Anda di halaman 1dari 9

Skenario 1.

Cintamu tak selembut salju


Seorang perempuan berusia 21 tahun diantar sepupunya ke IGD RS ingin
meminta visum et repertum. Pasien mengalami lebam pada bagian kepala disertai
luka lecet pada anggota gerak. Jejas tersebut didapatkan pada saat disiksa oleh
suami karena pertengkaran.
Dokter menjelaskan kepada pasien prosedur pembuatan VeR berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku. Pasien memahami kemudian segera menuju
kantor polisi. Setelah syarat terpenuhi, dokter memeriksa pasien dan membuat
VeR sesuai dengan kaidah penulisan VeR. Hasil pemeriksaan fisik seperti pada
gambar.

STEP 1
1. IGD : Pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mengurangi risiko kematian atau cacat.1
2. Visum et Repertum : Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan tertulis resmi dari penyidik yang berwenang mengenai fakta
temuan hasil pemeriksaan medik dan pendapat terhadap manusia, baik
korban hidup atau korban mati ataupun bagian atau diduga bagian dari
tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk
kepentingan peradilan.2
3. Lecet : Abraded Wound, terjadi kerusakan yang mengenai lapisan
epidermis akibat kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan
kasar, sehingga epidermis menjadi tipis dan sebagian atau seluruh
lapisannya hilang.2
4. Lebam : Contusion Wound, terjadi kerusakan jaringan subkutan sehingga
pembuluh-pembuluh darah rusak dan pecah meresap ke jaringan
sekitarnya.2

STEP 2
1. Bagaimana pembuatan VeR berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku?
2. Syarat apa saja agar VeR terpenuhi?
3. Syarat apa saja agar VeR terpenuhi?
4. Bagaimana kaidah penulisan VeR?
5. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter?

STEP 3
1. Bagaimana pembuatan VeR berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku?
Prosedur Permintaan Visum Et Repertum Berdasarkan instruksi kepala kepolisian
RI nomor Pol.Ins/E/20/20/IX/75 tentang tata cara permohonan dan pencabutan
visum et repertum disebutkan :
a. Permintaan visum et repertum
1) Permintaan visum et repertum dibuat secara tertulis dengan mengisi
blangko-blangko atau formulir yang telah disediakan diisi sesuai keadaan
korban dan tindak pidana yang sedang dihadapi. Pengisian formulir
dilakukan secara jelas atau tugas (pemeriksaan luar atau dalam keduanya)
dan dilengkapi dengan keadaan pada saat ditemukan.
2) Surat permintaan visum et repertum dikeluarkan dan ditandatangani oleh
pejabat tertentu dan kepala kepolisian militer yang pada dasarnya adalah
pejabat yang berwenang mengeluarkan dan menandatangani surat
pengadilan, surat perintah penangkapan, penahanan untuk korban mati
dan pada bagian-bagian spesialis sesuai keadaan yang diderita si korban
(korban perkosaan ke bagian bidan, korban lalu lintas ke bagian bedah).
3) Permintaan visum et repertumterhadap korban WNA, dilakukan
sama terhadap WNI, guna pemberitahua kepada kedutaan atau
perwakilan Negara dari korban.
4) Permintaan visum et repertum dikirim dalam waktu 2x24 jam sejak
terjadinya peristiwa sampai hasil pemeriksaan ditemukan/diperoleh
dokter (ahli kedokteran kehakiman diperoleh data yang lebih
objektif dan sehubungan tersangka dalam waktu 2x24 jam harus
sudah diperiksa.
b. Pencabutan /pembatalan permintaan visum et repertum
Pada dasarnya pencabutan permintaan visum et repertum tidak dapat
dibenarkan karena melanggar UU pasal 222 KUHP berisi barangsiapa
dengan sungguh sengaja mencegah, menghalang-halangi, merintangi
atau menggalkan pemeriksaan mayat forensic, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah2,3

2. Jenis VeR
VER merupakan hasil pemeriksaan ahli dalam ini dokter yang dapat
dijadikan sebagai alat bukti untuk kepentingan peradilan:
a. VER untuk orang hidup yang terdiri dari:
1) VER biasa. VER ini diberikan kepada pihak peminta (penyidik)
untuk korban yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
2) VER sementara. VER sementara diberikan apabila korban
memerlukan perawatan lebih lanjut karena belum dapat membuat
diagnosis dan derajat lukanya. Apabila sembuh dibuatkan VER
lanjutan.
3) VER lanjutan. Dalam hal ini korban tidak memerlukan perawatan
lebih lanjut karena sudah sembuh, pindah dirawat dokter lain, atau
meninggal dunia.
b. VER untuk orang mati (jenazah). Pada pembuatan VER ini, dalam hal
korban mati maka penyidik mengajukan permintaan tertulis kepada
pihak Kedokteran Forensik untuk dilakukan bedah mayat (outopsi).
c. VER Tempat Kejadian Perkara (TKP). Visum ini dibuat setelah dokter
selesai melaksanakan pemeriksaan di TKP.
d. VER penggalian jenazah. Visum ini dibuat setelah dokter selesai
melaksanakan penggalian jenazah.
e. VER psikiatri yaitu visum pada terdakwa yang pada saat pemeriksaan
di sidang pengadilan menunjukkan gejala-gejala penyakit jiwa.
f. VER barang bukti, misalnya visum terhadap barang bukti yang
ditemukan yang ada hubungannya dengan tindak pidana, contohnya
darah, bercak mani, selongsong peluru, pisau.3
3. Syarat apa saja agar VeR terpenuhi?
a. Pro Justitia.
b. Pendahuluan: tempat pemeriksaan, waktu pemeriksaan, data subjek
yang diperiksa, data peminta pemeriksaan, data dokter pemeriksa.
c. Pemberitaan: anamnesis, tanda vital, luka (lokasi, jenis, karakteristik,
dan ukuran), pengobatan atau perawatan yang diberikan, hasil
pengobatan.
d. Kesimpulan: jenis luka, jenis kekerasan, kualifikasi luka.
e. Penutup.4
4. Bagaimana kaidah penulisan VeR?
Tahapan-tahapan dalam pembuatan visum et repertum :
a. Penerimaan korban yang dikirim oleh Penyidik.
Yang berperan dalam kegiatan ini adalah dokter, mulai dokter umum
sampai dokter spesialis yang pengaturannya mengacu pada Standar
Prosedur Operasional (SPO). Yang diutamakan pada kegiatan ini
adalah penanganan kesehatannya dulu, bila kondisi telah
memungkinkan barulah ditangani aspek medikolegalnya. Tidak
tertutup kemungkinan bahwa terhadap korban dalam penanganan
medis melibatkan berbagai disiplin spesialis.5
b. Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/visum et revertum
Adanya surat permintaan keterangan ahli/visum et repertum
merupakan hal yang penting untuk dibuatnya visum et repertum
tersebut. Dokter sebagai penanggung jawab pemeriksaan medikolegal
harus meneliti adanya surat permintaan tersebut sesuai ketentuan yang
berlaku.5
c. Pemeriksaan korban secara medis
Tahap ini dikerjakan oleh dokter dengan menggunakan ilmu forensik
yang telah dipelajarinya. Pengetikan surat keterangan ahli/visum et
repertum Pengetikan berkas keterangan ahli/visum et repertum oleh
petugas administrasi memerlukan perhatian dalam bentuk/formatnya
karena ditujukan untuk kepentingan peradilan. Misalnya penutupan
setiap akhir alinea dengan garis, untuk mencegah penambahan kata-
kata tertentu oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.5
d. Penandatanganan surat keterangan ahli / visum et repertum
Undang-undang menentukan bahwa yang berhak menandatanganinya
adalah dokter. Setiap lembar berkas keterangan ahli harus diberi paraf
oleh dokter. Sering terjadi bahwa surat permintaan visum dari pihak
penyidik datang terlambat, sedangkan dokter yang menangani telah
tidak bertugas di sarana kesehatan itu lagi. Dalam hal ini sering timbul
keraguan tentang siapa yang harus menandatangani visum et repertun
korban hidup tersebut. Hal yang sama juga terjadi bila korban
ditangani beberapa dokter sekaligus sesuai dengan kondisi penyakitnya
yang kompleks.5
e. Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksa
Benda bukti yang telah selesai diperiksa hanya boleh diserahkan pada
penyidik saja dengan menggunakan berita acara.5
f. Penyerahan surat keterangan ahli/visum et repertum.
Surat keterangan ahli/visum et repertum juga hanya boleh diserahkan
pada pihak penyidik yang memintanya saja. Dapat terjadi dua instansi
penyidikan sekaligus meminta surat visum et repertum. Penasehat
hukum tersangka tidak diberi kewenangan untuk meminta visum et
repertum kepada dokter, demikian pula tidak boleh meminta salinan
visum et repertum langsung dari dokter. Penasehat hukum tersangka
dapat meminta salinan visum et repertum dari penyidik atau dari
pengadilan pada masa menjelang persidangan.5

5. Kaidah penulisan Visum Et Repertum


a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa
b. Bernomor dan bertanggal
c. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau
tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu
mendeskripsikan temuan pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum.
Apabila ada lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik
POLRI dan penyidik POM, dan keduanya berwenang untuk itu,
maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et repertum
masing-masing asli.
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada
umumnya, dan disimpan sebaiknya hingga 20 tahun.
6. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
a. Anamnesis
Anamnesis mencakup tentang keluhan utama, bagaimana peristiwa
tersebut terjadi, maupun riwayat penyakit sebelumnya yang pernah
diderita. Apabila korban dalam keadaan tidak sadar dapat dilakukan
alloanamnesis. Semua anamnesis dicatat dengan lengkap dan benar
dalam berkas rekam medis. Meskipun demikian penarikan kesimpulan
hasil anamnesis harus dilakukan dengan hati-hati. Hasil anamnesis
yang tidak berhubungan dengan tindak pidana tidak perlu dituliskan
dalam visum et repertum.5
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan ini meliputi keadaan umum, tingkat kesadaran, frekuensi
nafas, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu. Tanda-tanda vital perlu
dituliskan nantinya pada visum et repertum apabila dokter
menganggap bahwa hasil pemeriksaan tersebut penting untuk
menggambarkan keadaan penderita sehubungan dengan tindak
kekerasan yang dialaminya.5
c. Deskripsi luka
Luka-luka yang ditemukan harus dideskripsikan dengan jelas, lengkap
dan baik, hal ini penting untuk mengetahui jenis kekerasan yang telah
dialami oleh korban. Bila perlu gunakan gambar dan dimasukkan
dalam berkas rekam medis. Deskripsikan luka secara sistematis dengan
urutan sebagai berikut : regio, koordinat, jenis luka, bentuk luka, tepi
luka, dasar luka, keadaan sekitar luka, ukuran luka, jembatan jaringan,
benda asing dan sebagainya.5
d. Pengobatan / perawatan yang diberikan
Tuliskan pemeriksaan penunjang yang dilakukan beserta hasilnya,
terapi / pengobatan serta perawatan yang dilakukan terhadap korban.5

STEP 4
Kejadian penganiayaan

Pelaporan kepada pihak berwenang

Pemenuhan syarat visum et repertum

Pengajuan visum et repertum

Pelaksanaan visum

Pelaporan hasil

STEP 5
1. Macam-macam Visum et Repertum
2. Pemeriksaan Visum et Repertum
3. Status dokter dalam peradilan
DAFTAR PUSTAKA

1. Gustia M, Manurung M. Hubungan ketepatan penilaian triase dengan


tingkat keberhasilan penanganan pasien cedera kepala di IGD RSU HKBP
Balige Kabupaten Toba Samosir. J Jumantik. 2018;3(2):98–114.
2. Tim Penyusun Modul Balai Diklat Kejaksaan R.I. Modul Kedokteran
Forensik. Badan Pendidik dan Pelatih Kejaksa Republik Indones. 2019;
3. Afandi D. Tata Laksana dan Teknik Pembuatan Visum et Repertum. Vol.
2, University of Riau Press. 2017.
4. Trisnadi S. Ruang Lingkup Visum et Repertum sebagai Alat Bukti pada
Peristiwa Pidana yang Mengenai Tubuh Manusia di Rumah Sakit
Bhayangkara Semarang. Sains Med. 2013;2:121–7.
5. Herkutanto. Peningkatan Kualitas Pembuatan Visum et Repertum (VeR)
Kecederaan di Rumah Sakit Melalui Pelatihan Dokter Unit Gawat Darurat
(UGD). Jmpk. 2005;08(03):163–9.

Anda mungkin juga menyukai