PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Pasien pada kasus ini adalah seorang anak laki-laki AP, usia 1 tahun 4 bulan,
tinggal di Tegalharjo RT 1 RW 5 Pati. Masuk RSUP dr. Kariadi Semarang (RSDK)
tanggal 5 September 2018 dan meninggal tanggal 14 September 2018.
Berdasarkan anmnesis dan catatan medis No C711458 didapatkan keterangan
bahwa anak dirujuk ke RSDK dengan keluhan sesak dan biru berulang sejak 7 hari
sebelumnya, dibawa ke RS Tlogorejo anak tidak sadar, dikatakan mengalami spell,
dirawat di ruang ICCU dan terpasang alat ventilator selama 3 hari, sesak berkurang
anak dipindahkan ke bangsal selama 2 hari, saat perawatan di bangsal anak sesak
dan biru berulang. Anak dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi untuk mendapat
penatalaksanaan lebih lanjut.
Anak terdiagnosa PJB sejak Agustus 2018, telah dilakukan echocardiografi
13/8 di RS KSH Pati dengan hasil VSD L-R shunt.
Riwayat perinatal, bayi lahir dari Ibu G1P0A0, usia tahun, hamil aterm,
riwayat ANC (+) di SpOG 1x dan Bidan 4x, riwayat antenatal bleeding (-), riwayat
penyakit selama kehamilan DM (-), hipertensi (-). Bayi lahir secara , Bayi lahir
langsung menangis, apgar score tidak ada data, berat lahir gram, panjang badan
lahir cm. Air ketuban dan plasenta tidak ada data. Usia beberapa hari anak tampak
biru, riwayat menetek terputus (-), riwayat berkeringat saat menetek (-), berat badan
sulit naik, anak sering tampak biru terutama saat menangis dan menetek.
Riwayat penyakit keluarga, tidak ada keluarga dengan penyakit jantung
bawaan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak usia 1 tahun 4 bulan dengan keadaan
umum kesadaran somnolen, sianosis (+). Frekuensi denyut jantung 160 kali per
menit, laju napas 24 kali per menit, suhu 370 C (aksiler), tekanan darah 90/66
mmHg, nadi reguler dengan isi dan tegangan cukup, saturasi oksigen 70%. Berat
badan gram, panjang badan cm. Mata tidak tampak konjungtiva anemis maupun
cowong. Tidak didapatkan nafas cuping. Mulut sianosis (+), pemeriksaan dada
simetris, retraksi (+), bunyi jantung didapatkan bising ejeksi sistolik grade III/6
pungtum maksimum di SIC II-III line parasternal sinistra, thrill (-), gallop (-), suara
3
dasar paru vesikuler dan tidak didapatkan ronkhi dan hantaran. Abdomen tampak
supel, bising usus (+) normal. Hepar dan lien tidak teraba. Pada ektremitas
didapatkan akral hangat (+), sianosis (+), clubbing finger (+).
Pemeriksaan penunjang laboratorium darah tanggal 5 September 2018
didapatkan Hb 11.2 g/dL, Ht 43.8%, eritrosit 6.44 juta/mm3, MCH 17.4 pg, MCV
68 fL, MCHC 25.6 g/dL, lekosit 15.500/mm3, trombosit 193.000/mm3.
Pemeriksaan kimia klinik glukosa sewaktu 70mg/dL, natrium 144 mmol/L, kalium
4.6 mmol/L, chlorida 106 mmol/L, calcium 1.8 mmol/L, ureum 11 mg/dL,
kreatinin 0.2 mg/dL. Hasil analisis gas darah didapatkan pH: 7.432; FiO2:
28.0; pO2: 159.3 mmHg; HCO3-: 6.4 mmol/L; pCO2: 9.5; pH (T) : 7.451; pCO2
(T): 9.0; pO2 (T): 152; BEecf: -18.1; BE(B): -13.4 mmol/L; SaO2: 99.6%;
AaDO2: 37.0; RI 0.2. Pemeriksaan EKG didapatkan gambaran irama sinus, right
axis deviation, right ventrikel hipertrofi. Kultur darah 7 September 2018 didapatkan
kuman Staphylococcus haemolyticus, kultur urin 7 September 2018 didapatkan
kuman Serratia marcescens 100.000 cfu/ml. Pemeriksaan echocardiografi tanggal
13 September 2018 didapatkan hasil situs solitus, AV-VA concordance, ruang
jantung balans, PFO (+), VSD (+), PS infundibular dengan maximal PG 70mmhg,
katup normal, PDA (-), CoA (-), MPA < AO, RPA dan LPA konfluens dengan
kesimpulan TOF.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, pasien didiagnosis dengan observasi sianotik spell berulang, TOF,
alkalosis metabolik terkompensasi respiratorik, Sepsis (Staphylococcus
haemolyticus), imbalance elektrolit.
Penatalaksanaan di UGD, dilakukan stabilisasi airway, breathing dan
circulation.
Hasil jawaban konsul ERIA dengan kesan observasi sianotik spell berulang,
susp. PJB sianotik dd/ TOF tanpa gagal jantung diberikan saran drip Morfin
10mcg/kgbb/jam, jika spell bolus morfin 0.1mg/kgbb, dan rawat di HCU. Hasil
jawaban konsul kardiologi : TOF suspected, sianotik spell diberikan saran
echocardiografi, jika spell knee chest position, bolus morfin 0,1 mg/kg.
4
BAB III
PEMBAHASAN
I. Definisi
Tetralogi Fallot adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang
terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian
infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel). Sebagai
konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut:1,3
- Defek Septum Ventrikel (VSD)
Yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel. VSD pada TOF
biasanya besar dan berada pada posisi subaortik, tapi kadang meluas ke
subpulmonik apabila septum infudibulumnya tidak ada. Katup pulmonal
hampir selalu terlibat dalam obstruksi; daun katup menebal dan melekat ke
dinding arteri pulmonalis.
- Stenosis pulmonal
Terjadi karena penyempitan katup pembuluh darah yang keluar dari
ventrikel kanan menuju paru, bagian otot di bawah katup juga menebal
dan menimbulkan penyempitan.
- Overriding Aorta
Terjadi akibat pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkangi sekat ventrikel, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
ventrikel kanan.
- Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
Terjadi karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis
pulmonal.
tahun akan lahir 4,5 juta bayi dan 45.000 diantaranya menyandang penyakit
jantung bawaan mulai dari ringan sampai berat. Sebagian besar kasus PJB
tidak diketahui sebabnya.3
Tetralogi of Fallot merupakan jenis penyakit jantung bawaan
tersering. Sekitar 3-5% bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan
menderita jenis Tetralogi of Fallot. Di Amerika Serikat, sekitar 10% kasus
penyakit jantung kongenital adalah Tetralogi of Fallot, sedikit lebih banyak
pada laki-laki dibandingkan perempuan.4
Seiring dengan meningkatnya angka kelahiran di Indonesia, jumlah
bayi yang lahir dengan penyakit jantung juga meningkat. Dua per tiga kasus
penyakit jantung bawaan di Indonesia memperlihatkan gejala pada masa
neonatus. Sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung bawaan yang
memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan pertama
usianya jika tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien Tetralogi of
Fallot yang tidak diterapi akan meninggal dalam 1 tahun pertama
kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai
usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun.
Tetralogi of Fallot (TOF) mewakili sekitar 10% dari kasus penyakit
jantung bawaan (PJB), terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran,
dan merupakan penyebab paling umum dari penyakit jantung congenital.
Gangguan ini menyumbang sepertiga dari semua penyakit jantung
congenital pada pasien yang lebih muda dari 15 tahun. Dalam kebanyakan
kasus, Tetralogi Fallot sporadis dan non familial. Insiden pada saudara
kandung dari orangtua yang terkena 1-5%, dan itu terjadi lebih sering pada
laki-laki daripada perempuan. Kelainan ini berhubungan dengan anomali
extracardiac seperti bibir sumbing dan langit-langit, hipospadia, dan
kelainan skeletal dan kraniofasial. Penelitian genetik menunjukkan bahwa
pada beberapa pasien dengan tetralogy of Fallot, mungkin ada penghapusan
kromosom 22q11.2 dan perubahan salinan submicroscopic lainnya.1,2
Tetralogi of Fallot menyumbang 4% dari semua kelainan
kongenital. Prevalensi kelahiran Tetralogi of Fallot telah dilaporkan 0,4 per
6
Gambar 1 : ( A) Sirkulasi aliran darah jantung normal (B) Sirkulasi aliran darah
pada jantung penderita Tetralogy Of Fallot. (Dikutip dari kepustakaan 9).
V. Diagnosis
pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Penampilan
klinis yang paling utama pada TGA dengan IVS adalah sianosis sejak lahir
dan kelangsungan hidupnya sangat tergantung pada terbukanya PDA.
Pada proyeksi PA jantung tampak membesar dengan bentuk oval
atau seperti telur. Apex jantung menuju ke bawah. Bagian atas dari jantung
(basis) umumnya sempit. Pembuluh darah paru-paru melebar baik vena
maupun arteri. Bila di samping transposisi ini ada stenosis pada arteri
pulmonalis maka gambaran pembuluh darah paru menjadi berkurang.
Seringkali gambaran jantung ini mirip sekali dengan gambaran jantung pada
Tetralogi Fallot.(18)
a b
Gambar 10 : Gambaran foto thoraks pada kasus TGA. Keterangan : A.
Jantung membesar dengan “pedicle” sempit disebut gambaran “egg on a string”.
Mediastinum superior tampak sempit karena hubungan antero-posterior dari
transposisi arteri besar dan thymus yang tidak tampak secara radiologis. B. RAO:
tampak mediastinum superior melebar karena hubungan anteroposterior dari
aorta dan arteri pulmonalis. (Dikutip dari kepustakaan 18 )
VII. Komplikasi
A. Abces Serebri
Tetralogi of Fallot yang tidak dioperasi merupakan faktor
predisposisi penting abses serebri. Kejadian abses serebri berkisar antara 5-
18,7% pada penderita ToF, sering pada anak di atas usia 2 tahun. Beberapa
pathogen penyebabnya antara lain Streptococcus milleri, Staphylococcus,
dan Haemophilus. Tetralogi of Fallot bisa menyebabkan abses serebri
22
C. Endokarditis
Kejadian endokarditis paling sering ditemukan pada ToF di antara
semua penyakit jantung bawaan sianotik. Penyebab tersering adalah
streptokokus. Beberapa hal dapat berkaitan dengan terjadinya endokarditis
pada Tetralogy of Fallot. Faktor pertama yang penting adalah struktur
abnormal jantung atau pembuluh darah dengan perbedaan tekanan atau
turbulensi bermakna yang menyebabkan kerusakan endotel, yaitu mikrolesi
pada endokardium, dan pembentukan platelet, fibrin, trombus. Faktor kedua
adalah bakteremia. Bakteremia dapat terjadi karena mikroorganisme di
dalam darah menempel pada mikrolesi sehingga menimbulkan proses
peradangan selaput endokardium. Gejala klinis endokarditis bervariasi.
Demam pada endokarditis biasanya tidak terlalu tinggi dan lebih dari satu
minggu. Anoreksia, malaise, artralgia, nyeri dada, gagal jantung,
splenomegali, petekie, nodul Osler, Roth spot, lesi Janeway, dan splinter
hemorrhage dapat dijumpai. Diagnosis pasti ditegakkan dengan kultur
darah yang positif atau terdapat vegetasi pada ekokardiografi.(5)
D. Polisitemia dan Sindrom Visikositas
Polisitemia pada ToF terjadi akibat hipoksemi kronik karena pirau
kanan ke kiri. Hal ini merupakan respons fi siologis tubuh untuk
meningkatkan kemampuan membawa oksigen dengan cara menstimulasi
sumsum tulang melalui pelepasan eritropoetin ginjal guna meningkatkan
produksi jumlah sel darah merah (eritrositosis). Awalnya, polisitemia
menguntungkan penderita Tetralogy of Fallot, namun bila hematokrit makin
tinggi, viskositas darah akan meningkat yang dapat mengakibatkan perfusi
oksigen berkurang sehingga pengangkutan total oksigen pun berkurang,
akibatnya dapat meningkatkan risiko venooklusi. Gejala hiperviskositas
akan muncul jika kadar hematokrit ≥65% berupa nyeri kepala, nyeri sendi,
nyeri dada, iritabel, anoreksia, dan dispnea.(5)
VIII. Penataklasanaan
Penderita baru dengan kemungkinan tetralogi Fallot dapat dirawat jalan
bilamana termasuk derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun dispneu berat.
24
Penderita perlu dirawat inap, bila termasuk derajat IV dengan sianosis atau
dispneu.
Tatalaksana penderita rawat inap
a. Mengatasi kegawatan yang ada.
b. Oksigenasi yang cukup.
c. Tindakan konservatif.
d. Tindakan bedah (rujukan) :
Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi
total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas.
(derajat III dan IV)
Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
e. Tatalaksana radang paru kalau ada.
f. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis.
g. Tatalaksana rawat jalan
i. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.(18)
IX. Prognosis
Prognosis cukup baik pada yang dioperasi usia anak-anak. Prognosis jangka
panjang kurang baik bila :
Di operasi pada usia dewasa yang sudah terjadi gangguan fungsi ventrikel
kiri akibat hipoksia yang lama
Pasca bedah dengan residual PI berat sehingga terjadi gagal ventrikel
kanan.(18)
Dari demikian banyak bayi lahir setiap tahun yang menyandang PJB
sebagian akan meninggal sebelum mencapai usia kurang dari 1 tahun karena
kelainan yang berat dan tidak sempat memperoleh pelayanan memadai.
Sebagian lagi dapat bertahan hidup karena kelainan jantung yang tergolong
ringan . Namun ada juga jenis yang berat bahkan kompleks sehingga harus
mendapat obat-obatan untuk kemudian dikoreksi dengan tindakan operasi.
25
BAB IV
KESIMPULAN
26
BAGAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Colan SD. Tetralogy Of Fallot. In: Keane JF, Lock JE, Fyler DC, eds.
Nadas’ Pediatric Cardiology. 2nd ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2006:559-579.
2. Park MK. Tetralogy Of Fallot. In: Park MK, ed. Pediatric Cardiology for
Practitioners. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Health Sciences; 2014:378-
389.
3. Downing TE, Kim YY. Tetralogy of Fallot General Principles of
Management. Cardiol Clin. 2015. doi:10.1016/j.ccl.2015.07.002.
4. Alassal MA, Ibrahim BM, Elrakhawy HM, et al. Total Correction of
Tetralogy of Fallot at Early Age : A Study of 183 Cases. Hear Lung Circ.
2017. doi:10.1016/j.hlc.2017.02.036.