DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
DR. H. AGUS MOCH ALGOZI, SP.F(K), SH, DFM.
DR. MEIVY ISNOVIANA., SH., MH.
FAKULTAS KEDOKTERAN
Semester : Semester V
Disusun Oleh :
Enrico Tjoanda 18700021
Enrico Tjoanda
18700021
SKENARIO 1
Seorang pengusaha setelah mengambil uang di bank, telah ditodong oleh kawanan perampok
dan karena si pengusaha mencoba melawan, maka salah seorang kawanan perampok telah
menusuk perut korban,korban dibawa ke IRD / Rumah Sakit.
Hasil pemeriksaan :
Status generalis
Keadaan umum kurang baik Kesadaran menurun
Status lokalis :
Pengobatan :
Infuse dan transfuse darah Rawat inap
Laparotomi
Pertanyaan :
1. Bagaimana visum et repertum korban ini? Ada SPVR korban dari polisi.
Dari skenario diatas, visum et repetum yang diajukan adalah vissum et repetum
korban luka ,harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:
Penulisan VeR harus memenuhi suatu disain dan format tertentu karena
dokumen tersebut akan digunakan sebagai alat bukti dalam proses peradilan. Unsur
penting dalam VeR yang diusulkan oleh banyak ahli adalah sebagai berikut:
1. Pro Justitia
VISUM ET REPERTUM
No :............................
2. Pendahuluan
Nama :........
Umur :..........
Pekerjaan :.............
Agama :..............
Alamat:.............
3. Pemberitaan (hasil pemeriksaan)
HASIL PEMERIKSAAN :
4. Kesimpulan
5. Penutup
Pada kasus gawat darurat yang mengancam nyawa, dan tidak ada keluarga
terdekat maka tindakan dokter yang bisa dilakukan tanpa persetujuan tindakan
dokter (Permenkes PTK pasal 4). Ini dilandasi oleh doctrine of necessity, dokter
tetap harus melakukan tindakan medik walaupun tanpa persetujuan tindakan
kedokteran(Guwandi, 2004) disebut presumed consent (perkiraan persetujuan).
Presumed consent didasari oleh fiksi hukum, bahwa seseorang dalam keadaan
tidak sadar akan menyetujui apa yang pada umumnya disetujui oleh para pasien
yang berada dalam keadaan sadar pada situasi dan kondisi sakit yang sama.Pada
kasus gawat darurat yang mengancam nyawa dikenal istilah constructive
consent untuk membedakan dengan implied consent pada kasus non gawat
darurat (Guwandi, 2004)
Malpraktek merupakan praktik kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur operasional dokter. Dokter yang
melakukan malpraktek dapat bertanggung jawab secara pidana, perdata,
maupun administratif.
Berdasarkan panjang luka dan dalam luka korban, pisau yang dipakai untuk menusuk
korban merupakan Pisau III.
SKENARIO 2
Dokter tiba di TKP pada tanggal 25 Juni 2018, jam 22.00 ditemukan disebuah kamar,
seorang korban laki-laki dalam keadaan tergantung dengan sebuah stagen pada sebuah
“blandar”. Lebam mayat ditemukan pada ujung anggota gerak atas dan bawah. Sendi rahang,
sendi kuduk dan sendi anggota gerak atas kaku. Sendi anggota gerak bawah lemas. Tanda-
tanda pembusukan tidak ditemukan. Tanda kekerasan tidak ada.
Pertanyaan :
Tujuannya :
Tanda kematian tidak pasti adalah penafasan berhenti, sirkulasi terhenti, kulit
pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi, pembuluh darah retina mengalami
segmentasi dan pengeringan kornea. Sedangkan tanda pasti kematian adalah lebam
mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh (algor
mortis), pembusukan, mumifikasi, dan adiposera.
Pada skenario diatas , korban sudah ditemukan tanda kematian pasti atau telah
memasuki tahap cellular death yaitu ditemukannya :
1. Lebam mayat (livor mortis) pada ujung anggota gerak atas dan bawah.
Lebam mayat perlu diketahui agar dapat mengetahui apakah korban sudah
meinggal dunia atau belum dan untuk menentukan perkiraan saat kematiannya.
2. Sendi rahang, sendi kuduk dan sendi anggota gerak atas kaku, sendi anggota
gerak bawah lemas.
Kaku mayat (rigor mortis) juga dapat menentukan perkiraan saat kematian.
5. Bagaimana cara menurunkan tubuh korban dengan tali, kain stagen, dsb?
Potonglah bahan penggantung di luar simpul, berkas serabut tali pada tempat
bergantung dan pada leher diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pada kasus gantung diri ini serabut tali pada tempat bergantung dan pada leher
diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut
Untuk menentukan saat kematian dari korban kita harus memperhatikan, korban
mencapai kematian sistemik atau kematian pasti. Pada korban ini ditemukan tanda
tanda kematian pasti yaitu, Lebam mayat (Livor mortis) dan Kaku mayat (Rigor mortis)
pada korban, dimana pada kasus ini didapatkan Lebam mayat (Livor mortis) pada ujung
anggota gerak atas dan bawah dan Kaku mayat (Rigor mortis) Sendi rahang, sendi
kuduk dan sendi anggota gerak atas kaku. Sendi anggota gerak bawah lemas (Rigor
mortis dapat mulai dari 2-6 jam setelah kematian). Dari kedua data tersebut bisa dilihat
bahwa saat kematian korban ini belum lah lama, hal ini juga didukung dengan
ditemukannya tidak ada pembusukan pada jenazah (dimana pembusukan merupakan
fase fase terakhir dari kematian yang biasanya mulai terjadi sekitar 24-72 jam setelah
kematian). Jadi dapat disimpulkan saat kematian korban ini +- jam 18.00 pada 25 Juni
2018.
8. Bagaimana garis besar teknik otopsi pada korban ini terutama pada lehernya?
1. Pemeriksaan Luar
2. Pemeriksaan Dalam
Ditemukan perdarahan pada otot leher, patah tulang Hyoid, patah tulang
rawan larynx & robekan kecil pada pembuluh darah leher & otot leher
Menurut saya jika korban didapatkan lidah terjulur, Keluar Sperma, keluar kotoran
itu semua bukan petunjuk cara kematian korban.
SKENARIO 3
1. Pada korban didapat lebam mayat (+), kaku mayat (-)/belum ada. Kapan
meninggalnya?
Jika korban hanya didapatkan lebam mayat (lebam mayat umumnya sudah
terjadi 20-30 menit setelah kematian namun baru kelihatan dalam rentangan 2-4 jam
setelah kematian) jadi, kemungkinan korban meninggal antara Jam 06.00 – 08.00 pagi
tanggal 20 November 2020.
2. Pada korban didapat lebam mayat (+), kaku mayat sebagian, pembusukan (-
)/belum ada. Kapan meninggalnya?
3. Pada korban didapatkan lebam mayat (+), kaku mayat (+) seluruh sendi. Kapan
meninggalnya?
Jika pasien mengalami lebam mayat, namun disertai Kaku mayat seluruh sendi
biasanya 12 jam setelah kematian, maka kemungkinan korban meninggal adalah jam
22.00 malam pada tanggal 19 November 2020.
4. Pada korban didapat lebam mayat (+), kaku mayat (+) sebagian, pembusukan (+).
Kapan meninggalnya?
Pembusukan dimulai 18 – 24 jam setelah seseorang meninggal, maka
kemungkinan korban meninggal antara Jam 10.00 pagi – 16.00 sore tanggal 19
November 2020.
5. Pada korban didapat lebam mayat campur pembusukan, kaku mayat (-),
ditemukan telur lalat saja.
6. Pada korban didapat lebam mayat campur pembusukan, kaku mayat (-) lemas
semua, telur lalat ada, larva lalat umur 2 hari. Kapan meninggalnya?
Larva muncul di hari ke 9 – 12, jika larva umurnya 2 hari maka kemungkinan
korban meninggal 10 Hari lalu pada tanggal 10 November 2020.
7. Pada korban didapat lebam mayat campur pembusukan, kaku mayat (-)/tidak
ada, ditemukan larva + kepompong. Kapan meninggalnya?