-5 lobus kanan- kiri hepar
Hepar dengan lesi hiper-hiperechoic yang tampak mencapai hilus. Bentuk dan ukuran
relatif membesar. Parenkim segmen lobus serta sistem bilier dan vasculer baik

•Bentuk dan ukuran baik, dinding tidak menebal, tidak tampak SOL/lesi fokal.
Gallbadder Tidak tampak batu.

•Tampak deformitas cauda yang hanya tervisualisasi sebagian, tampak pula


Pancreas ukuran caput dan corpus membesar.
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi USG Abdomen Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:29 WIB)

•Tampak deformitas dengan diskontinuitas pada capsul, bentuk dan ukuran relatif
Spleen masih baik, echoparenkim homogen tidak tampak SOL/ lesi fokal

Ginjal •Bentuk dan ukuran baik, achocorteks tidak meningkat, diferensiasi korteks dan
medulla baik, system pelviocalyceal tidak tampak melebar, tidak tampak SOL/ lesi
Kanan fokal. Tidak tampak batu.

Ginjal •Bentuk dan ukuran membesar dengan echocorteks serta diferensiasi korteks dan
medulla suram. Sistem pelviocalyceal relatif tidak tampak melebar, tidak tampak
Kiri SOL/ lesi fokal. Tidak tampak batu.
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi USG Abdomen Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:29 WIB)

Vesica •Bentuk dan ukuran baik, dinding tidak menebal, tidak tampak SOL/ lesi fokal,
Urinaria tidak tampak batu.

Uterus •Tampak floating dengan bentuk dan ukuran baik, tidak tampak SOL/ lesi fokal

Adnexa •Tampak floating, ovarium kanan dan kiri baik, tidak tampak SOL/ lesi fokal

Tampak cairan bebas intra abdomen echogenic masif


ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi USG Abdomen Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:29 WIB)

Kesan :
• Ruptur hepar grade III
• Contusio pancreas dengan suspect ruptur cauda pancreas
• Ruptur spleen grade I
• Contusio ginjal kiri
• Masif hematoperitoneum
• Ginjal kanan, vesica urinaria, uterus dan kedua ovarium tidak tampak
kelainan
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi Thorax AP Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:35 WIB)
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi Thorax AP Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:35 WIB)

Bentuk dan ukuran jantung tidak membesar


Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trachea di tengah
Kedua hilus tidak melebar, corakan bronkovaskuler kedua paru kasar
Tak tampak infiltrate maupun nodul di kedua lapangan paru
Diafragma licin, sinus costofrenikus kanan dan kiri lancip
Jaringan lunak dinding dada serta tulang-tulang baik

Kesan : Cor Pulmo tak tampak kelainan


ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi Humerus (S) AP/Lat Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:35 WIB)
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi Humerus (S) AP/Lat Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:35 WIB)
ADJUST PRIMARY SURVEY
Radiologi Humerus (S) AP/Lat Tanggal Pemeriksaan : 27-07-2018 (17:35 WIB)

Tampak deformitas dengan diskontinuitas multipel collum humerus sinistra dengan displace segmen
fraktur distal ke craniolateral
Epifiseal plate tampak masih terbuka
Tidak tampak penyempitan celah sendi glenohumeral sinistra maupun elbow joint sinistra
Jaringan lunak sekitar glenohumeral sinistra sampai humerus sinistra swelling dan suram

Kesan :
• Fraktur multiple displace collum humerus sinistra dengan displace segmen fraktur
distal ke craniolateral
• Hematoma jaringan lunak sekitar glenohumeral sinistra sampai humerus sinistra
PROBLEM

Syok Hipovolemik Class III et causa susp. Trauma tumpul abdomen +


Trauma Capitis Ringan GCS 15 + Susp. Closed Fracture Humerus 1/3
Proximal (S)
RESUSITASI

CAIRAN OPERATIF
RESUSITASI

1. O2 nasal canul 3-4 L/menit

2. WT + Hecting situasi

3. Pasang lingkar perut

4. IVFD RL 500 ml guyur 1 kolf + IVFD NaCl 0,9% 500 ml guyur 1 kolf + IVFD HES guyur 1 kolf

5. Inj. Ketorolac 3 x ½ amp

6. Inj. Ranitidin 2 x ½ amp

7. Siapkan PRC 4 labu

8. Pro Laparotomi Eksplorasi CITO


RESUSITASI

Pro Laparotomi Eksplorasi CITO


LAPORAN OPERASI
• Tanggal Operasi : 27 Juli 2018
• Jenis Anestesi : GA
• Diagnosa Pra bedah : Syok Hipovolemik class III-IV
• Diagnosa Pasca Bedah : Trantion to resusitasi et causa Ruptur Hepar Grade III + Ruptur lien grade I + Fracture
Collum Humerus (S)
• Tindakan : Laparotomi eksplorasi + hepatoraphy + hemostasis + pasang U slab
• Laporan Operasi :
1. Darah bercampur ... 1500cc
2. Ruptur hepar lobus dextra & sinistra, perdarahan aktif
3. Ruptur ligamen falciform
4. Hematoma ileum, hematoma zona III
5. Hematoma retroperitoneum zona III & I
6. Evakuasi darah
7. Hepatoraphy & Hemostasis
8. Pasang drain 2 buah
9. Masuk HCU/ICU
Instruksi Post OP
• O2 nasal canul 3 L/menit
• IVFD RL 1000 cc / 24 jam
• Transfusi WB/PRC 3 kantong/ hari s/d Hb ≥ 10 gr/dl
• Inj. Cefotiam 2 x 1 gram
• Inj. Tramadol 2 x 1 amp
• Inj. Antrain 3 x 1 amp
• Inj. Asam Traneksamat 3 x 500 mg
• Inj. Vit K 2 x 1 amp
• Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
• Masuk ICU
• Bed side di ICU
• Konsul dr.Sp.OT
• Cek GDS di ICU  251 mg/dl (27-7-2018 20.00)
SECONDARY SURVEY

Keadaan Umum Tampak Sakit Berat

Kesadaran Compos Mentis E4M6V5

Tanda Vital TD : -
Nadi : 130 x/menit
Nafas : 40 x/menit
Suhu : 36,5°C
Kepala • Hematom kepala bagian kanan 4 x 3 x 1 cm
• Luka robek dahi kanan 1 x 0,5 x 1 cm
• Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikerik -/-
• Bibir : pucat
Leher JVP 5-2 cmH2O, trakea ditengah
SECONDARY SURVEY

Thorax Cor : BJ I/II reguler, bunyi tambahan (-)


Pulmo :
• Inspeksi : Dinding dada simetris saat simetris & dinamis
• Palpasi : Fremitus taktil sama dextra & sinistra,
krepitasi (-)
• Perkusi : Sonor kedua lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen • Inspeksi : Jejas regio hipokondrium kiri
• Auskultasi : BU 
• Perkusi : Nyeri tekan, Shifting dullnes (+)
• Palpasi : Nyeri tekan, Defans muscular (+)

Ekstremitas Look : Swelling regio shoulder (+), jejas (+), deformitas (+)
Feel : Nyeri tekan (+)
Move : ROM terbatas karne nyeri
Follow up
Tanggal S O A P

28 Juli 2018 Sadar (+) KU : Tampak sakit berat Post Laparotomi • Terapi lanjutkan
(Sp.B) Demam (-) GCS : 15 (E4M6V5) ec ruptur hepar • Teh manis sedikit-sedikit
Sesak nafas (-) Kesadaran : CMC grade III + syok (2 sendok)
Haus TD : 127/76 mmHg hipovolemik class • Rawat bersama dr. Sp.OT
Nadi : 118 x/ menit III + fraktur collum • Monitor vital sign
Nafas : 28 x/menit humerus (S) • Lanjut transfusi PRC 1 kolf/
Suhu : 36,3°C hari s/d Hb ≥ 10gr/dl
SpO2 : 99%

Status Lokalis
Humerus : .....................
Thorax : gerakan dada simetris
Abdomen : I :
A : BU
P:
Drain kanan : darah 20cc
Drain kiri : darah 100cc
Urine :
HB : 13,4 gr/dl
Follow up
Tanggal S O A P

28 Juli 2018 Nyeri KU : Tampak sakit berat Fraktur Collum • Terapi lanjut sesuai dr. Sp.B
(Sp.OT) GCS : 15 (E4M6V5) Humerus (S) • Evaluasi ulang bila sudah
Kesadaran : CMC pindah ruangan
TD : 127/76 mmHg
Nadi : 118 x/ menit
Nafas : 28 x/menit
Suhu : 36,3°C
SpO2 : 99%
Follow up
Tanggal S O A P

28 Juli 2018 KU : Tampak sakit berat • Monitor TTV


(Sp.An) GCS : 15 (E4M6V5) • Saran OMZ di turunkan
Kesadaran : CMC menjadi 1 x 40mg
TD : 127/76 mmHg (Lapor DPJP (+))  ACC
Nadi : 118 x/ menit
Nafas : 28 x/menit
Suhu : 36,3°C
SpO2 : 99%
Follow up
Tanggal S O A P

29 Juli 2018 Demam (-) KU : membaik Post Laparotomi • Terapi lanjut


(Sp.B) Sesak nafas (-) TD : 116/64 mmHg ec ruptur hepar • Diet bubur saring, buah atau
Haus HR : 124 x/menit grade III + syok susu
RR : 23 x/menit hipovolemik class • Acc pindah ruangan
T : 36°C III + fraktur collum • Aff draine kanan dan kiri
SpO2 : 99% humerus (S)

Status Lokalis
Thorax : ......
Gerakan dada simetris
Abdomen :
I:
A : BU
Follow up
Tanggal S O A P

30 Juli 2018 Sesak nafas (-) KU : membaik Post Laparotomi • Cek DL


(Sp.B) GCS : 15 E4M6V5 ec ruptur hepar • Terapi Lanjut
TD : 100/60 mmHg grade III + syok • Acc operasi bila dr. Sp.OT
HR : 100 x/menit hipovolemik class rencana ORIF
RR : 22 x/menit III + fraktur collum
T : 36,0°C humerus (S)
Hb : 10,1 mg/dl

Status Lokalis
.............
.............
Abdomen : .........
BU
Follow up
Tanggal S O A P

30 Juli 2018 KU : membaik Fraktur Collum Rencana ORIF bila keluarga


(Sp.OT) GCS : 15 E4M6V5 Humerus (S) setuju
TD : 100/60 mmHg
HR : 100 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,0°C
Hb : 10,1 mg/dl
Follow up
Tanggal S O A P

31 Juli 2018 ... menurun KU : membaik Post Laparotomi ec • Aff cateter


(Sp.B) GCS : 15 E4M6V5 ruptur hepar grade III • Terapi lanjut
TD : 100/60 mmHg + syok hipovolemik
Nd : 90 x/menit class III + fraktur
Nfs : 22 x/menit collum humerus (S)
T : 36,1°C

Status Lokalis
........
.........
........
Abdomen : Flat
BU
Follow up
Tanggal S O A P

31 Juli 2018 …................ KU : membaik Fraktur Collum ORIF bila keluarga pasien setuju
(Sp.OT) GCS : 15 E4M6V5 Humerus Sinistra
TD : 100/60 mmHg
Nd : 90 x/menit
Nfs : 22 x/menit
T : 36,1°C

Status Lokalis
... di bahu ? kiri terpasang ?
Follow up
Tanggal S O A P

1 Agustus KU : membaik Post Laparotomi ec Terapi lanjut


2018 GCS : 15 E4M6V5 ruptur hepar grade III .............
(Sp.B) TD : 100/60 mmHg + syok hipovolemik Fusafit 3 x 1
Nd : 90 x/menit class III + fraktur GV
Nfs : 22x/menit collum humerus (S)
T : 36,1°C
Follow up
Tanggal S O A P

1 Agustus KU : membaik Fraktur Collum • Pasien menolak tindakan


2018 GCS : 15 E4M6V5 Humerus Sinistra ORIF
(Sp.OT) TD : 100/60 mmHg • Lepas Rawat
Nd : 90 x/menit
Nfs : 22 x/menit
T : 36,1°C
Follow up
Tanggal S O A P

2 Agustus BAB (-) KU : membaik Post Laparotomi ec • Terapi lanjut


2018 Kesadaran : CM ruptur hepar grade III • Microlac supp ekstra
(Sp.B) TD : - + syok hipovolemik • Diet BBTKTP
ND : 97 x/menit class III + fraktur
RR : 20 x/menit collum humerus (S)
T : 36°C
Follow up
Tanggal S O A P

3 Agustus KU : membaik Post Laparotomi ec • Terapi lanjut


2018 Kesadaran : CM ruptur hepar grade III • ACC pulang
(Sp.B) TD : - + syok hipovolemik
ND : 97 x/menit class III + fraktur Obat Pulang
RR : 20 x/menit collum humerus (S) • Cefixime 2 x 1
T : 36°C • As. Mefenamat 2 x 1
• As. Traneksamat 1 x ½
• Domperidon 2 x ½
TINJAUAN PUSTAKA
SYOK HIPOVOLEMIK
DEFINISI

Hilangnya volume sirkulasi darah akut

Perfusi jaringan menurun


ETIOLOGI

Preload 
PATOFISIOLOGI

Mekanisme Kompensasi Perdarahan

PERDARAHAN

Takikardia Vasokonstriksi Transcapillary Eritropoesis Sintesa Protein


Refill

Kompensasi Cepat Sudah Maksimal Dapat Dipercepat Kompensasi Lambat


PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI & GEJALAKLINIS
PEMERIKSAAN FISIK

a) Evaluasi A-B-C-D-E

b) Dilatasi Gaster – Dekompresi

c) Kateterisasi Urin
PENATALAKSANAAN

PRINSIP DASAR

Hentikan Sumber Pendarahan Resusitasi Cairan yang Hilang


PENATALAKSANAAN

PRINSIP DASAR Resusitasi Cairan Awal

Evaluasi respon resusitasi :


• Ringer Laktat atau Normal Salin • Output urin
• Dewasa 1-2 L guyur • Tingkat kesadaran
• Anak 20 ml/kgBB guyur • Perfusi perifer
PENATALAKSANAAN

PILIHAN CAIRAN

1. Cairan kristaloid
a) NaCl 0,9%
b) Ringer laktat
c) Ringer asetat

2. Cairan koloid
a) Alami : plasma, albumin
b) Buatan : gelatin, starch, dextran

3. Cairan hipertonik + Dextran


RESPON RESUSITASI
HEMODINAMIK MEMBAIK

1. Perfusi membaik (akral teraba hangat)

2. Nadi <100 x/menit

3. MAP > 65 - 95

4. Produksi urine 0,5 – 1 cc/kgBB/jam


TINJAUAN PUSTAKA
RUPTUR HEPAR
TRAUMA

TRAUMA : Emergency Management

Asumsi Dasar :
1. Pasien bisa mendapatkan lebih dari 1 injury (jejas)
2. Jejas yang nampak jelas  bukan berarti yang paling penting
TRAUMA

 150,000 kematian per tahun

 50% karena KLL

 Mayoritas  trauma tumpul abdomen

 Trauma hepar  mortalitas paling sering

 Kecelakaan paling sering terjadi

 motorcycle
TRAUMA

The key to saving lives in abdominal trauma is NOT to make an accurat


e diagnosis, but rather to RECOGNIZE that there is an abdominal inju
ry
ANATOMI ABDOMEN
ANATOMI ABDOMEN
ANATOMI ABDOMEN
ANATOMI ABDOMEN
ANATOMI ABDOMEN
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN

TRAUMA ABDOMEN

BLUNT TRAUMA
PENETRATING TRAUMA
(non- penetrating trauma)

Trauma Kompresi

Trauma Seat Belt (Sheared Injury)

Trauma Akselerasi/Deselerasi
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN

PENETRATING TRAUMA

• Adanya benda tajam yang menimbulkan luka di abdomen


• Jika peritoneum parietale rusak  trauma tembus (penetrating)
• Pisau, kayu/bambu, obeng, peluru, dll
• Khusus:
o Impalement injury
o Evisceration
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN

PENETRATING TRAUMA

Impalement Injury Evisceration

DO NOT REMOVE OBJECT OR EXERT ANY FORCE UPON IT! Extrusion of abdominal contents secondary to penetrating
abdominal trauma
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN

BLUNT TRAUMA Trauma Kompresi (Crushed Injury)

Benturan langsung

Bagian depan badan berhenti bergerak >< struktur


bagian dalam masih tetap bergerak ke depan

Kerusakan organ padat & berongga


(ex : trauma setir)
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN

BLUNT TRAUMA Trauma Seat Belt (Sheared Injury)

• Bila dipakai terlalu tinggi (di atas SIAS) maka hepar, lien, pankreas,
usus halus, diodenum, dan ginjal akan terjepit di antara sabuk
pengaman dan tulang belakang.
• Hiperfleksi vertebra lumbalis akibat sabuk yang terlalu tinggi
mengakibatkan fraktur kompresi anterior dan vertebra lumbal.
MEKANISME TRAUMA ABDOMEN

BLUNT TRAUMA Trauma Seat Belt (Sheared Injury)


MEKANISME TRAUMA ABDOMEN

BLUNT TRAUMA Trauma Akselerasi/Deselerasi

• gerakan yang berbeda dari bagian badan yang bergerak dan yang tidak bergerak,
misalnya sering terjadi pada hepar dan lien.
KLASIFIKASI

Jenis Organ Lokasi Organ

Solid Intraperitoneal

Berlumen Retroperitoneal
KLASIFIKASI

Lokasi Organ Intraperitoneal

Hepar Spleen Jejunum Ileum


KLASIFIKASI

Lokasi Organ Intraperitoneal Hepar

• Hipotensi - Takikardi
• Fraktur costa VII – IX
• Nyeri kuadran kanan atas
• Defans muscular (+)
• KU baik  CT scan abdomen
• KU jelek  Laparotomi
KLASIFIKASI

Lokasi Organ Intraperitoneal Spleen

• Hipotensi - Takikardi
• Fraktur costa IX dan X sinistra
• Nyeri abdomen kuadran kiri atas – nyeri bahu kiri
• Penegakan diagnosis  CT Scan
• Tataralaksana definitif  Splenectomy
KLASIFIKASI

Lokasi Organ Intraperitoneal Jejunum & Ileum

• Burning epigastric pain


• Nyeri tekan dan defens muskular abdomen
• Usus halus + usus besar  gejala peritoitis di jam berikutnya
• Usus 12 jari  nyeri bagian punggung
• Penegakan diagnosis  udara bebas saat rontgen abdomen
• Usus 12 jari & colon sigmoid  udara retroperitoneal
KLASIFIKASI

Lokasi Organ Intraperitoneal

Ginjal Pankreas Ureter


KLASIFIKASI

Lokasi Organ Retroperitoneal Ginjal

• Fraktur costa XI – XII atau ada tendensi di flank


• Nyeri saat inspirasi di abdomen dan flank
• Tendensi CVA
• Hematuria
• Diagnosis  IVP atau CT-scan
• Tatalaksana :
 Contusio  pengamatan
 Ekstravasasi  Operatif
KLASIFIKASI

Lokasi Organ Retroperitoneal Pankreas

• Nyeri epigastrium menjalar sampai ke punggung


• Diagnosis  CT scan & ERCP (Endoscopic Retrogade Canulation of the Pancreas)
• Tatalaksana  operatif atau konservatif (tergantung keparahan trauma)
KLASIFIKASI

Lokasi Organ Retroperitoneal Ureter

• Hematuria pasca trauma


PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Inspeksi

Auskultasi

Perkusi

Palpasi
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi

1. Luka lecet dinding perut


2. Perdarahan bawah kulit
• Grey Turner Sign  perdarahan retroperitoneal
(pankreas, ginjal, pelvis)
• Cullen Sign  perdarahan retroperitoneal
(pankreas)
• Seat Belt Sign
3. Distensi abdominal
• Pneumoperitoneum
• Dilatasi gastric
• Ileus (akibat iritasi peritoneal)
4. Pergerakan pernafasan perut  tertinggal  peritonitis
PEMERIKSAAN FISIK
Auskultasi

• BU (/-)  Peritonitis Kimiawi (udara atau darah bebas)

• BU (-) bukan berarti pasti ada cedera intraabdominal

• BU di thorax  trauma diafragma


PEMERIKSAAN FISIK
Perkusi

• Nyeri ketok seluruh lapang abdomen  peritonitis umum

• Timpani kuadran atas  dilatasi gaster akut

• Redup hepar menghilang  perforasi usus

• Shifting dullness (+)  hemoperitoneum


PEMERIKSAAN FISIK
Palpasi

• Defans muscular  iritasi peritoneum

• Nyeri lepas tekan  peritonitis  darah / isi usus

• Curiga fraktur pelvis  stabilitas pelvis


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Foto Polos USG FAST

CT Scan Abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

• Serial Hb/Hct – untuk monitoring perdarahan : tidak sensitif / perlu waktu

rapid hemorrhage - false negative

crystalloid hemodilution - false positive

• Digunakan untuk baseline follow-up


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Polos

• Abdomen x-ray : tidak terlalu diandalkan


• Chest x-ray :
o Mandatory procedure
o Dapat menemukan pneumoperitoneum
o Untuk evaluasi masalah di paru & pleura
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG FAST (Focused Abdominal Sonography for Trauma)

• Tujuan :

Identifikasi adanya hemoperitonium pada pasien dengan kecurigaan cidera

intra-abdomen

• Indikasi :

pasien yang secara hemodinamik unstable dengan kecurigaan cedera abdomen dan

pasien-pasien serupa yang juga mengalami cedera ekstra-abdominal signifikan

(ortopedi, spinal, thorax, dll.) yang memerlukan bedah non-abdomen emergensi.


PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG FAST (Focused Abdominal Sonography for Trauma)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG FAST (Focused Abdominal Sonography for Trauma)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan Abdomen

• Very specific (95-100%)


• Good sensitivity (85-99%)
• Can evaluate the retroperitoneum
• Allows staging of blunt organ injuries
• Most major injuries are operator (reader) independent

Dx modality of choice for hemodynamically stable patients with suspected blunt abdominal injury
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan Abdomen

Disadvantages

• Requires time and patient transport

• May miss blunt intestinal injuries

• Highly dangerous for unstable or equivocal pts


PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan Abdomen

Grading Trauma

Hepar
Spleen Ginjal
(AAST)
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
Grading Trauma Hepar
American Association for the Surgery of Trauma (AAST)
Grade Tipe Keterangan
Hematoma subkapsular, tidak meluas, < 10% permukaan
I
Laserasi robekan kapsul, tanpa perdarahan, kedalaman pada parenkim < 1 cm
subkapsular, tidak meluas, 10-15% dari permukaan, intraparenkimal,
Hematoma
II diameter < 2 cm
Laserasi robekan kapsular, perdarahan aktif, kedalaman pada parenkim 1-3 cm, panjangnya < 10 cm
subkapsular, > 50% permukaan atau meluas, ruptur subkapsular/ hematom parenkim dengan pe
Hematoma
III rdarahan aktif, hematom intraparenkim > 2 cm
Laserasi kedalaman pada parenkim > 3 cm
Hematoma ruptur hematoma intraparenkim, perdarahan aktif
IV
Laserasi kerusakan parenkim 50-75% lobus hepar
Laserasi kerusakan parenkim > 75% lobus hepar
V trauma vena juxtahepatik, seperti vena retrohepatik atau
Vaskuler
vena-vena hepatik besar
VI Vaskuler avulsi hepar.
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
KLASIFIKASI RUPTUR HEPAR
SPLEEN
SPLEEN
SPLEEN
SPLEEN
GINJAL
AAST Renal Injury Grading Scale (Moore 1989)
GINJAL
PEMERIKSAAN PENUNJANG

DPL USG CT-Scan


Indikasi Menentukan adanya perdar Menentukan adanya cairan, Menentukan organ-organ
ahan, dilakukan bila dilakukan bila tekanan yang cedera, dilakukan bila
tekanan darah menurun. darah menurun. tekanan darah normal.
Keuntungan Diagnosis cepat dan sensitif Diagnosis cepat dan tidak Paling spesifik untuk cedera
(akurasi 98 %). invasif dan dapat diulang (akurasi 92 – 98 %).
(akurasi 86 – 97 %).
Kerugian Invasif, tidak bisa Tergantung operator, dapat Biaya mahal, waktu lama,
mengetahui cedera pada terdistorsi oleh gas usus tidak bisa mengetahui
diafragma atau pada dan udara di bawah kulit, cedera pada diafragma,
retroperitoneal. selain itu tidak bisa usus, dan pankreas.
mendeteksi jejas diafragma
, usus, dan páncreas.
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

Primary Survey (ABCDE)

Resuscitation

Secondary Survey

Diagnostic Evaluation

Definitive Care
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PRIMARY SURVEY
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PRIMARY SURVEY
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PRIMARY SURVEY

• Paten ?

• Jaw thrust maneuver

• Sadar  nasopharingeal airway

• Tidak sadar  oropharingeal airway


MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PRIMARY SURVEY

• Inspeksi  gerakan dinding dada

• Auskultasi  suara nafas

• Perkusi  udara atau cairan cavum pleura

• Palpasi  getaran ddg dada & krepitasi

• Pasang pulse oximetry


MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PRIMARY SURVEY

1. Volume Darah
• Hipotensi  hipovolemia
2. Tingkat Kesadaran
• Penurunan kesadaran
 Hipovolemia
 Intoksikasi
3. Warna Kulit
• Akral pucat dan dingin  hipovolemia
4. Nadi
• Cepat & kecil  hipovolemia
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PRIMARY SURVEY
Pasang 2 IV line untuk resusitasi
cairan kristaloid (ringer laktat /
RL) 1-2 liter guyur

Koloid

Tranfusi darah segolongan


MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PRIMARY SURVEY

Pada tahap ini dilakukan penilaian neurologis secara cepat berupa tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,
tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PRIMARY SURVEY

Pada tahap ini, pakaian pasien dibuka keseluruhan kemudian dinilai kelainan yang tampak secara cepat.
Selanjutnya selimuti pasien agar tidak hipotermi.
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

SECONDARY SURVEY
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

SECONDARY SURVEY HEAD TO TOE

Kepala : Vertebre servicalis & leher :


• konjungtiva anemis, edema palbebra, • Pemeriksaan neurologis untuk menilai
benda asing dalam mata, perdarahan defisit neurologis yang disesuaikan den
konjungtiva, ukuran dan respon pupil gan penjalaran persarafan servikal.
• tanda-tanda trauma kepala • Maka dilakukan imobilisasi hingga
vertebra servikal diperiksa teliti dengan
foto servikal
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

SECONDARY SURVEY HEAD TO TOE

Thorax :
• I : jejas, gerakan dinding dada
• P : krepitasi, fremitus taktil
• P : sonor, hipersonor, redup
• A : suara nafas
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

SECONDARY SURVEY HEAD TO TOE

Regio penis, perineum, rektum dan vagina : Ekstremitas :


• I : • Look : jejas, swelling, deformitas
darah pada MUA, ekimosis atau • Feel : krepitasi
hematom skrotum dan perineum • Move : ROM
dapat diduga kuat robeknya uretra.
MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENTS

PROSEDUR DIAGNOSTIK
PROSEDUR DIAGNOSTIK
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)

• suatu prosedur invasif


perdarahan intraperitoneum
• Akurasi diagnostik 98-100%
• Sensitivitas 98-100%
• Spesifikasi 90-96%
PROSEDUR DIAGNOSTIK
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)

INDIKASI KONTRAINDIKASI
Pemeriksaan fisik yang meragukan Mutlak :
indikasi untuk laparotomi eksplorasi sudah jelas
Syok atau hipotensi yang tidak dapat dijelaskan Relatif :
Penurunan kesadaran (cedera kepala tertutup, obat-obatan) riwayat laparotomi eksplorasi sebelumnya, kehamilan,
Penderita dalam narkose umum untuk prosedur ekstra morbid obesity ,sirrhosis yang lanjut ,dan adanya
abdominal koagulopati sebelumnya .
Cedera medula spinalis
PROSEDUR DIAGNOSTIK
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
ALUR PENANGANAN SCR UMUM
Trauma Tumpul Abdomen
Tanda
peritonitis USG :
generalisata cairan
tidak
Hemodinamik stabil ya ada bebas jelas

tidak ya ya tidak

Perubahan
USG : Cairan Bebas ya laparotomi konservatif
kesadaran,
Makroskopis
hematuria,
Tidak jelas DPL tidak ya HCt < 35 %

CT-Scan ya tidak

USG ulang
(30 menit),
HCt ulang
(4 jam),
Observasi
(8 jam)
INDIKASI LAPAROTOMI

Berdasarkan Evaluasi Klinik :


1. Trauma tumpul dengan hasil DPL dan USG adanya internal bleeding
2. Trauma tumpul dengan hipotensi terus menerus walaupun dilakukan resusitasi adekuat
3. Adanya tanda-tanda peritonitis dini atau yang lanjut

Berdasarkan Evaluasi Radiologis (rontgen) :


1. Adanya udara bebas (air sickle) atau ruptura diafragma
2. CT-Scan dengan contrahaz memperlihatkan adanya ruptur organ – organ berongga intraabdo
minal.
TINJAUAN PUSTAKA
CLOSED FRACTURE COLLUM HUMERUS
DEFINISI

Fraktur  diskontinuitas tulang


ETIOLOGI

Trauma Stress berulang Patologis


KLASIFIKASI

Terbuka Tertutup

Complete Incomplete
KLASIFIKASI

Terbuka
KLASIFIKASI

Tertutup
KLASIFIKASI
PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Recognize Reduction Retaining


Rehabilitation
(mengenali) (mengembalikan) (mempertahankan)
PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Recognize

Anamnesa
• Keluhan pasien dan riwayat trauma (jenis, berat-ringan, arah, posisi pasien, mekanisme injuri

Gejala Klinis Fraktur :


• Nyeri dan bengkak pada tulang yang fraktur
• Deformitas
• Krepitasi
• Gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri
• Diskontuinitas tulang
• Gangguan neovaskularisasi
PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Recognize

Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata : Status Lokalis :
• Tanda syok atau sepsis a) Look :
• Jejas, swelling, deformitas
b) Feel
• Nyeri tekan, krepitasi, suhu, pulsasi, sensibilitas
c) Move
• ROM
PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Recognize

Pemeriksaan Penunjang
“Rule of Two”

View Joints Limbs Injuries Occasions


PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Retention

Continuous Traction Cast Splintage Functional Bracing

Fiksasi Internal Fiksasi Eksternal


PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Reduction

Reduksi tertutup Reduksi terbuka


• Fraktur pergeseran minimal • Reduksi tertutup gagal
• Fraktur pada anak • Fragmen tulang artikular
• Fraktur yang stabil memerlukan posisi akurat
• Memasang traksi pada tulang
yang fraktur
PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Retention Continuous Traction


PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Retention Cast Splintage


PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Retention Functional Bracing


PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Retention Fiksasi Internal


PRINSIP PENANGGULANGAN CEDERA MUSKULOSKELETAL

Retention Fiksasi Eksternal


FRAKTUR HUMERUS

Fraktur Humerus
diskontinuitas tulang , tulang rawan sendi, tulang rawan epifisial baik yang
bersifat total maupun parsial pada tulang humerus
KLASIFIKASI

Fraktur Proximal Humerus Fraktur Shaft Humerus Fraktur Distal Humerus


KLASIFIKASI

Fraktur Proximal Humerus

• Insidensinya meningkat pada usia yg lebih tua  osteoporosis


• Wanita : pria = 2:1
• Dewasa muda  high-energy trauma kll sepeda motor
• Gejala klinis :
1. Nyeri, bengkak, nyeri tekan, nyeri pada saat digerakkan, dan dapat teraba krepitasi
2. Ekimosis dapat terlihat dinding dada dan pinggang setelah terjadi cedera
Fraktur Proximal Humerus Klasifikasi

1. One-part fracture : tidak ada pergeseran fragmen, namun terlihat garis fraktur
2. Two-part fracture :
• anatomic neck
• surgical neck
• Tuberculum mayor
• Tuberculum minor
3. Three-part fracture :
• Surgical neck dengan tuberkulum mayor
• Surgical neck dengan tuberkulum minus
4. Four-part fracture
5. Fracture-dislocation
6. Articular surface fracture
Fraktur Proximal Humerus
KLASIFIKASI

Fraktur Shaft Humerus

Insidensi
• 60% kasus = fraktur 1/3 tengah diafisis
• 30% kasus = fraktur 1/3 proximal diafisis
• 10% kasus = fraktur sepertiga distal diafisis

Gejala klinis pada jenis fraktur :


• Nyeri, bengkak, deformitas, dan dapat terjadi pemendekan tulang pada tangan yang fraktur
• Pemeriksaan neurovaskuler  mengenali tanda-tanda sindroma kompartemen
• PF  krepitasi pada manipulasi lembut
KLASIFIKASI

Fraktur Shaft Humerus

Deskripsi klasifikasi fraktur shaft humerus :


• Fraktur terbuka atau tertutup
• Lokasi : sepertiga proksimal, sepertiga tengah, sepertiga distal
• Derajat : dengan pergeseran atau tanpa pergeseran
• Karakter : transversal, oblique, spiral, segmental, komunitif
• Kondisi intrinsik dari tulang
• Ekstensi artikular
PEMERIKSAAN FISIK

Status Lokalis

Look :
• Bandingkan dengan bagian yang sehat
• Perhatikan posisi anggota gerak
• Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka
• Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
• Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
PEMERIKSAAN FISIK

Status Lokalis

Feel :
• Temperatur setempat yang meningkat
• Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat
fraktur pada tulang
• Krepitasi
• Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian
distal daerah trauma, temperatur kulit.
• Pengukuran tugkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai
PEMERIKSAAN FISIK

Status Lokalis

Move :
• Menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
• Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain untuk mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan,
juga untuk mengetahui gerakan normal si penderita.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

“Rule of Two”

View Joints Limbs Injuries Occasions


PENATALAKSANAAN

Konservatif Operatif
PENATALAKSANAAN

Fraktur Proksimal Humeri

• Fraktur impaksi tidak diperlukan tindakan reposisi


• Lengan yang cedera diistirahatkan dengan memakai gendongan (sling) selama 6 minggu. Selama
waktu itu penderita dilatih untuk menggerakkan sendi bahu berputar sambil membongkokkan
badan meniru gerakan bandul (pendulum exercise). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kekakuan sendi
• Dewasa bila terjadi dislokasi abduksi  reposisi dan dimobilisasi dengan gips spica, posisi lengan
dalam abduksi (shoulder spica).
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI

1. Ankilosis.
2. Sindroma kompartemen
3. Mal union cubiti varus
Thank you

Anda mungkin juga menyukai