Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI UMUR 70 TAHUN DENGAN


KELUHAN BAB HITAM

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Komprehensif


di RS PKU Muhammadiyah Mayong

Disusun Oleh :

Adib Piambudi
H2A012026P

Pembimbing :

dr. Ali Rohmad

KEPANITERAAN KOMPREHENSIF

RS PKU MUHAMMADIYAH MAYONG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019

1
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Tn Ashari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 71 Tahun

Suku Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Nalumsari, Jepara

Status : Menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Tanggal Masuk : 16 februari 2019

Tanggal Periksa : 18 februari 2019

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : BAB Hitam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS PKU Mayong Jepara diantar oleh istrinya
dengan keluhan bab hitam 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Bab
dirasakan lengket dan sedikit cair dengan frekuensi 2-3x perhari. Pasien
merasa setiap ingin bab merasa pusing dan saat bab perut terasa panas
dan mules. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati 2 minggu,
kembung, nyeri dada.
Riwayat mual muntah (+), lemas (+), nyeri kepala (+), batuk, pilek
disangkal. Bak normal jernih dan lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat sakit serupa : disangkal

2
 Riwayat opname : diakui
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat gastritis : diakui
 Riwayat HT : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
4. Riwayat Keluarga
 Riwayat sakit serupa : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya, pasien sudah tidak bekerja,
Ibu sebagai Ibu Rumah Tangga, kesan Ekonomi cukup.Pasien mengaku
merokok sejak usia 15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari. Namun
pasien sudah berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Pasien jarang berolah
raga, makan 2x perhari namun tidak teratur dan pasien senang makan
asam dan pedas. Pasien sering minum jamu 1x/hari dan minum kopi
setiap hari setelah bekerja. Pasien juga memiliki riwayat minum alcohol
namun jarang tidak lebih dari 2x dalam 1 bulan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Tampak Lemah
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/70 mmHg
b. Nadi : 88 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 22 kali/menit
d. Suhu : 36,4 ºC
4. Status Generalis
a. Kepala
Mesosefal, simetris, ekspresi tampak lemas, warna rambut hitam,
tidak mudah dicabut, tanda trauma (-).
b. Mata

3
Bentuk normal, tampak cekung (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva
anemis (+/+), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+), kornea jernih
(+/+).
c. Hidung
Bagian luar hidung tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang
dalam perabaan baik, nafas cuping hidung (-)
d. Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik, nyeri
tekan processus mastoideus (-)
e. Mulut
Stomatitis (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-
), atrofi papil (-), stomatitis (-), Tonsil T1-T1.
f. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
g. Dada
Bentuk normal, retraksi (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
h. Torax
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, gerak
pernafasan simetris tidak tampak pergerakan nafas yang tertinggal,
tulang iga tidak terlalu vertikal maupun horizontal, retraksi otot-otot
pernapasana (-).
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan dada. Ictus cordis
teraba setinggi ICS 5 1 cm dari garis midclavicula kiri.Perkusi :
Didapatkan perkusi sonor pada kedua lapang paru.
- batas paru dengan hepar : setinggi ICS 5 linea midclavicula kanan
dengan suara redup
- batas paru dengan jantung kanan : setinggi ICS 3 hingga 5 linea
sternalis kanan dengan suara redup
- batas paru dengan jantung kiri : setinggi ICS 5 1 cm linea
midclavicula kiri dengan suara redup

4
- batas atas jantung : setinggi ICS 3 linea parasternal kiri dengan
suara redup

Auskultasi :

- Jantung : Bunyi jantung I & II regular murmur (-) gallop (-).


- Paru : Suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronki (-/-).
i. Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, perut buncit,
smiling umbilicus (-), hernia umbilikalis (-), pulsasi abnormal (-),
spider navy (-).
Auskultasi : BU (+) normal.
Perkusi : Didapatkan timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting
dullness (-).
Palpasi : Teraba kembung, tidak teraba massa , defence muscular (-
), nyeri tekan epigastrium. Nyeri lepas (-).
Hepar, lien tidak teraba, ballotemen (-).
j. Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, tidak tampak efloresensi yang bermakna, oedem
ekstremias superior (-/-), oedem ekstremitas inferior (-/-), palmar
eritema (-/-).
Palpasi : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter Hasil Nilai Normal


Darah Rutin
- Hb 8,2 14.0 – 16.0 g/dl
- Leukosit 7.200 4.500 - 11.000 /mm3
- Trombosit 669.000 150.000 - 450.000 /mm3
- Eritrosit 2,56 4,0 – 5,1 jt/uL
- Hematokrit 24,3 37 – 43 %

5
- MCV 94,9 82 – 95 fl
- MCH 32 27 – 31 pg
- MCHC 33,9 32 – 37 g/dL
Diff Count
- Eosinofil 0 2–4%
- Basofil 0 0–1%
- Neutrofil Batang 0 2–6%
- Neutrofil Segmen 53 50 – 70 %
- Limfosit 7 25 – 40 %
- Monosit 6 2–6%
Kimia Klinik
- GDS 102 70 – 150 mg/dl
Tanggal 16 februari 2019

6
E. RESUME PEMERIKSAAN
Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang ke IGD RS PKU
Mhamadiyah Mayong dengan melena 3 hari SMRS, nyeri pada
epigastrium, , maag, merokok usia 15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari,
makan 2x perhari tidak teratur dan pasien senang makan asam dan pedas,
minum jamu 1x/hari dan minum kopi setiap hari, riwayat minum alkohol.
Pada pemeriksaan didapatkan takipnoe, konjungtiva anemis. Perut
kembung dan nyeri tekan epigastrium 2 minggu.
Pada pemeriksaan lab didapatkan anemia gravis yaitu penurunan hb
8,1g/dl, penurunan eritrosit dan hematokrit.
F. DAFTAR MASALAH
1. BAB Hitam
2. Lemas
3. Nyeri Ulu hati
4. Gastritis erosif
G. DIAGNOSIS
1. Gastritis Erosif
2. Anemia
H. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Infus NaCl 0,9 20 tpm
Tranfusi darah 2 colf
Asam folat 1x1
Mecobalamin 2x1
Kalnex 3x1
Sucralfat 3x2 cth
Antasida 3x1 cth
b. Non medikamentosa

7
1. Istirahat yang cukup
2. Hindari faktor penyebab misalnya stress, penggunaan obat-obat
pilkita, alkohol, dapat meningkatkan asam lambung
3. Makanan lunak misalnya bubur saring, hindari makan makanan
yang pedas dan asam. Makan berprotein tinggi misalnya putih telur,
tempe, segala jenis ikan-ikan basah.
4. Hindari minuman yang merangsang asam lambung misalnya soft
drink.
I. PROGNOSIS
Qua ad Vitam : dubia ad bonam
Qua ad Sanam : dubia ad bonam
Qua ad Fungsionam : dubia ad bonam

Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan

16/2/19 - bab hitam TD 100/60mmHg - Anemia PRC 200 cc


dan lengket gravis ec
N 64x/menit Asering/8 jam
1x sore hari melena
RR 24x/menit Vit k 3x1
- nyeri - Susp
perut S 36,7 oC PVO Kalnex 3x1

- kembung Mata : CA -/-, SI -/- Pantoprazole 1x1

- pusing Thx Antacid 3x1 cth

8
- sesak - Paru : Sn
sudah vesikuler
berkurang +/+, ronki -
/-, wheezing
- pegal-
-/-
pegal
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani

Eks : akral hangat


(+/+)

Lab :

- Ureum
Creatinin
(N)
- Klorida 111
- Protein
total 5.1
g/dl
- Albumin
2.9 g/dl
- Globulin 2.2
g/dl
Hematologi

- Leukosit
2,3

9
- Eritrosit
3,3
- Hb 7,4
- Hematokrit
24
- Trombosit
49
- MCV
73,5
- MCH
22,6
- MCHC
30,7
- RDW
23,6

17/2/19 - bab cair TD 110/70mmHg - Anemia PRC 200 cc


tapi sudah gravis ec
N 76x/menit Asering/8 jam
tidak hitam melena
RR 28x/menit dengan Vit k 3x1
- nyeri
perbaikan
perut S 38 oC Kalnex 3x1
- Susp
- kembung Mata : CA -/-, SI -/- Pantroprazole 1x1
PVO
- pusing Thx Ca glukonas 1x1

- sesak - Paru : Sn Antacid 3x1 cth


sudah vesikuler
berkurang +/+, ronki -
/-, wheezing
-/-

10
- pegal- - Jantung : S1
pegal dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani

Eks : akral hangat


(+/+)

Hematologi

- Leukosit
3,3

- Eritrosit
4,3
- Hb
10,3
- Hematokrit
32
- Trombosit
46
- MCV
75,3
- MCH
24,2
- MCHC
32,1
- RDW
22,5

11
18/2/19 - bab cair TD 110/60 mmHg - Anemia Asering/8 jam
tapi sudah gravis ec
N 64x/menit Vit k 3x1
tidak hitam melena
RR 20x/menit dengan Kalnex 3x1
- nyeri
perbaikan
perut S 37,1oC Pantroprazole 1x1
- Susp
- sesak Mata : CA -/-, SI -/- Antacid 3x1 cth
PVO
sudah
Thx
berkurang - Susp ITP
- Paru : Sn
- sedikit
vesikuler
batuk
+/+, ronki -
/-, wheezing
-/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani

Eks : akral hangat


(+/+)

BAB III

12
ANEMIA

2.1 Definisi

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa


eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Anemia gravis adalah kadar
Hb 5 - 6 g/dl. Keluhan anemia terjadi bila kadar Hb <8 g/dl berupa lemah, letih,
lesu, lunglai dan diperlukan transfusi darah jika kadar Hb <7 g/dl. 1

2.2 Kriteria

Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit


adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Harga
normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologis tergantung jenis kelamin,
usia, kehamilan dan ketinggian tempat tinggal.

Kriteria anemia menurut WHO adalah:

NO KELOMPOK KRITERIA ANEMIA

1. Laki-laki dewasa < 13 g/dl

2. Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl

3. Wanita hamil < 11 g/dl

2.3 Klasifikasi

Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologi.


Klasifikasi morfologi didasarkan pada ukuran dan kandungan hemoglobin.2

13
No Morfologi Sel Keterangan Jenis Anemia

1. Anemia Bentuk eritrosit yang - Anemia Pernisiosa


makrositik - besar dengan - Anemia defisiensi folat
normokromik konsentrasi
hemoglobin yang
normal

2. Anemia Bentuk eritrosit yang - Anemia defisiensi besi


mikrositik - kecil dengan - Anemia sideroblastik
hipokromik konsentrasi - Thalasemia
hemoglobin yang
menurun

3. Anemia Penghancuran atau - Anemia aplastik


normositik - penurunan jumlah - Anemia posthemoragik
normokromik eritrosit tanpa disertai - Anemia hemolitik
kelainan bentuk dan - Anemia Sickle Cell
konsentrasi - Anemia pada penyakit
hemoglobin kronis

2. GASTRITIS EROSIF

I. Definisi

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa


lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau local. Gastritis
erosive bila terjadi kerusakan mukosa lambung yang tidak meluas sampai
epitel.

Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat


jinak dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan local.
Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alcohol, dan aspirin

14
merupakan pencetus yang lazim. Infeksi Helicobacter pylori lebih sering
dianggap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi
non steroid (OAINS), sulfonamide, steroid juga diketahui mengganggu
sawar mukosa lambung.

II. Epidemiologi

Adanya kasus gastritis di masyarakat:


a. Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record suatu Rumah
Sakit pada tahun 2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat
dengan penyakit infeksi pada saluran pencernaan adalah 55%
dengan diare, 34,5% dengan gastritis, 4% dengan infeksi usus, 3,5%
dengan peritonitis, dan 3% dengan penyakit infeksi lainnya.
b. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan
lambungnya, menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami
kenaikan grafik. Di penjuru dunia saat ini penderita gastritis
mencapai 1,7 miliar. Hasil penelitian riset Brain & Co dengan PT.
Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1645 perponden di Medan,
Jakarta, Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dai jumlah
responden menderita gastritis.
c. Menurut dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi
Gastroenterologi – Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo dari hasil penelitian yang
dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan
dyspepsia, didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan
organic lebih lanjut dengan menggunakan endoskopi. Suatu
penelitian lain dengan jumlah pasien yang cukup besar dan
melibatkan pusat endoskopi pada beberapa kota di Indonesia juga
menunjukkan tinggi penderita gastritis kronis. Dari 7092 kasus
dyspepsia yang dilakukan endoskopi, ditemukan 86,41% penderita
mengalami dyspepsia fungsional. Data-data penelitian dari luar
negeri yang menunjukan angka yang tidak terlalu berbeda. 3

15
III. Etiologi
a. Obat-obatan: Asam asetil salisilat (terutama), indomethacin,
sulfonamide, OAINS dan steroid. Misal, aspirin dalam dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Alkohol
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar,
sepsis.
d. Mencerna asam atau alkali kuat, dll
e. Inflamasi lambung yang dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh Helicobacter pylori

Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda.

a. Jika karena stress, erosi ditemukan pada


korpus dan fundus.
b. Jika karena OAINS, erosi terutama
ditemukan di daerah antrum, namun dapat
juga menyeluruh

Secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan


reaksi sel inflamasi neutrophil yang minimal.

IV. Patomekanisme

Gastritis bisa disebabkan karna stres, zat kimia misalnya obat-obatan


dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Ketika mengalami
stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis nervus vagus yang akan
meningkatkan HCl didalam lambung. HCl dilambung akan menimbulkan
mual muntah.

Zat kimia maupun makanan yg merangsang menyebabkan sel epitel


kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Fungsi mukus untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak

16
ikut tercerna. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus)dan pembuluh darah.

Vasodilatasi mukosa gaster menyebabkan produksi HCl meningkat.


Anoreksia menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ditimbulkan karena kontak
HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan
sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
mukosa akibat erosi memicu timbulnya sindrom dyspepsia.

V. Tanda dan Gejala

Secara umum pasien gastritis erosive mengeluh dyspepsia. Dyspepsia


adalah suatu sindrom/kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung,
nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa
kenyang. Secara umum dyspepsia dibagi menjadi empat yaitu: dyspepsia
akibat tukak, dyspepsia akibat motilitas, dyspepsia akibat refluks dan
dyspepsia tidak spesifik.

Pada dyspepsia gangguan motilitas, keluhan yang paling menonjol


adalah perasaan kembung, rasa penuh ulu hati setelah makan, cepat merasa
kenyang disertai sendawa. Pada dyspepsia akibat refluks, keluhan yang
menonjol berapa nyeri ulu hati dan rasa seperti terbakar, harus disingkirkan
adanya pasien kardiologi. Pasien tukak memberikan ciri seperti nyeri ulu
hati, rasa tidak nyaman, disertai muntah. Rasa sakit gastritis erosive timbul
setelah makan, berbeda dengan ulkus duodenum yang lebih enak setelah
makan. Walaupun demikian, rasa nyeri saja tidak cukup menegakkan
gastritis erosive, selain itu dapat terjadi juga perdarahan atau perforasi

Diagnosis

Diagnosis gastritis erosive ditegakkan berdasarkan pengamatan


klinis, pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi), dan hasil

17
biopsy untuk pemeriksaan kuman Helicobacter pylori (Tarigan, P.,
2007).
Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosive.
Dengan endoskopi memungkinkan visualisasi dan dokumentasi
fotografik sifat ulkus, ukuran, bentuk dan lokasinya dapat menjadi dasar
referensi untuk penilaiian penyembuhan.
Pada pemeriksaan rediologi didapatkan gambaran niche atau crater.
Pemeriksaan tes CLO/PA untuk menunjukan apakah ada infeksi
Helicobacter pylori dalam rangka eredaksi kuman.
VI. Terapi

Terapi pada gastritis erosive terdiri dari terapi non-medikamentosa,


medikamentosa dan operasi. Tujuan terapi adalah menghilangkan
keluhan, menyembuhkan atau memperbaiki erosi, mecegah
kekambuhan dan mencegah komplikasi.

a. Non-medikamentosa
i. Istirahat
Stres dan kecemasan memegang peran penting dalam
peningkatan asam lambung. Sebaiknya pasien hidup tenang
dan menerima stress dengan wajar.
ii. Diet

Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang


mengandung susu tidak lebih baik dari makanan biasa, karena
makanan halus dapat merangsang pengeluaran asam lambung.
Cabai, makanan merangsang, makanan mengandung asam
dapat menimbulkan rasa sakit.

b. Medikamentosa
i. Antasida

Pada saat ini sudah jarang digunakan, sering untuk


menghillangkan rasa sakit. Dosis: 3x1 tablet.

18
ii. Koloid Bismuth

Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan


membentuk lapisan penangkal bersama protein pada dasar
ulkus dan melindungi terhadap pengaruh asam dan pepsin.
Dosis: 2x2 sehari. Efek samping: tinja kehitaman sehinggaa
menimbulkan keraguan dengan perdarahan.

iii. Sukralfat

Mekanisme kerja kemungkinan melalui pelepasan


kutub alumunium hidroksida yang berkaitan dengan kutub
positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikall
pada dasar ulkus, yang melindungi dari asam dan pesin. Efek
lain membantu sintesis prostaglandin dan menambah sekresi
bikarbonat dan mukuss, meningkatkan daya pertahanan dan
perbaikan mukosa.

iv. Prostaglandin

Mekanisme kerja dengan mengurangi sekresi asam


lambung, menambah sekresi mucus, bikarbonat dan
menambah aliran darah muksa serta pertahanan dan
perbaikaan mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal
ulkus gaster pada pasien yang menggunakan OAINS.

v. Antagonis Reseptorr H2/ARH2

Struktur homolog dengan histamine. Mekanisme


kerjanya memblokir efek histamine pada sel parietal untuk
tidak memproduksi asam lambung. Dosis: Simetidin
2x400mg, Ranitidin 300mg/hari, Nizatidin 1x300mg,
Famotidin 1x40mg, Roksatidin 2x75mg.

vi. Proton Pump Inhibitor/PPI

19
Mekanisme kerja memblokir enzim K+H+ ATP ase
yang akan memecah K+H+ ATP menjadi energy yang
digunakan untuk mengeluarkan asam lambung. Penggunaan
jangka panjang dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah.
PPI mencegah pengeluaran asam lambung, menyebabkan
pengurangan rasa sakit, mengurangi factor agresif pepsin
dengan PH>4.

1. Omeprazol 2x20mg
2. Lanzoprazol/Pantoprazol 2x40mg
vii. Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
1. Terapi tripel
a. PPI 2X1 + Amoksilin 2x1000 + Klaritromisin
2x500
b. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 +
Klaritromisin 2x500
c. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 + Amoksilin
2x1000
d. PPI 2X1 + Mertonidazol 3x500 + Tetrasiklin
4x500
2. Terapi Kuadrapel: jika gagal dengan terapi tripel.
Regimen terapinya yaitu: PPI 2X1. Bismuth 4x2,
metronidazole 4x250, tetrasiklin 4x500.
VII. Tindakan operasi

Tindakan operasi saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi


medikamentosa. Prosedur operasi yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus
refrakter, darurat karena komplikasi perdarahan dan perforasi, dan sangka
keganasan. 4
ENDOSCOPI
Definisi

20
Endoscopi melihat kedalam, yang dalam hal ini berarti melihat kedalam tubuh
manusia untuk suatu alasan medis. Endoscopi adalah suatu alat yang
menggunakan sistem fiberoptik dengan sistem pencahayaan yang memungkinkan
visualisasi kedalam bagian tubuh tertentu.

Teknik Endoscopi
Teknik Endoscopi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu diagnostik dan
Terapeutik. Pemeriksaan Saluran Cerna Bagian Atas disebut esofago Gastro
Duodenoscopi (EGD) dan Saluran Cerna Bagian Bawah disebut kolonoscopi.

Esofagogastroduodenoscopi (EGD)
a. Diagnostik
Esofagogastroduodenoscopi (EGD) dan biopsy
b. Terapeutik
- Skleroterapi dan ligasi varises esofagus
- Skleroterapi histoacryl varises esofagus
- Pemasangan stent esofagus
- Pemasangan flowcare
- Pemasangan Percutaneus Endoscopic Gastrostomy(PEG)
- Dilatasi esophagus dengan busi Savary-Guillard
- Polipektomi polip esofagus, gaster dan duodenum
- Hemostatis endoscopi (perdarahan non varises : adrenalin + aethoxysclerol,
berryplast endoclip dll).
- Endoscopic Mucosal Resection(EMR)
- Terapi laser pada tumor, perdarahan dll.
c. Indikasi
- Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
- Dispepsia
- Disfagia
- Odinofagia
- Nyeri Epigastrium Kronis

21
- Kecurigaan Obsruksi Outlet
- Survey Endoscopi curiga keganasan
- Nyeri dada tak khas
d. Kontra Indikasi Absolut:
- Tidak kooperatif
- Psikopat
- Alergi obat premedikasi
- Syok
- Infark miokard akut
- Respiratori distress
- Perdarahan masif
e. Kontra indikasi Relatif
- Kelainan kolumna vertebralis
- Gagal jantung
- Sesak nafas
- Gangguan kesadaran
- Infeksi akut
- Aneurisma aorta torakalis
- Tumor Mediastinum
- Stenosis esofagus
- Gastritis korosif akut
- Gastritis flegmonosis
f. Persiapan Pasien
- Pendekatan dan motivasi pasien sekaligus “Informe Consent”, sambil
diterangkan mengenai kegunaan pemeriksaan, jenis pemeriksaan yang akan
dikerjakan, serta keadaan-keadaan yang mungkin dirasakan pada waktu diperiksa
seperti kembung, mual, sedikit rasa tak nyaman dsb. Diterangkan kemungkinan
terjadi komplikasi meskipun jarang.
- Hemoglobin >10 g/dl, Ht, Trombosit dalam batas normal. Pada pasien saat
dilakukan endoscopi Hb 10 g/dl, Ht 33%, dengan trombosit 68 ribu/ul dengan faal
hemostatis yang normal.

22
- Puasa tidak makan tetapi dapat minum obat yang diperlukan, paling tidak
6 jam sebelum pemeriksaan.
- Gigi palsu dan kacamata dilepas.
- Dilakukan penyuntikan xylocain spray pada tenggorokan.
- Bila perlu dilakukan penyuntikan obat.
- Cara menelan dan bernafas panjang diampilkan pada waktu pemeriksaan.
- Berbaring dengan posisi miring kekiri,tangan kiri dibawah bantal dan
tangan kanan diatas paha kanan.
g. Premedikasi
- Tidak selalu diberikan dan hanya diberikan pada pasien yang sensitif.
Sedasi diberikan diazepam 5-10mgiv/im atau midazolam 2,5mgiv Dapat juga
diberikan pethidin 0,5-1mg/kg bb iv 30 menit sebelum pemeriksaan
- Gascon 15cc peroral 5-10 menit sebelum tindakan
- Sprai xilocain 10% merata keseluruh faring,uvula dan hipofaring
- 5-10 menit sebelum pemeriksaan.
h. Penyulit
- Perforasi
- Perdarahan
- Gangguan kardio pulmoner
- Reaksi obat-obatan
- Penularan infeksi
- Pneumonia aspirasi
- Instrument Impaction
i. Perawatan Pasca Endoscopi
- Pasien boleh makan dan minum setelah 1-2jam pasca endoscopi untuk
menghindari aspirasi
- Bila pasien diberi sedasi diobservasi diruang pemulihan sampai sadar
- Pasien rawat jalan tidak boleh membawa kendaraan sendiri.
- Bila dilakukan biopsi,dianjurkan makan makanan cair atau bubur saring
selama beberapa waktu tergantung apa yang ditemuka dan berapa banyak biopsi
dilakukan. Bila ada perdarahan pasien diminta menghubungi dokter.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Adamson WJ et al, 2005, Anemia and Polycythemia in Harrison’s Principles of
Internal Medicine 16th edition ; NewYork : McGraw Hill.
2. Supandiman I dan Fadjari H, 2006, Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV ; Jakarta : FKUI
3. Kuipers E, Blaser MJ. Acid peptic disease. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil
Medicine. 24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 141.
4. Lee EL, Feldman M. Gastritis and gastropathies. In: Feldman M, Friedman LS,
Brandt LJ, eds. Sleisenger and Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 9th
ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2010:chap 51.
5. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi Gastrointestinal. Jilid I. Jakarta: Salemba
Medika;2008.hlm. 51-52.69-72.

24

Anda mungkin juga menyukai