Anda di halaman 1dari 42

Visum et

Repertum
DEFINISI
Keterangan yang dibuat oleh
dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil
pemeriksaan medik terhadap
manusia, hidup maupun mati
ataupun bagian/diduga bagian
tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah,
untuk kepentingan
Bagian kedokteran peradilan.
forensik fakultas kedokteran
universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik
edisi pertama tahun 1997 hal 8
Dasar Hukum Visum et Repertum
1.Lembaran Negara (Staadblads)
No. 350/1937 pasal 1
2.KUHAP Pasal 133 ayat 1 dan 2
3.KUHAP Pasal 184 butir 3 (surat)
4.KUHAP Pasal 187 butir C (surat)
5.Instruksi Kapolri No : Ins/E/20/IX/75.
1. Lembaran Negara No: 350/ thn 1937
Pasal 1:
Visa et Reperta pada dokter yang dibuat
baik atas sumpah dokter yang diucapkan
pada waktu menyelesaikan pelajarannya di
negeri Belanda atau Indonesia, atau atas
sumpah khusus seperti tercantum dalam
pasal 2, mempunyai daya bukti yang syah
dalam perkara pidana selama Visa et
Reperta tersebut berisi keterangan
mengenai hal- hal yang diamati oleh dokter
itu pada benda-benda yang diperiksa.

Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran


universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik edisi
pertama tahun 1997 hal 7
2. KUHAP Pasal 133
1. Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka
atau pemeriksaan mayat dan
atau pemeriksaan bedah mayat.

Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran


universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik edisi
pertama tahun 1997 hal 5
3. KUHAP Pasal184
1. Alat bukti yang sah adalah:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.
2. Hal yang secara umum sudah
diketahui tidak perlu dibuktikan.

Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran


universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik
edisi pertama tahun 1997 hal 8
4. KUHAP Pasal 187
• Surat sebagaimana tersebut pada
Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas
sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah, adalah:
c. Surat keterangan dari seorang ahli
yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal
atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi padanya.

Agustinus Sitepu, Forensic Medicolegal tahun


2017 hal 5
5. INSTRUKSI KAPOLRI NO : INS/E/20/IX/75
1. Mengadakan peningkatan penertiban
prosedur permintaan/pencabutan Visum et
Reperturn kepada Dokter / Ahli
Kedokteran Kehakiman.
2. Dalam mengirimkan seorang luka atau
mayat ke Rumah Sakit untuk diperiksa,
yang berarti pula meminta Visum et
Repertum, maka jangan dilupakan
bersama-sama si korban atau mayat
tadi mengajukan sekali permintaan tertulis
untuk mendapatkan Visum et Repertum.
3. Dalam hal seorang yang menderita luka
tadi akhirnya meninggal dunia, maka
harus segera mengajukan surat susulan
untuk meminta Visum et Repertum.
Dengan Visum et Repertum atas mayat,
berarti mayat harus dibedah. Sama
sekali tidak dibenarkan mengajukan
permintaan Visum et Repertum
atas mayat berdasarkan pemeriksaan
luar saja.
4. Untuk kepentingan di Pengadilan dan
mencegah kekeliruan dalam pengiriman
seorang mayat harus selalu diberi label
dan segel pada ibu jari kaki mayat.
Pada label itu harus jelas disebutkan
nama, jenis kelamin, umur, bangsa, suku,
agama, asal, tempat tinggal dan tanda
tangan petugas POLRI yang
mengirimkannya.
5. Tidak dibenarkan mengajukan
permintaaan Visum et Repertum
tentang keadaan korban atau mayat
yang telah lampau yaitu keadaan
sebelum permintaan Visum et
Repertum diajukan kepada Dokter
mengingat rahasia jabatan.
6. Bila ada keluarga korban/mayat
keberatan jika diadakan Visum et
Repertum bedah mayat, maka adalah
kewajiban petugas POLRI cq Pemeriksa
untuk secara persuasif memberikan
penjelasan perlu dan pentingnya autopsi,
untuk kepentingan penyidikan, kalau
perlu bahkan ditegakkannya pasal 222
KUHP.
7. Pada dasarnya penarikan / pencabutan
kembali Visum et Repertum tidak dapat
dibenarkan. Bila terpaksa Visum et
Repertum yang sudah diminta harus
diadakan pencabutan / penarikan kembali,
maka hal tersebut hanya diberikan oleh
Komandan Kesatuan paling rendah tingkat
Komres dan untuk kota besar hanya oleh
DAN TABES.
Wewenang penarikan/pencabutan kembali
Visum et Repertum tidak dapat dilimpahkan
pada Pejabat/petugas bawahan.
8. Untuk menghindari kesalahpahaman, perlu
Dokter yang memeriksa mayat diberikan
keterangan lisan tentang kejadian yang
berhubungan dengan matinya orang/korban
tersebut. Petugas Pemeriksa wajib
datang menyaksikan dan mengikuti jalannya
pemeriksaan mayat/autopsi yang dilakukan oleh
Dokter.
9. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
pada waktu Dokter melakukan autopsi, pengamanan
perlu dilakuakan oleh POLRI setempat.
10. Dalam hal orang yang luka atau
mayat itu seorang ABRI maka untuk
meminta Visum et Repertum
hendaknya menghubungi Polisi Militer
setempat Kesatuan si korban.

Departemen pertahanan keamanan markas besar


kepolisian republik indonesia
Fungsi Visum et Repertum
Berperan dalam proses pembuktian
suatu perkara pidana terhadap kesehatan
dan jiwa manusia. VeR menguraikan segala
sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik
yang tertuang didalam bagian pemberitaan,
dapat dianggap sebagai pengganti benda
bukti.

Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran


universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik edisi
pertama tahun 1997 hal 8
Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan
penyidik, dapat dikenakan sanksi pidana :
KUHP PASAL 216 :
“Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk
mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian
pula barang siapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan
guna menjalankan ketentuan, diancam dengan
pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu atau
denda paling banyak sembilan ribu rupiah.”
Afandi, D. Visum et Repertum, Tatalaksana dan
Teknik Pembuatan, edisi kedua, tahun 2017,
Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Jenis dan Bentuk Visum et
Repertum

1.Untuk orang hidup


2.Untuk jenazah
3.Bentuk tindakan pidana
1. Untuk orang hidup:
a) Visum seketika.
Visum yang diberikan setelah
korban selesai diperiksa. Visum
inilah yang paling banyak dibuat
dokter. Contoh luka ringan.
b) Visum sementara.
Visum yang diberikan pada korban
yang masih dalam perawatan.
Biasanya visum sementara ini
diperlukan penyidik untuk menentukan
jenis kekerasan, sehingga dapat
menahan tersangka atau sebagai
petunjuk dalam menginterogasi
tersangka. Dalam visum sementara ini
belum ditulis sebagai kesimpulan.
c) Visum lanjutan.
Visum ini diberikan setelah korban
sembuh atau meninggal dan merupakan
lanjutan dari visum sementara. Visusm
ini harus dicantumkan nomor dan
tanggal dari visum sementara yang
telah diberikan. Dalam visum ini dokter
telah membuat kesimpulan. Visum
lanjutan tidak perlu dibuat oleh dokter
yang membuat visum sementara, tetapi
oleh dokter yang terakhir merawat
penderita.

Agustinus Sitepu, Forensic Medicolegal tahun


2017 hal 2
2. Untuk jenazah:
a) Visum pemeriksaan luar.
b) Visum pemeriksaan luar dan
dalam (bedah mayat/ autopsi).

Agustinus Sitepu, Forensic Medicolegal tahun


2017 hal 2
3. Berdasarkan peristiwa tindak pidana:
a) Visum perlukaan
Visum yang dibuat terhadap korban
kasus perlukaan spt; penganiayaan,
pembunuhan, atau kecelakaan perlu
diberikan kejelasan perihal jenis luka
dan jenis kekerasan serta derajat
kualifikasi luka (pada korban hidup),
atau penyebab kematian (pada
korban mati/ jenazah).

Slide dr. Jims f. Possible, Mked for, spf tentang visum et repertum
• Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik
pada korban hidup adalah untuk
mengetahui penyebab luka/ sakit dan
derajat parahnya luka atau sakitnya
tersebut.

Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran


universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik edisi
pertama tahun 1997 hal 11
• Di dalam pemberitaan visum et repertum
biasanya disebutkan keadaan umum, korban
sewaktu datang, luka-luka atau cedera atau
penyakit. Yang ditemukan pada pemeriksaan
fisik tersebut tentang letak, jenis dan sifat
luka serta ukurannya, pemeriksaan
khusus/penunjang, tindakan medik yang
dilakukan, riwayat perjalanan penyakit
selama perawatan, dan keadaan akhir saat
pengobatan selesai.

Agustinus Sitepu, Forensic Medicolegal tahun


2017 hal 11
b) Visum kesusilaan
• Visum yang dibuat terhadap
korban yang diduga mengalami
tindakan kesusilaan (biasanya
dilakukan pada korban hidup).
Korban kejahatan susila yang
dimintakan visum et repertumnya
kepada dokter adalah kasus dugaan
adanya persetubuhan yang diancam
KUHP
• Pembuktian adanya persetubuhan
dilakukan dengan pemeriksaan fisik
terhadap kemungkinan adanya deflorasi
himen, laserasi vulva atau vagina, serta
adanya cairan mani dan sel sperma dalam
vagina terutama dalam forniks posterior

Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran


universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik edisi
pertama tahun 1997 hal 14
c) Visum keracunan
• Visum ini dibuat, untuk membuktikan
korban mengalami keracunan, dan
dampak zat beracun bagi kesehatan
(pada korban hidup) atau sebab
kematian korban (pada korban mati).
Serta jenis dan dosis dari zat beracun
tersebut.
d) Visum psikiatrik
Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat
karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang
berbunyi: Barang siapa melakukan
perbuatan yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan padanya disebabkan karena
jiwanya cacat dalam tubunya atau terganggu
karena penyakit, tidak dipidana. Visum ini
diperuntukan bagi tersangka atau terdakwa
pelaku tindak pidana, bukan bagi korban
sebagaimana VeR lainnya.

Agustinus Sitepu, Forensic Medicolegal tahun 2017


hal 11
Yang Perlu Diperhatikan dalam
pembuatan Visum et Repertum
• Gunakan bahasa Indonesia yang baku,
karena VeR dipergunakan di pengadilan
oleh banyak pihak yang tidak semuanya
dari kalangan kedokteran.
• Jangan sekali-kali menggunakan istilah
yang hanya lazim di kalangan kedokteran
• Karena merupakan dokumen resmi, buat
di atas kertas surat resmi, ketik rapi dst.
• Selesaikan dalam jangka waktu yang
wajar.
Bentuk dan Susunan VeR
1. Pembukaan
 Pro Justisia artinya untuk
peradilan
 Tidak dikenakan materai
 Kerahasiaan
 Diletakkan dibagian atas. Kata
ini menjelaskan bahwa VeR
khusus dibuat untuk tujuan
peradilan.
Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran
universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik edisi
pertama tahun 1997 hal 10
2. Pendahuluan
kata “pendahuluan“ sendiri tidak ditulis
didalam VeR, melainkan langsung
dituliskan berupa kalimat-kalimat
dibawah judul.

Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran


universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik edisi
pertama tahun 1997 hal 10
Pendahuluan memuat:
identitas pemohon VeR
Tanggal dan pukul diterimanya,
pemohonan VeR tersebut
Identitas dokter yang
melakukan pemeriksaan
Tanggal dan pukul dilakukan
pemeriksaan luar atau luar
dalam
Identitas korban
Keterangan penyidik mengenai
luka atau cara kematian
Agustinus Sitepu, Forensic Medicolegal tahun
2017 hal 11
3. Pemberitaan
Bagian ini berjudul “Hasil Pemeriksaan”
dan berisi hasil pemeriksaan medik
tentang keadaan kesehatan atau sakit
atau luka korban yang berkaitan dengan
perkaranya, tindakan medik yang
dilakukan serta keadaannya selesai
pengobatan atau perawatan.

Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran


universitas indonesia, ilmu kedokteran forensik edisi
pertama tahun 1997 hal 10
• Hasil pemeriksaan tsb seperti : properti
identifikasi, tanda pasti kematian (pada
korban mati), vital sign (pada korban
hidup), tanda kekerasan (deskripsi luka),
kelainan organ atau sistem organ serta
penyakit serta hasil pemeriksaan
tambahan.
• Deskripsi (Gambaran) Luka
Deskripsikan luka secara sistematis dengan
urutan sebagai berikut :
 Regio
 Coordinat
 Jenis luka
 Bentuk luka
 Tepi luka
 Dasar luka
 Keadaan sekitar luka
 Ukuran luka
 Jembatan jaringan
 Benda asing.
Afandi, D. Visum et Repertum, Tatalaksana dan
Teknik Pembuatan, edisi kedua, tahun 2017,
Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
4. Kesimpulan
Bagian ini juga penting memuat hasil
pemeriksaan berdasarkan apa yang
dilihat dan diperiksa dan ditemukan pada
bagaian pemeriksaan tadi sehingga
dokter dapat mengambil kesimpulan
terhadap korban yang diperiksanya
berdasarkan keilmuannya.

Agustinus Sitepu, Forensic Medicolegal tahun 2017


hal 9
5. Penutup
Bagian ini memuat kalimat antara
lain: demikian VeR ini dibuat dengan
sejujur-jujurnya berdasarkan sumpah
dokter sesuai dengan lembaran
negara no 350 tahun 1937.

Agustinus Sitepu, Forensic Medicolegal tahun 2017


hal 9

Anda mungkin juga menyukai