Anda di halaman 1dari 26

SKILL LAB

FAKULTAS KEDOTERAN
2016
 PENGERTIAN :

LAPORAN TERTULIS YANG DIBUAT OLEH DOKTER YANG BERISI FAKTA DAN
PENDAPAT BERDASARKAN KEAHLIAN / KEILMUAN TENTANG HASIL PEMERIKSAAN
MEDIS TERHADAP TUBUH MANUSIA (BAIK HIDUP MAUPUN MATI) ATAS
PERMINTAAN TERTULIS ( RESMI ) DARI PENYIDIK YANG BERWENANG, YANG DIBUAT
ATAS SUMPAH / DIKUATKAN DENGAN SUMPAH UNTUK KEPENTINGAN PERADILAN

 Dasar Hukum

 PASAL 120 KUHAP


Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus

 PASAL 133 KUHAP


Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
 Visum et Repertum ( VeR ) adalah salah satu
alat bukti yang sah yang digolongkan ke
dalam alat bukti “ surat ” sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHAP.

 Dengan membaca VeR, dapat diketahui


dengan jelas apa yang terjadi pada
seseorang, dan para praktisi hukum dapat
menerapkan norma-norma hukum pada
perkara pidana yang menyangkut tubuh dan
jiwa manusia
 Bagi Penyidik ( Polisi/ Polisi Militer ) : berguna
untuk mengungkapkan perkara.

 Bagi Penuntut Umum ( Jaksa ) : berguna untuk


menentukan pasal yang akan didakwakan.

 Bagi Hakim : sebagai alat bukti formal untuk


menjatuhkan pidana atau membebaskan
seseorang dari tuntutan hukum.
1. Visum untuk korban hidup
◦ VeR Perlukaan
◦ VeR Keracunan
◦ VeR Kejahatan seksual
◦ VeR Psikiatri

 VeR korban hidup berdasarkan waktu pemberian :


a. Visum Seketika ( defenitif )
o Langsung diberikan setelah korban selesai diperiksa
b. Visum Sementara
o Diberikan pada korban yang masih dalam perawatan.
o Diperlukan penyidik untuk menentukan jenis kekerasan sebagai
petunjuk menginterogasi tersagka.
o Belum ditulis kesimpulan
c. Visum Lanjutan
o Lanjutan dari Visum sementara
o Harus dicantumkan nomor dan tanggal dari visum sementara yang
telah diberika
o Diberikan setelah korban sembuh atau meninggal
o Sudah ditulis kesimpulan
2. Visum jenazah
 Visum Pemeriksaan luar
 Visum Pemeriksaan luar dan dalam
 Menentukan Apakah mayat harus diotopsi atau hanya
pemeriksaan luar saja adalah Penyidik Sebagaimana tertulis
dalam pasal 133 ayat 2 KUHAP.
Prosedur Permintaan, Penerimaan, dan Penyerahan Visum et
Repertum
1.Pihak yang berhak meminta VeR :
 Penyidik (Pasal 1 ayat 1 : Pihak kepolisian yang diangkat negara untuk
menjalankan undang – undang )
 Di wilayah sendiri
 Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lampau
2. Syarat Pembuat :
 Harus seorang dokter
 Diwilayah sendiri
 Memiliki SIP
 Kesehatan baik
3. Hal – hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter
untuk membuat VeR korban hidup :
 Harus tertulis, tidak boleh secara lisan
 Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh di titip melalui
korban / keluarga atau melalui jasa pos
 Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter
 ada alasan kenapa korban dibawa kepada dokter
 Ada identitas korban
 Ada identitas pemintanya
 Mencantumkan tanggal permintaan
 Korban diantar oleh polisi atau jaksa
4. Hal – hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter
untuk membuat VeR jenazah :
 Harus tertulis, tidak boleh secara lisan
 Harus sedini mungkin
 Tidak bisa permintaannya hanya untuk permintaan luar
 Ada keterangan terjadinya kejahatan
 Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki
 Ada identitas pemintanya
 Mencantumkan tanggal permintaan
 Korban diantar oleh polisi

5. Lampiran Visum
 Fotografi forensik
 Identitas, kelainan – kelainan pada gambar tersebut
 Penjelasan ( istilah kedokteran )
 Hasil pemeriksaan lab forensik ( toksikologi, patologi, sitologi,
mikrobiologi )
Ketentuan umum dalam pembuatan Visum et
Repertum

 Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.


 Benomor dan bertanggal.
 Mencantumkan kata “Pro justitia” dibagian atas (kiri )
 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu
mendeskripsikan temuan pemeriksaan.
 Tidak menggunakan istilah asing
 Ditandatangani dan diberi nama jelas
 Berstempel instansi pemeriksa tersebut.
 Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.
 Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et
Repertum (instansi).
 Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip
pada umumnya
1. Pembukaan : PRO JUSTITIA

2. Pendahuluan :
 Identitas Penyidik peminta + Nomor dan Tanggal surat
 Identitas korban sesuai tercantum dalam permintaan visum
 Identitas dokter dan institusi
 Identitas saat / waktu dan tempat pemeriksaan

3. Pemberitaan
 Hasil pemeriksaan berdasarkan obyektif medis ( tanpa
disertai pendapat pemeriksa )
 Berisi segala sesuatu / setiap bentuk kelainan yang terlihat
dan diketahui langsung di tulis apa adanya
4. Kesimpulan
 Pendapat pemeriksa Bersifat subyektif, ilmiah
 Jenis luka
 Jenis kekerasan
 Sebab kematian pada VeR jenazah
 Kualifikasi luka (pada VeR korban hidup) :
 Luka Ringan ( tidak menimbulkan halangan menjalankan
mata pencaharian atau kegiatan sehari – hari )
 Luka sedang ( keadaan luka diantara luka ringan dan luka
berat)
 Luka berat (KUHP pasal 90 : Kehilangan salah satu panca
indera, menderita sakit lumpuh, gugur atau matinya
kandungan seorang perempuan, mendapat cacat
berat,dst.........)

5. Penutup
 Mengingatkan Pembuat dan Pemakai visum bahwa laporan dibuat
sejujur-jujurnya dan mengingat sumpah jabatan
 Contoh pendahuluan :
Yang bertanda tangan di bawah ini, Adri
Permana Utama, dokter umum, atas
permintaan dari Polsek Ciganjur dengan
nomor sur …./……/…pada hari … tanggal ….
Bulan …. tahun bertempat di klinik
……..telah melakukan pemeriksaan terhadap
seorang korban yang menurut surat
permintaan tersebut adalah:
Nama: …………….. dst
 Contoh Pemberitaan ( hasil pemeriksaan )

Korban mengaku 2 jam sebelum masuk RS dipukul dengan


menggunakan tangan kosong pada (anamnesa / wawancara)
Pada korban ditemukan :
Pada dahi kanan ditemukan luka? Tepi luka? Ukuran luka?
Pada …………..dst
Setelah pencatatan luka-luka selanjutnya diterangkan pula langkah
pemeriksaan penunjang, pengobatan dan atau tindakan medis

 Keterangan:
 Yang ditulis dalam pemberitaan adalah fakta yang dilihat oleh
dokter, obyektif

 Contoh Penutup

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya


berdasarkan keilmuan saya
Dalam rangka proses penyidikan dan penegakan hukum
untuk kepentingan peradilan ilmu kedokteran forensik dapat
dimanfaatkan dalam membuat terangnya perkara pidana yang
menimbulkan korban manusia, baik korban hidup maupun
korban mati.
Pemeriksaan otopsi umumnya diperlukan apabila korban
dari tindak perkara pidana tersebut korban mati.Dari
pemeriksaan otopsi yang dilakukan, dokter diharapkan dapat
memberikan keterangan setidaknya tentang luka atau cedera
yang dialami korban, tentang penyebab luka atau cedera
tersebut, serta tentang penyebab kematian dan mekanisme
kematiannya. Dalam beberapa kasus dokter juga diharapkan
untuk dapat memperkirakan cara kematian dan faktor- faktor
lain yang mempunyai kontribusi terhadap kematiannya.
Pengertian otopsi adalah pemeriksaan
medis terhadap mayat dengan membuka
rongga kepala, leher, dada, perut dan
panggul serta bagian tubuh lain bila
diperlukan, disertai dengan pemeriksaan
jaringan dan organ tubuh di dalamnya, baik
secara fisik maupun dengan dukungan
pemeriksaan laboratorium.
Terdapat 4 teknik autopsi dasar yaitu, teknik Virchow,
Rokitansky, Letulle, dan Ghon.Perbedaan terutama saat
pengangkatan keluar organ, baik dalam urutan maupun
jumlah/kelompok organ yang dikeluarkan pada satu saat,
serta bidang pengirisan organ yang diperiksa.
Pada teknik autopsi modifikasi Letulle, organ tidak
dikeluarkan sekaligus (en masse), tapi dalam 2
kumpulan.leher dan dada menjadi satu kumpulan,
kemudian usus diangkat mulai dari perbatasan
duodenojejunal sampai rektosigmoid, baru kumpulan
kedua dipisah yaitu antara organ-organ pencemaan dan
urogenital.
Berikut ini diuraikan teknik pemeriksaan luar. Teknik
pemeriksaan dalam (pembedahan mayat) akan diuraikan
pada bab selanjutnya.
 Pemeriksaan luar
 Pemeriksaan dalam :
◦ Insisi bentuk I
◦ Insisi bentuk Y
 Pemeriksaan tambahan
 Pemeriksaan khusus
Sistematika pemeriksaan luar adalah:
1. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian)
yang biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat.
Gunting pada tali pengikat, simpan bersama
berkas pemeriksaan. Catat wama, bahan, dan isi
label selengkap mungkin. Sedangkan label rumah
sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah, harus
tetap ada pada tubuh mayat.
2. Mencatat jenis/bahan, wama, corak, serta kondisi
(ada tidaknya bercak/pengotoran) dari penutup
mayat.
3. Mencatat jenis/bahan, wama, corak, serta serta
kondisi (ada tidaknya bercak/ pengotoran) dari
bungkus mayat. Catat tali pengikatnya bila ada.
4. Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari
yang dikenakan di atas sampai bawah, dari yang
terluar sampai terdalam. Pencatatan meliputi
bahan, wama dasar, wama dan corak tekstil,
bentuk/model pakaian, ukuran, merk penjahit,
cap binatu, monogram/inisial, dan
tambalan/tisikan bila ada. Catat juga letak dan
ukuran pakaian bila ada tidaknya
bercak/pengotoran atau robekan. Saku diperiksa
dan dicatat isinya.
5. Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan,
wama, merek, bentuk serta ukiran nama/inisial
pada benda perhiasan tersebut.
6. Mencatat benda di samping mayat.
7. Mencatat perubahan tanatologi:
◦ Lebam mayat; letak/distribusi, wama, dan intensitas lebam.
◦ Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa
sendi, dan ada tidaknya spasme kadaverik.
◦ Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dan dicatat
juga suhu ruangan pada saat tersebut.
◦ Pembusukan.
◦ Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera.
8. Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin,
bangsa/ras, perkiraan umur, wama kulit, status
gizi, tinggi badan, berat badan,
disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada dinding
perut.
9. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai
untuk penentuan identitas khusus, meliputi
rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan
kulit, anomali, dan cacat pada tubuh.
10. Memeriksa distribusi, wama, keadaan tumbuh,
dan sifat dari rambut.
11. Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka
atau tertutup, tanda kekerasan, kelainan. Periksa
selaput lendir kelopak mata dan bola mata, wama,
cari pembuluh darah yang melebar, bintik
perdarahan, atau bercak perdarahan. Komea
jemih/tidak, adanya kelainan fisiologik atau
patologik. Catat keadaan dan wama iris serta
kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil,
badingkan kanan dan kiri.
12. Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga
dan hidung.
13. Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat
gigi geligi dengan lengkap, termasuk jumlah,
hilang/patah/tambalan, gigi palsu, kelainan letak,
pewamaan, dan sebagainya.
14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria
dicatat kelainan bawaan yang ditemukan, keluamya cairan,
kelainan lainnya. Pada wanita dicatat keadaan selaput dara
dan komisura posterior, periksa sekret liang sanggama.
Perhatikan bentuk lubang pelepasan.
15. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda
perbendungan, ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan,
bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh.
16. Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka hams dicatat
lengkap:
◦ letak luka: regio anatomis dan koordinat terhadap garis/titik
anatomis terdekat.
◦ jenis luka: luka lecet, memar, atau terbuka.
◦ bentuk luka: termasuk bentuk luka terbuka setelah dirapatkan.
◦ arah luka: melintang, membujur, atau miring.
◦ Tepi luka: rata atau tidak beraturan.
◦ sudut luka: runcing, membulat, atau bentuk lain.
◦ dasar luka: jaringan bawah kulit, otot, tulang, atau rongga badan.
◦ sekitar luka: pengotoran atau luka/tanda kekerasan lain di
sekitamya.
◦ ukuran luka: untuk luka terbukajuga diukur setelah dirapatkan.
◦ saluran luka: penentuan in situ mengenai peijalanan serta panjang
luka baru dapat ditentukan pada saat pembedahan mayat.
◦ Lain-lain: misalnya pada luka lecet jenis serut diperiksa pola
penumpukan kulit ari untuk menentukan arah kekerasannya, pada
memar dicatat wamanya.
17. Pemeriksaan ada tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya
 Timbangan besar (500 Kg)
 Timbangan kecil (3 Kg)
 Pita pengukur
 Penggaris
 Alat pengukur cairan
 Pisau
 Gunting
 Pinset
 Gergaji dengan gigi halus
 Jarum besar - jarum goni
 Benang yang kuat
 Botol / stoples untuk spesium pemeriksaan
toksikologi
 Alkohol 96% 5 liter
 Botol untuk spesium pemeriksaan
histopatologi
 Formalin 10% 1 liter
 Kaca sediaan dan kaca penutup
TEMUKAN KEBENARAN
KATAKAN KEBENARAN
JAGA KEBENARAN

Anda mungkin juga menyukai