Anda di halaman 1dari 33

Visum Et Repertum

Disusun oleh

Muhammad Hafidzul, S.Ked


Novaldo Yudha Shena, S.Ked
Rhadila Anjani, S.Ked
Ria Sulistiawati, S.Ked Preseptor :
Rini Novita Sari, S.Ked dr. jims Ferdinan Possible, M.KedFor, Sp.For

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
Definisi

Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter,


berisi temuan dan pendapat berdasarkan keilmuanya tentang hasil
pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia, baik
yang hidup maupun mati, atas permintaan tertulis ( resmi) dari penyidik
yang berwenang yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah,
untuk kepentingan peradilan.
(sumber: Safitry, 2016)
Dasar Hukum Visum Et
Repertum

Lembaran Negara “Staadblads” No 350/1937 pasal 1 dan 2


1. Visa reperta dari dokter-dokter yang di buat atas sumpah jabatan
yang diikrarkan pada waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di
negeri Belanda atau di Indonesia, atau atas sumpah khusus sebagai
dimaksud dalam pasal 2, mempunyai daya bukti dalam perkara-
perkara pidana, sejauh itu mengandung keterangan tentang yang
dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksa.

2. Dokter-dokter yang tidak mengikrarkan sumpah jabatan di negri


Belanda maupun di Indonesia, sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 1, boleh mengikrarkan sumpah (janji) sebagai berikut:
sedangkan bunyi sumpah dokter yang di maksud dalam pasal 1
diatas, adalah lafal sumpah seperti pada Staad blads 1882 No 97,
pasal 38 (berlaku hingga 2 juni 1960)
a. Pasal 133 KUHAP ayat 1 b. Pasal 133 KUHAP ayat 2

Dalam hal penyidik untuk kepentingan Permintaan keterangan ahli


peradilan menangani korban baik luka, sebagaimana dimaksud dalam
keracunan ataupun mati yang diduga ayat (1) dilakukan tertulis, yang
merupakan peristiwa yang merupakan dalam surat itu disebutkan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan dengan tegas untuk pemeriksaan
permintaan keterangan ahli kepada ahli luka atau pemeriksaan mayat
kedokteran kehakiman atau dokter dan dan atau pemeriksaan bedah
atau ahli lainnya. mayat.
Instruksi Kapolri No : Ins/E/20/IX/75 Tentang Tata
Cara Permohonan/Pencabutan Visum et Repertum
c. Pasal 184 KUHAP
1. Mengadakan peningkatan penertiban
Alat bukti yang sah adalah: peermintaan/pencabutan Visum Et Repertum kepada
1. Keterangan saksi Dokter/ahli kedokteran kehakiman.
2. Keterangan ahli 2. Dalam pengiriman seorang luka atau mayat ke Rumah
3. Surat Sakit untuk diperiksa, yang berarti pula meminta VeR,
4. Petunjuk maka jangan dilupakan bersama-sama korban atau
5. Keterangan terdakwa mayat tadi mengajukan sekali permintaan tertulis
untuk mendapatkan VeR.
3. Dalam hal seorang yang menderita luka tadi akhirnya
meninggal dunia, maka harus segera mengajukan surat
susulan untuk meminta VeR. Dengan VeR atas mayat,
berarti mayat harus dibedah. Sama sekali tidak
dibenarkan mengajukan permintaan VeR atas mayat
berdasarkan permintaan luar.
4. Untuk kepentingan di Pengadilan dan mencegah kekeliruan dalam pengiriman
seorang mayat harus selalu diberi label clan segel pada ibu jari kaki mayat. Pada
label itu harus jelas disebut nama, jenis kelamin, umur, bangsa, suku, agama, asal,
tempat tinggal dan tanda tangan petugas POLRI yang mengumumankannya.
5. Tidak dibenarkan mengajukan permintaan VeR tentang keadaan korban atau mayat
yang telah lampau, yaitu keadaan sebelum permintaan VeR di ajukan kepada dokter
mengingat rahasia jabatan.
6. Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan VeR bedah mayat, maka
adalah kewajiban petugas POLRI cq Pemeriksa untuk secara persuasif memberikan
penjelasan perlu dan pentingnya autopsi, untuk kepentingan penyidikan, kalua perlu
bahkan ditegakkannya pasal 222 KUHP.
7. Pada dasarnya penarikan/ pencabutan kembali VeR tidak dapat dibenarkan. Bila
terpaksa VeR yang sudah diminta harus diadakan pencabutan/penarikan kembali,
maka hal tersebut hanya diberikan oleh Komandan Kesatuan paling rendah tingkat
Komres dan untuk kota besar hanya oleh DAN TABES. Wewenang
penarikan/pencabutan kembali VeR tidak dapat dilimpahkan pada Pejabat/petugas
bawahan
8. Untuk menghindari kesalahpahaman, perlu dokter yang memeriksa mayat diberikan
keterangan lisan tentang kejadian yang berhubungan dengan matinya 1 korban
tersebut. Petugas cq Pemeriksa wajib datang menyaksikan dan mengikuti jalannya
pemeriksaan mayat/autopsi yang dilakukan oleh Dokter.
9. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada waktu Dokter melakukan
autopsi, pengamanan perlu dilakukan oleh POLRI setempat.
10. Dalam hal orang yang luka atau mayat itu seorang ABRI maka untuk meminta VeR
hendaknya menghubungi Polisi Militer setempat atau Kesatuan si korban Intruksi ini
berlaku sejak tanggal dilakukan dan supaya dilaksanakan sebaik-baiknya dengan
penuh tanggung jawab.
A. Berdasarkan waktu permintaan
- Sewaktu
- Sementara
- Lanjutan
B.Berdasarkan
D. Berdasarkan teknik/cara
peristiwa: pemeriksaan :
Perlukaan Pemeriksaan luar
Keracunan Klasifikasi Pemeriksaan
Kesusilaan VeR autopsi atau bedah
Psikiatri mayat

C. Berdasarkan kondisi tubuh


Korban hidup
Korban mati
Surat
Surat
permintaan permintaan
VeR Hidup VeR jenazah
VeR Jenazah
VeR Orang hidup,
perlukaan, seketika
VeR Kesusilaan
Contoh VeR
Psikiatri
• a. Berdasarkan peristiwa

• 1. Visum Et Repertum Perlukaan

Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah


untuk mengetahui penyebab luka / sakit dan derajat parahnya.

Derajat kualifikasi luka :

A. Derajat B. Derajat
C. Derajat kualifikasi
kualifikasi Luka kualifikasi Luka
Luka berat
Ringan sedang
A) Derajat kualifikasi Luka Ringan

Yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk


menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian (sesuai KUHAP
Pasal 352)
B) Derajat kualifikasi Luka Sedang

Mendapatkan luka / menimbulkan penyakit / halangan dalam melakukan


pekerjaan jabatan / pencarian tetapi hanya untuk sementara waktu (Sumber
: ilmu kedokteran forensik dan medikolegal )
C) Derajat kualifikasi Luka Berat

KUHP pasal 90 telah memberikan batasan


tentang luka berat yaitu :
• Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak
memberi harapan akan sembuh sama sekali,
atau yang menimbulkan bahaya maut
• Tidak mampu terus menerus untuk
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian,
• Kehilangan salah satu panca indera,
• medapat cacat berat,
• Menderita sakit lumpuh
• terganggunya daya pikir selama ≥4 minggu,
• gugur atau matinya kandungan seorang
perempuan
Deskripsi luka

Deskripsi luka harus seobjektif mungkin di kolom beritaan, meliputi:

1. Jumlah Luka
2. Jenis Luka
3. Lokasi Luka
4. Bentuk luka
5. Warna Luka
6. Ukuran luka
7. Ordinat luka
8. Karakteristik luka (jembatan jaringan, kelim tembakan, tepi
dan tebing luka,dan lain lain)
9. Hal hal lain yang perlu ditambahkan Seperti butiran pasir,
tanah, jarak tembakan, dan lain lain
2. Visum Et Repertum Kejahatan Susila

Kejahatan Seksual di Indonesia Meliputi :

a. Peristiwa perkosaan.
b. Peristiwa percabulan.
c. Peristiwa KDRT.
d. Peristiwa perselingkuhan.
e. Peristiwa Pernikahan dini / menikah dibawah umur.
3. Visum Et Repertum jenazah

Harus dibuat berdasarkan hasil autopsi


lengkap. Jenazah yang akan diminta VeR
harus diberikan label yang memuat
identitas mayat dan diberikan cap jabatan,
yang diikat pada ibu jari kaki/ bagian tubuh
lainnya.
4. Visum Et Repertum Psikiatri

Menurut peremenkes no.1993/Kdj/U/70 tentang perawatan penderita penyakit


jiwa pasal 15 ayat 2 membedakan ahli jiwa menjadi 2 macam yaitu:
1. Keterangan dokter
2. VeR psikiatri
VeR pskiatri diperuntukan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana,
bukan lagi korban sebagai visum et repertum lainnya.
Selain itu visum et revertum psikiatri menguraikan segala kejiwaan manusia,
bukan segi fisik atau raga manusia. Oleh karna VeR psikiatri menyangkut
masalah dapat dipidana atau tidaknya lebih baik perbuatan akibat VeR ini
hanya dokter spesialis psikiatri yang bekerja dirumah sakit jiwa atau rumah
sakit umum
b. Berdasarkan waktu permintaan
1. VeR Seketika
Diberikan bila korban setelah diperiksa/
diobati, tidak terhalang menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencarian.
3. VeR lanjutan: diberikan apabila
2. VeR sementara setelah dirawat atau observasi,
ternyata:
Diberikan apabila setelah diperiksa,
ternyata: • Korban sembuh
• Korban perlu dirawat atau • Korban belum sembuh, pindah
observasi Rumah Sakit/dr lain
• Korban terhalang menjalankan • Korban belum sembuh, kemudian
pekerjaan jabatan atau mata pulang paksa atau melarikan diri
pencarian • Korban meninggal dunia
Format Visum Et Revertum

1. Projustitia

Kata ini menjelaskan bahwa VeR


khusus dibuat untuk tujuan
peradilan, serta pengganti materai.
Menurut KUHP pasal 184.
2. Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisi informasi :


1. Identitas pemeriksa (tim kedokteran
forensik)
2. Identitas nama penyidik (sektor kepolisian)
3. Identitas surat permintaan
4. Saat atau waktu dan tempat pemeriksaan
5. Identitas korban/ barang bukti
3. pemberitaan

Berisi hasil pemeriksaan medik tentang


keadaan kesehatan / sakit/luka korban
yang berkaitan dengan perkaranya,
tindakan medik yang dilakukan serta
keadaannya.
4. kesimpulan

Berisi pendapat dokter berdasarkan


keilmuannya mengenai jenis
perlukaan/ cedera yang ditemukan dan
jenis kekerasan/ zat penyebabnya serta
derajat perlukaan/ sebab kematian.
5. Penutup

Bagian ini tidak berjudul dan


berisikan kalimat baku “Demikianlah
VeR ini saya buat dengan
sesungguhnya berdasarkan keilmuan
saya dan dengan mengingat sumpah
sesuai dengan kitab KUHP
Tata Cara Penulisan VeR
1. Diketik diatas kertas dengan kepala surat sesuai instansi pemeriksa
2. Diberi nomor sesuai dengan tata cara penomoran di instansi
pemeriksaan.

3. Diberi tanggal sesuai pembuatan Visum di ketik


4. Diketik 1 spasi, rata kiri dan kanan
5. Digunakan huruf yang resmi

6. Apabila lebih dari satu halaman maka dilakukan hal sebagai berikut
a. Mencantumkan 3 kata pertama dari halaman berikutnya dibagian
kanan bawah
b. Setiap lembar diberi nomor visum
c. Mencantumkan nomor halaman dan jumlah total halaman
Kesimpulan

VeR merupakan keterangan resmi dari dokter mengenai


hasil pemeriksaan medik terhadap manusia hidup/mati,
juga sebagai pembuktian yang sah dimata hukum dan
diatur oleh negara.
Daftar Pustaka

1. Safitri, o. 2016. visum et revertum : mudah membuat visum et revertum


kasus luka edisi 3 Jakarta : isbn. Hal 2 – 13,
2. Idries, a.m 1997.luka dan kekerasan: pedoman ilmu kedokteran forensik
edisi ke 1 halaman 86-90.
3. Gani, m.h. 2001.visum et revertum: ilmu kedokteran forensik. Halaman 1-
25.
4. heodianto.2010.visum et revertum: ilmu kedokteran forensik dan
medikolegal halaman 246-260.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai