Disusun Oleh:
Jihan Fatmawati
H3A020106
Dosen Pembimbing:
dr. Umar Kharisma Islami, Sp. OT
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
2.1 Anatomi Genu.......................................................................................2
2.2 Fisiologi Genu.......................................................................................5
2.3 Osteoarthritis Genu...............................................................................7
2.3.1 Definisi Osteoarthritis Genu.................................................................7
2.3.2 Etiologi dan Faktor Risiko....................................................................7
2.3.3 Epidemiologi.........................................................................................8
2.3.4 Klasifikasi OA.......................................................................................8
2.3.5 Patofisiologi..........................................................................................9
2.3.6 Manifestasi Klinis...............................................................................10
2.3.7 Diagnosis Banding..............................................................................12
2.3.8 Tatalaksana..........................................................................................13
2.3.9 Prognosis.............................................................................................17
BAB III..................................................................................................................18
KESIMPULAN......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Genu
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang, sendi genu
merupakan bagian dari ekstremitas inferior yang menghubungkan tungkai
atas dengan tungkai bawah. Sendi genu adalah sendi paling besar dalam
tubuh, sangat komplek karena mempunyai otot fleksor dan ekstensor yang
kuat serta mempunyai ligamen yang kuat, fungsi dari sendi genu untuk
mengatur pergerakan dari kaki, tulang-tulang yang dipadukan dengan
berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon,
fascia, atau otot, terdapat tiga tipe sendi, yaitu :3
1. Tulang Pembentuk
Tulang yang membentuk sendi genu, yaitu :
a. Tulang femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang behubungan dengan acetabulum
membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris, di sebelah atas
dan bawah dari columna femoris terdapat trochanter mayor dan
throchanter minor, di bagian ujung membentuk persendian genu,
terdapat dua buah tonjolan yang di sebut condylus medialis dan
condylus lateralis, di antara kedua condylus ini terdapat lekukan
tempat letaknya tulang tempurung genu (patella) yang di sebut dengan
fossa condylus.3
3
b. Tulang tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal
melekat pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian
dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os
malleolus medialis.3
c. Tulang fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian genu dengan os femur pada bagian ujungnya,
terdapat tonjolan yang di sebut os malleolus lateralis atau mata kaki
luar.4
d. Tulang patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada
tulang femur, jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah
tetap dan yang berubah hanya jarak patella dengan femur, fungsi
patella di samping sebagai perekat otot-otot atau tendon adalah
sebagai pengungkit sendi genu, pada posisi fleksi genu 90° kedudukan
patella di antara kedua condylus femur dan saat ekstensi maka patella
terletak pada permukaan anterior femur.4
2. Ligamen tulang di ikat bersamaan bukan dengan tulang namun oleh
ligamen dan otot. Ligamen yang bertugas adalah ligamen collateral dan
ligamen cruciatum. Ligamen cruciatum terletak di dalam kapsul sendi dan
area itu disebut sebagai ligamen intracapsular, yang terletak diantara
condylus medial dan lateral.4
3. Otot penyusun dalam sendi genu dibedakan menjadi dua gerakan utama,
yaitu fleksi dan ekstensi. Untuk dapat melakukan gerakan tersebut di
butuhkan kelompok otot di sekitar sendi genu, berikut ini adalah
kelompok otot yang membantu pergerakan fleksi dan ekstensi genu:5
a. Fleksor Genu, kelompok otot fleksor genu adalah hamstring yang
terdiri dari biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus,
selain itu juga di bantu otot-otot gracilis, sartorius, gastrocnemius,
popliteus, dan plantaris.
4
b. Ekstensor Genu, kelompok otot ekstensor genu adalah quadriceps
yang terdiri dari rectus femoris, vastus medialis, vastus intermedius,
dan vastus lateralis, ke empat otot quadriceps bersatu membentuk
tendon dan melekat pada tulang tibia (tuberositas tibialis) melalui
ligamen patella.
4. Bursa merupakan suatu kantung tertutup dari jaringan areolar, dindingnya
lembek saling terpisah oleh suatu lapisan cairan licin yang menyerupai
putih telur, sebagian suatu pelumas dan untuk mengurangi gesekan antara
tulang, otot, tendon serta memungkinkan gerakan lebih bebas.5
5. Persyarafan pada sendi genu berfungsi untuk mengatur pergerakan pada
sendi genu, sehingga sendi genu disarafi oleh:5
a. N. Femoralis.
b. N. Obturatorius.
c. N. Peroneus communis.
d. N. Tibialis.
6. Kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang
tetap berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan, tersusun atas
fibrosis dan membran synovial internal yang melapisi semua permukaan
internal cavitas artikularis yang tidak di lapisi kartilago artikularis, kapsul
sendi terdiri dari :5
a. Lapisan luar
Di sebut juga fibrous capsul, terdiri dari jaringan penghubung yang
kuat, tidak teratur, dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari
periosteum yang menutupi bagian tulang, dan sebagian lagi akan
menebal membentuk ligamentum.
b. Lapisan dalam
Di sebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum
sendi dan bagian luar merupakan bagian dari artikular kartilago,
membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum
darah dan cairan sekresi dari sel synovial, cairan synovial ini
merupakan campuran yang kompleks dari polisakarida protein, lemak
5
dan sel-sel lainnya, polisakarida ini mengandung hyaluronic acid
yang merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi
sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi mudah
digerakkan.
Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi lutut adalah fleksi dan
ekstensi, dan pada beberapa posisi tertentu, rotasi eksternal dan internal juga
6
dapat dilakukan. Gerakan rotasi sendi lutut dapat terjadi saat sendi sedikit
fleksi. Gerakan ini terjadi terutama antara tibia dan meniskus, dan paling
bebas bergerak saat tungkai bawah fleksi pada sudut tertentu terhadap paha.
Posisi istirahat/netral sendi lutut adalah sedikit fleksi (10°). Pada posisi
ekstensi penuh, atau saat posisi berdiri, sendi lutut bersifat lebih rigid/kaku
karena kondilus medial tibia, yang lebih besar daripada kondilus lateral,
berada di depan kondilus femoral medial, sehingga mengunci sendi. Gerakan
fleksi dan ekstensi sendi lutut berbeda dengan tipikal sendi engsel lainnya,
karena pada sendi lutut:5
a. Aksis saat sendi bergerak tidak tetap, tetapi berpindah ke depan saat
gerakan ekstensi dan ke belakang saat gerakan fleksi.
b. Awal gerakan fleksi dan akhir gerakan ekstensi juga diikuti oleh gerakan
rotasi yang berkaitan dengan fiksasi tungkai pada posisi yang memberikan
stabilitas optimal.
7
2.3 Osteoarthritis Genu
2.3.1 Definisi Osteoarthritis Genu
Osteoarthritis (OA) merupakan proses terjadinya inflamasi kronik
pada sendi sinovium, dan kerusakan mekanis pada kartilago sendi dan
tulang. Berlangsungya proses perlunakan dan disintegrasi tulang rawan
sendi secara progresif, disertai dengan pertumbuhan baru tulang dan tulang
rawan pada perbatasan sendi (osteofit).6
8
4. Gangguan mekanik akibat adanya kondisi yang melatar belakangi
(pasca trauma, displasia sendi, pekerjaan, densitas tulang, obesitas,
terkait pekerjaan dengan beban berat, obesitas, dll).6
2.3.3 Epidemiologi
Insidensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia dengan
adanya bukti pada gambaran fotopolos. Insidensi osteoartritis di Amerika
pada usia 55-64 tahun, 28% laki-laki dan perempuan terkena osteoarthritis
lutut.6 Pada usia antara 65-74, 39% laki-laki dan perempuan
menggambarkan osteoarthritis pada lutut. Pada usia diatas 75 tahun,
sekitar 100% laki-laki dan perempuan mempunyai gejala-gejala
osteoartritis. Kejadian osteoartritis di Norwegia pada tahun 2008, 80%
berusia lebih dari 55 tahun. Angka keseluruhan prevalensi osteoartritis di
Norwegia adalah 12,8% dan lebih tinggi pada perempuan (14,7%) di
banding laki-laki (10,5%). Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai
5% pada usia 61 tahun. Untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup
tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.2
2.3.4 Klasifikasi OA
OA diklasifikasikan sebagai OA primer (idiopatik) dan OA
sekunder karena sebab lain. OA primer (idiopatik) merupakan OA yang
terjadi akibat proses degeneratif yang berlangsung seiring bertambahnya
usia. Proses perusakan tulang rawan sendi ini dapat dipercepat pada orang-
orang yang mempunyai faktor risiko genetik, ataupun pada orang-orang
yang aktivitasnya mempergunakan sendi-sendinya secara berlebihan.
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang mempercepat degenerasi
pada sendi-sendi weight-bearing, terutama pada sendi lutut. OA primer
dapat terlokalisir pada sendi-sendi tertentu, dan biasanya digolongkan
sesuai sendi yang terkena dampaknya, misalnya OA lutut, OA sendi
panggul, OA sendi tangan dan kaki. Jika OA primer melibatkan beberapa
sendi, maka dapat disebut sebagai OA generalisata primer. OA dapat
terjadi sekunder akibat adanya penyakit, deformitas, ataupun mekanisme
9
trauma yang mengubah microenvironment pada sendi dan mempercepat
kerusakan dari tulang rawan sendi.2,6
2.3.5 Patofisiologi
Komposisi matriks ekstraseluler pada tulang rawan sendi berperan
penting dalam menyokong fungsi sendi sebagai penahan beban mekanik.
Sendi dikelilingi oleh cairan synovial yang merupakan pelumas sendi, dan
kedua ujung tulang ditutupi oleh tulang rawan yang bahannya lebih lembut
daripada tulang dan secara teratur diperbaharui. Pada sendi yang
mengalami OA, mekanisme ini tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Kapsul sendi yang berisi cairan sinoval menjadi tebal dan kaku sehingga
kemampuan pergerakan sendi menurun dan ruangan untuk cairan sinoval
menyempit sehingga lubrikasinya berkurang.8
10
2.3.6 Manifestasi Klinis
Diagnosis klinis dari OA Genu umumnya meliputi rasa nyeri dan
kekakuan pada sendi, disertai mobilitas sendi yang berkurang, tanpa
adanya presentasi sistemik seperti demam. Nyeri sendi adalah gejala yang
paling sering timbul. Rasa nyeri tersebut dapat terlokalisir, diffuse, atau
bahkan referred pain di tempat yang jauh.6 Nyeri sendi biasanya timbul
ketika bergerak dan berkurang ketika beristirahat. Seiring dengan waktu,
kekakuan sendi dapat menjadi progresif dan konstan. Nyeri dapat
bersumber dari inflamasi synovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur
subkondral, reaksi periosteal, dan tekanan saraf akibat osteofit, distensi,
dan instabilitas kapsul sendi, serta spasme atau regangan otot atau ligamen.
Selain nyeri, dapat timbul kekakuan, keterbatasan gerak, serta instabilitas
sendi.8
11
Gambar 2.3 Radiologi pada penderita OA Genu6
12
2.3.7 Diagnosis Banding
Tabel 2.2 Perbedaan Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthritis
Osteoarthritis Rheumatoid Arthritis
Diagnosa banding lainnya yang perlu diingat yaitu pada kasus gout
yang merupakan penyakit deposisi kristal urat monosodium di
sendi/sinovium. Dari hasil laboratorium didapatkan peningkatan serum
13
asam urat, analisa synovial: kristal birefingrent negatif. Gout mempunyai
tanda tipikal yaitu artritis monoartikular (MTPJ pertama,unilateral); gejala
dapat self-limiting. Tatalaksana berupa pemberian indometasin (NSAID)
dan kolkisin.6
2.3.8 Tatalaksana
Sampai saat ini, belum ada obat-obatan yang dapat mengobati efek
dari OA. Tata laksana yang diberikan bertujuan simtomatik. Secara garis
besar, tata laksana OA bertujuan untuk:2
14
3. Penggunaan modalitas tata laksana berikut untuk pasien dengan
osteoarthritis lutut simtomatik tidak disarankan:6
a. Akupuntur.
b. Agen fisik, termasuk modalitas elektro terapeutik.
c. Terapi manual.
4. Penggunaan valgus directing force brace (medial compartment
unloader) untuk pasien dengan osteoarthritis lutut simtomatik belum
direkomendasikan.6
5. Penggunaan sol sepatu yang lebih tebal di sisi lateral untuk pasien
dengan osteoarthritis lutut kompartemen medial simtomatik tidak
disarankan.6
6. Penggunaan glukosamin dan kondroitin untuk pasien dengan
osteoarthritis lutut simtomatik tidak direkomendasikan.6
1. Penggunaan Analgetik
a. Penggunaan obat anti inflamasi non-steroid (OAINS/NSAID; oral
atau topikal) atau tramadol untuk pasien dengan osteoarthritis
lutut simtomatik sangat direkomendasikan.7
b. Penggunaan asetaminofen, opioid, atau plester penghilang nyeri
pada pasien dengan osteoarthritis lutut simtomatik belum dapat
direkomendasikan.7
Terapi Intra-Artikuler
15
waktu yang panjang. Pemberian terapi intra-artikuler, sebaiknya diikuti
dengan istirahat total selama 3 hari dan diikuti dengan penggunaan alat
bantu berjalan (tongkat, kruk, atau walker) selama 3 minggu untuk jalan
jarak jauh. Mengurangi nyeri dengan mempertahankan atau
mengembalikan fungsi gerak sendi merupakan tujuan utama terapi.
Indikasi pemberian kortikosteroid intrasinovial adalah:6,7
16
dipertimbangkan. Penentuan waktu dan jenis prosedur yang akan
dilakukan membutuhkan keterampilan dan kooperasi yang baik antara
pasien dan dokter. Pasien dengan OA simtomatik lanjut dengan keluhan
nyeri yang tidak dapat diatasi oleh terapi medis dan aktivitas sehari-
harinya terbatas secara progresif sebaiknya dipertimbangkan untuk terapi
operatif.8
17
2.3.9 Prognosis
Riwayat alami OA berupa degenerasi sendi yang progresif dan
berkurangnya lingkup gerak sendi yang semakin parah bersamaan dengan
pertambahan usia, penggunaan sendi dan keausannya. OA stadium
terminal dapat diatasi dengan tindakan artroplasti total sendi (atau
penggantian total sendi) dan tindakan ini paling sering dilakukan pada
sendi lutut.8
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20