Anda di halaman 1dari 7

Nama : Wulan Palilingan

NRI : 15014101208

Masa KKM : 22 Juni – 26 Juli 2020

VISUM ET REPERTUM

1. Definisi

Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan
tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik
hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan
interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan.

2. Peran VeR

Visum et Repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana
terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana Visum et Repertum menguraikan segala
sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis yang tertuang didalam bagian pemberitaan, yang
karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et Repertum juga
memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medis tersebut yang
tertuang di dalam bagian kesimpulan.

Bagi penyidik (Polisi/Polisi/Militer) Visum et Repertum berguna untuk


mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk
menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai alat bukti formal
untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum.

3. Bagian – Bagian VeR

- Pro Justitia
Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian visum et repertum
tidak perlu bermeterai. Maksud pencantuman kata "Pro justitia" adalah sesuai
dengan artinya, yaitu dibuat secara khusus hanya untuk kepentingan peradilan.
Di bagian atas tengah dapat dituliskan judul surat tersebut, yaitu : Visum et
Repertum.
- Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan ini minimal memuat : identitas pemohon visum et
repertum, tanggal dan pukul diterimanya permohonan visum et repertum,
identitas dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas objek yang diperiksa :
nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan
pemeriksaan, dimana dilakukan pemeriksaan.
- Pemberitaan
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati
terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada
yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya,
koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat
adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis
luka atau cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama penting
pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat
dihadirkan kembali.
Pada pemeriksaan korban hidup, bagian ini terdiri dari :
a. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan korban
hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian tentang
keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan tindak pidananya (status lokalis).
b. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan
sebaliknya, alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan. Uraian meliputi juga semua temuan pada saat
dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal ini perlu
diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang-tepat tidaknya
penanganan dokter dan tepat-tidaknya kesimpulan yang diambil.
c. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan
merupakan hal penting guna pembuatan kesimpulan sehingga harus
diuraikan dengan jelas.
Pada bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka
pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan atau perawatan yang
diberikan.

- Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat visum et repertum, dikaitkan
dengan maksud dan tujuan dimintakannya visum et repertum tersebut. Pada
bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan
derajat kualifikasi luka.
Hasil pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung oleh hasil pemeriksaan
lainnya, sebaiknya tidak digunakan dalam menarik kesimpulan. Pengambilan
kesimpulan hasil anamnesis hanya boleh dilakukan dengan penuh hati-hati.
Kesimpulan visum et repertum adalah pendapat dokter pembuatnya yang bebas,
tidak terikat oleh pengaruh suatu pihak tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya
tersebut juga terdapat pembatasan, yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi, standar profesi dan ketentuan hukum yang berlaku.
Kesimpulan visum et repertum haruslah dapat menjembatani antara temuan
ilmiah dengan manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum. Kesimpulan
bukanlah sekedar resume hasil pemeriksaan, melainkan lebih ke arah
interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku.
Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah visum et
repertum perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka. Dari aspek hukum,
visum et repertum dikatakan baik apabila substansi yang terdapat dalam visum
et repertum tersebut dapat memenuhi delik rumusan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Penentuan derajat luka sangat tergantung pada
latar belakang individual dokter seperti pengalaman, keterampilan,
keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan sebagainya.
Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik,
psikis, sosial, pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek,
ataupun jangka panjang. Dampak perlukaan ini memegang peranan penting bagi
hakim dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai
dengan rasa keadilan.
4. Contoh laporan Visum et Repertum korban hidup

PRO JUSTITIA
Nomor Surat keterangan VeR:

I.Surat Permintaan VeR (SPV)


a) Nomor SPV :
b) Tanggal dan Waktu SPV diterima :
c) Pihak yang membuat SPV (penyidik) :

II.Laporan Visum et Repertum

a) Tempat, Tanggal dan Waktu Pembuatan VeR :


Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R.D Kandou Manado, Tanggal dua puluh tujuh
bulan Juli tahun dua ribu dua puluh, pukul lima belas lewat tiga puluh lima
menit Waktu Indonesia Bagian Tengah

b) Identitas pasien / Korban :


1.Nama Korban : LH
2.Jenis kelamin : Perempuan
3.Tempat/Tgl lahir/Umur : lima belas tahun
4.Pekerjaan : pelajar
5.Alamat : kecamatan mapanget, Manado
6.Bukti Identitas : Surat Perintah Visum
7.Nomor Bukti Identitas :
c) Pemeriksaan
1.Anamnesis : Menurut pengakuan korban, korban telah
dipersetubuhi sebanyak satu kali pada tanggal dua puluh dua juli tahun dua ribu
dua puluh. Korban diajak untuk bertemu oleh pacarnya disebuah tempat,
kemudian korban ditelepon dan disuruh untuk bertemu di pelabuhan
antarpulau. Di pelabuhan, korban dijemput oleh dua orang pria yang mengaku
sebagai kakak pacar korban kemudian korban dibawa ke sebuah pulau.
Sesampainya di pulau, korban dibawah ke rumah imam setempat yang menurut
sepengetahuan korban merupakan keluarga pacar korban dan korban diajak
untuk menikah namun korban menolak dengan alasan masih bersekolah.
Korban dipersilahkan untuk beristirahat disalah satu kamar dilantai bawah
rumah imam tersebut. Tidak berapa lama, pacar korban turun ke kamar tersebut
dan melakukan tindakan persetubuhan dan pada saat itu keluar darah dari
kemaluan korban.

2.Pemeriksaan Fisik

i. Kesadaran : Sadar Glascow Coma Scale 15


ii. Denyut nadi : Delapan puluh kali per menit
iii. Pernapasan : Delapan belas kali per menit
iv. Tekanan darah : Seratus sepuluh per tujuh puluh milimeter air
air raksa
v. Suhu badan : Tiga puluh enam koma enam derajat
Celsius
vi. Pakaian : Tampak korban mengenakan baju kaos pendek warna kuning
dengan tulisan berbahasa inggris dibagian dada berwarna merah dan
hijau, celana panjang jeans warna hitam
vii. Tinggi badan : seratus enam puluh satu sentimeter
viii. Berat badan : empat puluh sembilan kilogram
ix. Ciri khusus : Tidak ada ciri khusus
1. Kepala : Tidak tampak kelainan
2. Mata : Tidak tampak kelainan
3. Hidung : Tidak tampak kelainan
4. Telinga : Tidak tampak kelainan
5. Mulut : Tidak tampak kelainan
6. Gusi : Tidak diperiksa
7. Gigi geligi : Tidak diperiksa
8. Dagu : Tidak tampak kelainan
9. Pipi : Tidak tampak kelainan
10. Leher : Tidak tampak kelainan
11. Bahu : Tidak tampak kelainan
12. Dada : Tidak tampak kelainan
13. Punggung : Tidak tampak kelainan
14. Perut : Tidak tampak kelainan
15. Pinggang : Tidak tampak kelainan
16. Dubur : Tidak tampak kelainan
17. Anggota gerak atas: Tidak tampak kelainan
18. Anggota gerak bawah: Tidak tampak kelainan
19. Alat kelamin : tampak tiga luka robekan pada selaput dara arah jam
tiga, lima, dan tujuh. Tampak warna merah pada daerah sekitar robekan
20. Tulang – tulang : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.Pemeriksaan Penunjang

a. Foto Radiologi : Tidak dilakukan pemeriksaan


b. Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan
4.Diagnosis Kerja (ICD Coding)

a. Penyebab damage yg langsung (A-1) : tiga buah luka robek pada himen
b. Penyebab antara (A-2)
c. Penyebab anatar (A-3)
d. Penyebab yang mendasari (A-4) : Trauma tumpul pada alat kelamin
5.Pengobatan dan Tindakan : Tidak dilakukan tindakan

6.Prognosis dari penyakit / damage :

7.Odontogram (kasus gigi) : Tidak dilakukan pemeriksaan


III.Kompetensi dokter/ dokter gigi/ tenaga kesehatan

a. Tanda tangan dokter/dokter gigi/tenaga kesehatan yang diberi wewenang


b. Jabatan dan kompetensi : dokter spesialis obstetri dan ginekologi
IV. Lampiran Pemeriksaan
a. Lampiran hasil pemeriksaan klinis :
b. Lampiran hasil toksikologi :
c. Lampiran pemeriksaan histopatologi
d. Lampiran foto: tujuh buah foto dengan dua foto keseluruhan tubuh, satu foto surat
perintah visum, satu foto surat pernyataan kesetujuan pemeriksaan untuk
kepentingan penyidikan, dan tiga buah foto luka pada alat kelamin
e. Lampiran video :
f. Lampiran lain-lain :

Anda mungkin juga menyukai