Anda di halaman 1dari 10

PRECEPTOR

Andri Andrian Rusman, dr., M.Kes., Sp.F.

POKOK BAHASAN
Visum et Repertum (VeR) korban hidup

TUJUAN
Setelah mempelajari tentang VeR korban hidup, maka diharapkan:
1. Dokter muda memahami prosedur permintaan VeR korban hidup.
2. Dokter muda dapat membuat laporan hasil pemeriksaan luka
korban hidup.
3. Dokter muda dapat membuat laporan VeR korban hidup.

MATERI POKOK BAHASAN


DEFINISI
Definisi VeR secara tertulis tidak ada, dan di dalam Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP) hanya tertulis sebagai keterangan
seorang ahli. Secara harfiah arti dari Visum et Repertum adalah melihat
dan melaporkan, jadi keterangan yang dibuat/dilaporkan adalah benarbenar merupakan fakta yang ditemukan oleh pembuat VeR. Hal yang
utama dalam VeR adalah sifat ke-objektifitas-annya.
Pengertian VeR dapat dilihat dari undang-undang ketika jaman
penjajahan Belanda, yaitu: PASAL 1 STAATSBLAD No.350 TAHUN 1937. Di
dalam undang-undang tersebut adalah tertulis: Visa reperta dari dokterdokter, yang dibuat atas sumpah jabatan yang diikrarkan pada waktu
menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri Belanda atau di Indonesia,
atau atas sumpah khusus, sebagai dimaksud dalam pasal 2, mempunyai
daya bukti dalam perkara-perkara pidana, sejauh itu mengandung
keterangan tentang yang dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksa.
CONTOH KASUS
Kejadian di masyarakat, seperti diracun (keracunan), kecelakaan
yang disengaja (rumah tangga/kerja/transportasi), penganiayaan,
pembunuhan, bunuh diri, dan kejahatan seksual, adalah merupakan
kejadian tidak wajar (pemahaman hukum). Kejadian tidak wajar ini yang
menimpa seseorang apabila diperkarakan secara hukum, maka orang
yang menjadi korban adalah sebagai barang bukti.
Barang bukti korban hidup yang mengalami dampak kejadian tidak
wajar (tindak kekerasan) berupa perlukaan, luka tersebut akan mengalami
perubahan seiring dengan berjalannya waktu sesuai dengan proses
penyembuhannya. Berdasarkan alasan ini, maka bukti akibat kekerasan
di-dokumentasi-kan sebagai alat bukti berupa Visum et Repertum.

PROSEDUR PERMINTAAN VeR KORBAN HIDUP


Pemeriksaan kedokteran forensik korban hidup (= forensik klinik)
dilakukan oleh dokter di tempat pelayanan kesehatan yaitu di rumah sakit
atau puskesmas terhadap setiap pasien dengan perlukaan dan/atau
dugaan tindak kekerasan lainnya atas permintaan penyidik/kepolisian
berupa Surat Permintaan Visum (SPV) yang absah. Pemeriksaan forensik
klinik dapat dilakukan oleh sendiri atau bersama-sama dengan satu dokter
pemeriksa sebagai penanggung jawab.
Jika SPV tidak dapat dibuat dalam kurun waktu yang telah ditentukan,
maka dilakukan pemeriksaan ulang sesuai tanggal penerimaan SPV.
Syarat keabsahan SPV adalah administratif surat yang lengkap, yaitu
terdapat: (1) kepala surat instansi penyidik; (2) nomor dan tanggal surat;
(3) identitas korban yang akan diperiksa; (4) tempat waktu kejadian
perkara atau ditemukannya; (5) identitas lengkap peminta (nama, NRP,
pangkat, jabatan, tanda tangan, stempel instansi).
Pemeriksaan forensik klinik yang dilakukan wajib ditulis dalam rekam
medis pasien, kemudian dituangkan ke dalam format VeR. Setelah selesai,
maka VeR ditandatangani oleh dokter pemeriksa. Jika kasus pasien ini
dirawat bersama, maka pemeriksaan forensik klinik dilakukan oleh
beberapa dokter dan VeR ditandatangani oleh semua dokter yang
merawat sebagai penanggung jawab pemeriksaan forensik klinik tersebut.
LAPORAN VeR
VeR dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diketik di atas kertas berkepala surat (kop surat) instansi dokter
pemeriksa.
b. Mencantumkan kata Pro justitia di bagian atas kiri atau tengah
pada halaman awal.
c. Struktur dan isi terdiri dari pendahuluan, pemberitaan
(pemeriksaan), kesimpulan dan penutup.
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (EYD).
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu
mendeskripsikan temuan pemeriksaan.
f. Tidak menggunakan istilah asing dan istilah kedokteran.
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas dokter pemeriksa.
h. Berstempel instansi dokter pemeriksa.
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.
j. Laporan VeR hanya diberikan kepada penyidik peminta VeR
(instansi). Apabila lebih dari satu instansi peminta, maka kedua
instansi tersebut diberi VeR masing-masing asli.
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada
umumnya, dan disimpan sebaiknya hingga 30 tahun.
Struktur dan isi laporan VeR
Pada halaman awal di kiri atas atau tengah ditulis Pro Justitia

Bagian pendahuluan
Pada bagian ini, dokter pemeriksa tidak menulis/tidak memberi judul
Pendahuluan.
Dokter pemeriksa menulis identitas lengkap peminta VeR (nama,
NRP, pangkat, jabatan, instansi) berdasarkan surat permintaan VeR
(dicantumkan nomor dan tanggal surat).
Dokter pemeriksa menulis keterangan identitas korban (barang
bukti) sesuai surat permintaan VeR.
Dokter pemeriksa menulis keterangan singkat kronologis peristiwa
sesuai surat permintaan VeR.
Dokter pemeriksa menulis jenis pemeriksaan yang diminta sesuai
surat permintaan VeR.
Dokter pemeriksa menulis identitasnya secara lengkap (nama,
NRP/NIP, jabatan, instansi).
Dokter pemeriksa menulis waktu dan tempat pemeriksaan.
Bagian pemberitaan (pemeriksaan)
Pada bagian ini dokter pemeriksa menulis/memberi judul Hasil
Pemeriksaan.
Dokter pemeriksa melakukan pemeriksaan fisik luar dan bila
diperlukan status psikiatrikus serta pemeriksaan penunjang
(laboratorium klinik, rontgen, CT scan, MRI, EKG, EEG dll).
Dokter pemeriksa menulis semua hasil pemeriksaan terhadap
barang bukti yang ditulis secara sistematik, jelas dan dapat
dimengerti oleh orang yang tidak berlatar belakang pendidikan
kedokteran.
Bagian kesimpulan
Pada bagian ini dokter pemeriksa menulis/memberi judul
Kesimpulan.
Dokter pemeriksa menulis opini dalam kesimpulan atas seluruh hasil
pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuan & keahliannya.
Dokter pemeriksa menulis fakta yang terdapat pada korban
mengenai jenis luka, jenis kekerasan dan kualifikasi lukanya
(kualifikasi luka diformulasikan dengan kata-kata sesuai bunyi
ketentuan perundang-undangan).
Bagian penutup
Pada bagian ini dokter pemeriksa tidak menulis/tidak memberi judul
Penutup.
Tulisan kalimat penutupnya adalah Demikianlah VeR tersebut
dibuat dengan sebenar-benarnya, berdasarkan keilmuan yang
sebaik-baiknya, mengingat sumpah dan sesuai dengan ketentuan
dalam KUHAP.
TEKNIK PEMERIKSAAN
Peran dokter dalam melakukan prosedur pemeriksaan forensik klinik
terhadap korban, tidak boleh mengenyampingkan tugas utamanya yaitu
menolong dan menyelamatkan pasien. Teknik pemeriksaan forensik klinik

pada korban dilakukan bersama-sama ketika berlangsungnya prosedur


tindakan medis terhadap pasien.
Teknik pemeriksaan forensik klinik perlukaan:
I. Pemeriksaan umum keadaan korban diperoleh dari hasil pemeriksaan
medis. Data tersebut adalah kesadaran, tanda vital (tekanan darah,
nadi, pernapasan, dan suhu), dan status generalis yang menyokong ke
arah opini kesimpulan derajat luka.
II.
Pemeriksaan khusus, yaitu bukti perlukaan pada korban, hasil
pemeriksaan ini berupa deskripsi luka yang ada. Data yang dicatat
pada pemeriksaan perlukaan ini adalah:
A. Letak luka
1. Letak luka ditentukan dan disesuaikan dari regio anatomis.
Contoh: terdapat luka di dahi kanan atau di dada kanan atau di
perut atas samping kiri atau di pinggang kiri atau di permukaan
depan tungkai atas atau di punggung kaki atau di tempat lainnya.
2. Letak luka ditetapkan dengan koordinat (sumbu x, y) dari titik
terdekat dan terfiksasi. Titik terfiksasi adalah garis tengah tubuh,
puncak batang hidung, pangkal batang hidung, tepi atas daun
telinga, sudut mulut kanan, sudut luar mata kiri, puting susu,
garis setinggi pusar, garis lipat paha, garis setinggi lutut, dan lainlain. Contoh: pada daerah pipi kanan, 3,5 cm dari garis tengah
kepala dan 4 cm dari sudut mulut kanan.
B. Jenis luka
Luka lecet, luka memar, luka terbuka, atau lainnya.
C. Bentuk luka
Titik, garis, bundar, bulan sabit, tidak beraturan, atau lainnya.
D. Arah luka
Kiri, kanan, melintang, membujur, atau lainnya.
E. Tepi luka
Rata, tidak rata, compang camping, atau lainnya.
F. Sudut luka
Lancip atau tumpul.
G. Dasar luka
Bentuk saluran luka atau bukan, ukuran kedalaman luka, jaringan
bawah kulit/otot/rongga tubuh.
H. Ukuran luka
Dua dimensi: (panjang x lebar); atau tiga dimensi: (panjang x lebar
x kedalaman/ketinggian). Ukuran luka dalam satuan ukuran yang
sama.
I. Sekitar luka
Warna, keadaan kotor/bersih, atau lainnya.

SIMPULAN
1. Pada kasus kejadian tidak wajar ( kasus perlukaan), dokter
melakukan penanganan medis terhadap pasien dan juga

memperlakukan pasien sebagai barang bukti jika ada prosedur


permintaan VeR.
2. Prosedur permintaan VeR adalah berupa surat permintaan visum
dari penyidik/kepolisian yang ditujukan kepada rumah sakit atau
puskesmas.
3. Pemeriksaan forensik klinik mencari fakta berupa bukti kekerasan
dan dilakukan bersama-sama dengan penanganan medis.
4. Laporan hasil pemeriksaan forensik klinik dituangkan dalam VeR dan
diserahkan kepada penyidik peminta VeR.

KEPUSTAKAAN
1. Sampurna, B., Samsu, Z., 2004. PERANAN ILMU FORENSIK DALAM
PENEGAKAN HUKUM: Sebuah Pengantar, Edisi kedua, Bagian
Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
2. TEKNIK AUTOPSI FORENSIK, 2000. Cetakan ke-4, Bagian Kedokteran
Forensik Universitas Indonesia, Jakarta.
3. Dahlan, S., 2003. PETUNJUK PRAKTIKUM Pembuatan VISUM ET
REPERTUM, Edisi II Cetakan I, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
4. Soeparmono, R., 2002. KETERANGAN AHLI & VISUM ET REPERTUM
dalam ASPEK HUKUM ACARA PIDANA, Cetakan II, Penerbit Mandar
Maju, Bandung.
5. Tim Kedokteran Forensik, 2005. PEDOMAN PENYUSUNAN VISUM ET
REPERTUM DI RS. DR. SARDJITO, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Instalasi Kedokteran
Forensik RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.
6. Tim Kedokteran Forensik, 2005. ARTI DAN MAKNA BAGIAN-BAGIAN
VISUM ET REPERTUM, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Instalasi Kedokteran Forensik
RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.
7. Yudhistira, A., 2011. Pengantar Pelayanan Kedokteran Forensik
Klinik, Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK
Unjani, Cimahi.
8. Yudhistira, A., 2011. Prosedur Pelayanan Forensik Klinik,
Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unjani,
Cimahi.

LAMPIRAN 1
CONTOH SURAT PERMINTAAN VISUM (SPV) PERLUKAAN DARI
PENYIDIK/KEPOLISIAN

LAMPIRAN 2
CONTOH LAPORAN VISUM et REPERTUM KORBAN HIDUP

KOP SURAT
PRO JUSTITIA

Visum et Repertum
No. XXX/xxx/RS X/II/2009
Berhubung dengan surat permintaan tertulis dari
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Barat
Resor Kota Cimahi Sektor Batujajar, No Pol:
B/--/II/2009/Reskrim pertanggal 18 Pebruari 2009, yang di
tanda tangani oleh Ajun Komisaris Polisi X Nrp XXXXXXXX
Pangkat: XXXX Jabatan: Kepala Kepolisian Sektor Batujajar,
untuk melakukan pemeriksaan luka terhadap korban
menurut surat tersebut Nama:Tn X, Tempat/Tgl.lahir: XXX,
Jenis Kelamin: XXX, Bangsa: XXX, Pekerjaan: XXX, Alamat:
XXX, dengan keterangan peristiwa: Orang tersebut diduga
telah mengalami: Kecelakaan pada hari ___ tanggal ___
sekira jam 10.15 wib di ___ Kec. ___ Kab. ___ diduga telah
terjadi adanya kecelakaan jatuh sewaktu sedang
menjalankan pekerjaan di
___.----------------------------------------------------------------------------Maka saya yang bertandatangan dibawah ini X,
NRP/NIP:___, dokter pada Bagian Ruang Perawatan Intensif
Rumah Sakit X, menerangkan bahwa pada hari Selasa,
tanggal 18 Pebruari 2009, pada jam 14.00 WIB (empat belas
nol nol Waktu Indonesia Barat) sampai dengan jam 14.30
WIB (empat belas lebih tiga puluh menit Waktu Indonesia
Barat) di ruang perawatan intensif Rumah Sakit X, telah
melakukan pemeriksaan luka terhadap korban tersebut di
atas.-------------------------------------------------------

Hasil pemeriksaan luka sebagai


berikut:----------------------------------------------I. KETERANGAN
KORBAN-----------------------------------------------------------------Korban mengaku pada hari....., tanggal....., jam....., di......,
telah mengalami kejadian....... yang mengakibatkan korban
mengalami luka pada.... dan atau
mengeluh......--------------------------------------------------------------------------------Halaman X, No.VeR: XXX/xxx/RS X/II/2009
II. PEMERIKSAAN LUAR.
------------------------------------------------------------------1.1. Pemeriksaan
Umum--------------------------------------------------------------Kesadaran: Tidak sadar (koma), pasien memakai alat bantu
pernapasan.----Tekanan darah: 100/70
mmHg.----------------------------------------------------------Nadi: 68 kali per
menit.--------------------------------------------------------------------Pernapasan: 16 kali per
menit.----------------------------------------------------------Suhu:
36oCelcius.---------------------------------------------------------------------------Pemeriksaan dada/perut: Paru tidak dapat bernapas
spontan, jantung dan organ dalam lainnya tidak ada
kelainan.----------------------------------------------1.2. Pemeriksaan
Khusus--------------------------------------------------------------Pada kepala bagian belakang, tepat pada garis tengah
setinggi tepi atas daun telinga, terdapat luka memar, ukuran
5 x 6 cm, warna merah.-----------

Pada dada kanan, 4 cm dari garis tengah tubuh dan 5 cm


dari garis setinggi puting susu, terdapat luka memar, ukuran
3 x 4 cm, warna merah.-----------III. PEMERIKSAAN
PENUNJANG-----------------------------------------------------Hasil pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging pada
tanggal 18 Pebruari 2009 dari dr.XX, Sp.Rad., adalah pada
daerah otak belakang terdapat
perdarahan.----------------------------------------------------------------------------------IV.
KESIMPULAN---------------------------------------------------------------------------Pada korban ini terdapat:
----------------------------------------------------------------Pada kepala bagian belakang terdapat luka memar akibat
kekerasan
tumpul.---------------------------------------------------------------------------------------Selanjutnya terdapat kondisi korban tidak sadar (koma) dan
perdarahan di daerah otak belakang sesuai dengan hasil
pemeriksaan Magnetic Resonance
Imaging.------------------------------------------------------------------------Keadaan tersebut dapat mengakibatkan ancaman bahaya
maut.-----------Demikianlah Visum et Repertum tersebut dibuat
dengan sebenar-benarnya, berdasarkan keilmuan yang
sebaik-baiknya, mengingat sumpah dan sesuai dengan
ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana.----------------------------------------------------------------------------------------Dokter tersebut diatas,
(XXXXXXXXXXXXXX)
NRP/NIP:___
Halaman X, No.VeR: XXX/xxx/RS X/II/2009

Anda mungkin juga menyukai