mandiri
ini
membahas
bagaimana
proses
patofisiologi
penyakit
embrionik dimana secara normal mendiami kolon distal selama masa ini.
Namun terjadi defek migrasi sel-sel krista neural tersebut yang merupakan
prekursor sel ganglion intestinal. Normalnya sel tersebut bermigrasi secara
sefalokaudal (Tanto, Liwang, Hanifati, & Pradipta, 2014). Namun migrasi
dari kolon tranversal bagian tengah ke anus memerlukan waktu selama 4
minggu sehingga periode ini paling rentan terjadi defek migrasi sel krista
neural (Holschneider & Puri, 2008). Carlson (2014) mengatakan penyakit
Hirschsprung juga berkaitan dengan mutasi tiga gen spesifik yaitu protoonkogen RET, gen EDNRB (endothelin B receptor) dan gen EDN3
(endothelin 3). Dengan adanya kegagalan migrasi neuroblas dan adanya
pengaruh mutasi gen tersebut kegagalan dalam pembentukan ganglia saraf
enterik pada rektum dan sebagian tidak ada dalam kolon yaitu pleksus
submukosa (Meissner) dan pleksus mienterik (Auerbach) (Bowden &
Greenberg, 2010).
C. Patofisiologi
Segmen aganglionik hampir selalu meliputi rektum dan sebagian
proksimal usus besar, atau kadang-kadang dapat terjadi aganglionosis usus
total. Hal ini menyebabkan tidak adanya gerakan mendorong (peristaltik)
sehingga tinja bertumpuk dan terjadi distensi usus di sebelah proksimal defek
(megakolon). Di samping itu, ketidakmampuan sfingter ani interna untuk
melakukan relaksasi turut menimbulkan manifestasi klinis obstruksi keadaan
ini mencegah evakuasi kotoran yang berbentuk padat, cair atau gas. Distensi
intestinal dan iskemia dapat terjadi karena distensi dinding usus yang ikut
menyebabkan terjadinya enterokolitis (inflamasi usus halus dan kolon), yaitu
penyebab utama kematian pada anak-anak yang menderita penyakit
Hirschsprung (Hockenberry & Wilson, 2013).
Ball, Bindler, dan Cowen (2012) menyatakan bahwa persarafan
parasimpatis secara normal seharusnya mampu memberikan pengaruh
terhadap pergerakan peristaltik usus dengan dukungan oleh ganglion usus dan
rektum. Namun pada penyakit Hirschsprung persarafan parasimpatik menjadi
tidak sempurna pada bagian usus yang aganglionik sehingga peristaltik
menjadi abnormal, mengakibatkan terjadinya konstipasi dan obstruksi.
Obstruksi pada lumen usus menyebabkan tinja dan gas akan terkumpul di
Referensi:
Ball, J., Bindler, R., & Cowen, K. (2012). Principles of Pediatric Nursing: Caring
for children (5th Ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Bowden, V.R. & Greenberg, C.S. (2010). Children and Their Families: The
Continuum of Care. (2nd Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Carlson, B.M. (2014). Human Embryology & Developmental Biology. (5th Ed).
Philadelphia: Saunders Elsevier Inc.
Mutasi gen: proto-onkogen RET, gen EDNRB & gen EDN3
si neoroblas secara sefalokaudal
kehamilan
minggu J. (Eds) (2007). Oxford Handbook of
Glasper, pada
E.A.,masa
McEwing,
G., &10-12
Richardson,
Childrens and Young Peoples Nursing. New York: Oxford University Press
Hockenberry, M. & Wilson, D. (2013). Wongs Essential of Pediatric Nursing. (9th
Ed). St. Louis: Mosby Elsevier
Distensi usus
Mekonium,
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuhcairan, gas tidak bisa keluar
Obstruksi partial
Konstipasi kronik
Iskemia
Megacolon
Enterokolitis
Koping
Perbahan status kesehatan
anak keluarga tidak efektif
Pembedahan
Lampiran
1. WOC Morbus Hirschsprung
Demam, tinja menyemprot, bau busuk dan berdarah
Kurang pengetahuan
Resiko hipertermi
Resiko infeksi
Keterbatasan aktivitas
Resiko gangguan integritas kulit