Anda di halaman 1dari 4

STEP 7

Imunisasi kelompok khusus dan beresiko

Imunisasi kelompok khusus

a. Imunisasi Meningitis Meningokokus

1) Meningitis meningokokus adalah penyakit akut radang selaput otak


yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.

2) Meningitis merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan


kematian di seluruh dunia. Case fatality rate-nya melebihi 50%, tetapi
dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif, case fatality rate
menjadi 5-15%.

3) Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan profilaksis


untuk orang-orang yang kontak dengan penderita meningitis dan
carrier.

4) Imunisasi Meningitis meningokokus diberikan kepada masyarakat


yang akan melakukan perjalanan ke negara endemis Meningitis
diberikan minimal 30 (tiga puluh) hari sebelum keberangkatan.

5) Bila imunisasi diberikan kurang dari 30 (tiga puluh) hari sejak


keberangkatan ke negara yang endemis Meningitis harus diberikan
profilaksis dengan antimikroba yang sensitif terhadap Neisseria
meningitides.

b. Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning)

1) Demam kuning adalah penyakit infeksi virus akut dengan durasi


pendek masa inkubasi 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) hari dengan
tingkat mortalitas yang bervariasi. Disebabkan oleh virus demam
kuning dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae, vektor perantaranya
adalah nyamuk Aedes aegypti.
2) Icterus sedang kadang ditemukan pada awal penyakit. Setelah
remisi singkat selama beberapa jam hingga 1 (satu) hari, beberapa
kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi yang lebih berat
ditandai dengan gejala perdarahan seperti epistaksis (mimisan),
perdarahan ginggiva, hematemesis (muntah seperti warna air kopi atau
hitam), melena, gagal ginjal dan hati, 20%-50% kasus ikterus berakibat
fatal.

3) Secara keseluruhan mortalitas kasus di kalangan penduduk asli di


daerah endemis sekitar 5% tapi dapat mencapai 20% - 40% pada
wabah tertentu.

4) Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi demam kuning yang


akan memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang akan
melakukan perjalanan berasal dari negara atau ke negara/daerah
endemis demam kuning.

5) Semua orang yang melakukan perjalanan, berasal dari negara atau


ke negara yang dinyatakan endemis demam kuning (data negara
endemis dikeluarkan oleh WHO yang selalu di update) kecuali bayi di
bawah 9 (sembilan) bulan dan ibu hamil trimester pertama harus
diberikan imunisasi demam kuning, dan dibuktikan dengan
International Certificate of Vaccination (ICV).

6) Bagi yang datang atau melewati negara terjangkit demam kuning


harus bisa menunjukkan sertifikat vaksin (ICV) yang masih berlaku
sebagai bukti bahwa mereka telah mendapat imunisasi demam kuning.
Bila ternyata belum bisa menunjukkan ICV (belum diimunisasi), maka
terhadap mereka harus dilakukan isolasi selama 6 (enam) hari,
dilindungi dari gigitan nyamuk sebelum diijinkan melanjutkan
perjalanan mereka. Demikian juga mereka yang surat vaksin demam
kuningnya belum berlaku, diisolasi sampai ICVnya berlaku.

c. Imunisasi Rabies
1) Penyakit anjing gila atau dikenal dengan nama rabies merupakan
suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan
oleh virus rabies yang ditularkan oleh anjing, kucing dan kera.

2) Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan dan
manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan
timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan
dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya.
Vaksin rabies dapat mencegah kematian pada manusia bila diberikan
secara dini pasca gigitan.

Imunisasi kelompok beresiko

a. Anak yang pernah mendapat reaksi vaksinasi yang tidak diinginkan


harus segera dilaporkan kepada Pokja KIPI daerah untuk penanganan
segera dan Pokja KIPI pusat dengan mempergunakan formulir pelaporan
yang telah tersedia.

b. Bayi berat lahir rendah. Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi


kurang bulan sama dengan bayi cukup bulan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah (1) titer imunitas pasif melalui
transmisi maternal lebih rendah daripada bayi cukup bulan, (2) apabila
berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram), imunisasi ditunda dan
diberikan apabila bayi telah mencapai berat 2000 gram atau bayi berumur
2 bulan, (3) imunisasi hepatitis B diberikan pada umur 2 bulan atau lebih,
kecuali apabila diketahui ibu mengandung HbsAg, dan (4) apabila bayi
masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio diberikan secara
suntikan (IPV) sehingga tidak menyebabkan penyebaran virus polio
melalui tinja.

c. Pasien imunokompromais. Keadaan imunokompromais dapat


terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau sebagai akibat pengobatan
(pengobatan kemoterapi, kortikosteroid jangka panjang). Vaksinasi dengan
mempergunakan vaksin hidup merupakan indikasi kontra pada pasien
imuno-kompromais. Imunisasi tetap diberikan pada pengobatan
kortikosteroid dosis kecil dan dalam waktu pendek. Pada anak dengan
pengobatan kortikosteroid sistemik dosis 2mg/kg berat badan/hari atau
prednison 20 mg/hari selama 14 hari, maka imunisasi ditunda. Imunisasi
dapat diberikan setelah 1 bulan pengobatan kortikosteroid dihentikan, atau
3 bulan setelah kemoterapi selesai.

d. Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin,


imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan untuk
menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.

DAPUS

Satgas Imunisasi IDAI.Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 5.


Jakarta:Badan Penerbit IDAI.2014

Anda mungkin juga menyukai