Anda di halaman 1dari 34

Abses Leher

Sherry Felicia
0000 0000 981
Abses leher

Kumpulan nanah yang terakumulasi di ruang


potensial di antara fasia leher dalam akibat adanya
proses infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah
dan leher.
Penyebab Jumlah %

Etiologi Gigi 77 43
Penyalahgunaan obat suntik 21 12
Faringotonsilitis 12 6,7
Fraktur mandibula 10 5,6
Anaerob : Aerob
Infeksi kulit 9 5,1
10 : 1
Tuberculosis 9 5,1

Anaerob : Benda asing 7 3,9


Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium spp, Peritonsil abses 6 3,4
dan Peptostreptococcus spp.
Trauma 6 3,4

Aerob : Sialolitiasis 5 2,8


Streptococcus pyogenic Parotis 3 1,7
Stapylococcus aureus. Lain-lain 10 5,6
Tidak diketahui 35
Tipe –tipe abses pada leher
1. Abses parotid
2. Abses peritonsil
3. Abses retrofaring
4. Abses parafaring
5. Abses submandibula
6. Abses Ludovici
Abses parotid
Definisi:

Merupakan supurasi dari ruang parotid


yang terdapat dalam deep cervical fascia
(profound layer). Isi dari parotid space meliputi
glandula parotis, parotid lymph nodes, facial
nerve, external carotid artery, dan
retromandibular vein. Lapisan fascia profunda
tidak setebal lapisan fascia superfisial, sehingga
apabila terdapat formasi abses pada lapisan ini,
abses dapat pecah dan membentuk abses
parapharyngeal yang dapat menyebar ke
mediastinum.
Etiologi:

1. Dehidrasi, terutama pada pasien pasca operasi


2. Pasien debilitatif -> stasis dari aliran air liur
3. Infeksi rongga mulut -> ascending infection menuju Stenson’s duct
4. Organisme yang paling sering ditemukan dalam media isolasi adalah
Staphylococcus aureus, namun organisme lain seperti Streptococcus sp.,
bakteri gram negatif, dan bahkan bakteri anaerobik
Manifestasi klinis:

1. Biasanya terdapat 5-7 hari setelah operasi


2. Pembengkakan, kemerahan, indurasi, dan nyeri tekan pada daerah parotid
dan pada sudut mandibula
3. Biasanya bersifat unilateral, namun dapat bersifat bilateral dalam beberapa
kasus
4. Bukaan dari ductus Stensoni bengkak, terdapat eksudat berupa nanah pada
penekanan kelenjar parotid
5. Demam tinggi
6. Dehidrasi
Diagnosis:

Dapat dilakukan melalui ultrasonografi


ataupun dengan CT Scan. Diagnosis
dapat ditegakkan apabila terdapat satu
atau lebih lokuli yang berisi nanah.
Aspirasi dari abses dapat dilakukan
untuk kultur dan skrining sensitivitas
terhadap antibiotik.
Tatalaksana:

Tatalaksana inisial adalah untuk koreksi dehidrasi


apabila pasien menderita dehidrasi, memastikan
kebersihan rongga mulut, dan meningkatkan
kemampuan dan kapabilitas aliran air liur dari
salurannya. Setelah itu dapat diberikan antibiotik
intravena spektrum luas atau spesifik apabila
organisme penyebab sudah ditemukan dan diuji
sensitivitasnya. Insisi drainase dapat dilakukan
melalui insisi preaurikular. Flap kulit dapat dibuat
untuk visualisasi abses secara luas dan dilakukan
drainase dengan memperhatikan struktur seperti
pembuluh darah dan CN VII.
Abses Retrofaring
- Biasanya ditemukan pada anak berusia <5 tahun. Hal ini terjadi pkarena pada
usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa, masing-masing 2-5
buah pada sisi kanan dan kiri.
- Kelenjar ini menampung aliran limfa dari hidung, sinus paranasal, nasofaring,
faring, tuba Eustachius, dan telinga tengah.
- Pada usia anak diatas 6 tahun, kelenjar limfa ini akan mengalami atrofi.
Etiologi Abses retrofaring

- Infeksi saluran napas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring


- Trauma dinding belakang faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau
tindakan medis, seperti adenoidektomi, intubasi endotrakea, dan endoskopi
- Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas (abses dingin).
Gejala dan Tanda Abses Retrofaring
Gejala utama: rasa nyeri dan sukar menelan.

Gejala lain:

- Pada anak kecil menyebabkan anak menangis terus (rewel) dan tidak mau makan atau
minum.
- Demam
- Leher kaku
- Sesak napas karena sumbatan jalan napas, terutama di hipofaring.
- Bila proses peradangan berlanjut sampai mengenai laring, dapat timbul stridor.
- Sumbatan oleh abses juga dapat mengganggu resonansi suara sehingga terjadi
perubahan suara.
- Pada dinding belakang faring tampak benjolan, biasanya unilateral.
- Mukosa terlihat bengkak dan hiperemis.
Diagnosis Abses Retrofaring
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:

- Adanya riwayat infeksi saluran napas bagian atas atau trauma.


- Gejala dan tanda klinik
- Pemeriksaan penunjang foto Rontgen jaringan lunak leher lateral. Foto
rontgen akan tampak pelebaran ruang retrofaring >7 mm pada anak dan
dewasa serta pelebaran retrotrakeal >14 mm pada anak dan >22 mm pada
orang dewasa. Selain itu, juga dapat terlihat berkurangnya lordosis vertebra
servikal.
Terapi Abses Retrofaring
- Medikamentosa: diberikan antibiotika dosis tinggi (untuk kuman aerob dan
anaerob) secara parenteral.
- Tindakan bedah: pungsi dan insisi abses melalui laringoskopi langsung dalam
posisi pasien baring Trendelenburg. Pus yang keluar segera diisap agar tidak
terjadi aspirasi. Tindakan dapat dilakukan dalam analgesia lokal atau
anestesia umum. Pasien dirawat inap sampai gejala dan tanda infeksi reda.
Komplikasi Abses Retrofaring
- Penjalaran ke ruang parafaring, ruang vaskuler visera
- Mediastinitis
- Obstruksi jalan napas sampai asfiksia
- Bila pecah spontan, dapat menyebabkan pneumonia aspirasi dan abses
paru.
Abses Peritonsil (Quinsy)
Etiologi

● Terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi dari kelenjar mukus Weber.
● Penyebab abses peritonsil sama dengan kuman yang menyebabkan tonsilitis (kuman
aerob & anaerob).

Patologi

● Stadium permulaan (infiltrat) - Pembengkakan dan permukaan hiperemis.


● Proses berjanlut - Terjadi supurasi sehingga daerah tersebut lebih lunak.
Pembengkakan pada peritonsil akan mendorong tonsil & uvula ke sisi kontralateral.
● Abses dapat pecah secara spontan, dan mungking terjadi aspirasi ke paru.
Abses peritonsil
Gejala

a) Tanda tonsilitis akut


b) Odinofagia
c) Otalgia (biasanya pada sisi yang sama)
d) Muntah (regurgitasi)
e) Mulut berbau
f) Hipersalivasi
g) Hot potato voice
h) Trismus (sukar membuka mulut)
i) Pembengkakan kelenjar submandibular dengan nyeri tekan
Abses peritonsil
Pemeriksaan

- Palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan (teraba fluktuasi)


- Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral
- Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin terdapat banyak detritus sehingga terdorong ke
arah tengah, atas dan bawah.
Terapi abses peritonsil

Terapi

1) Stadium infiltrasi - antibiotik golongan penisilin atau klindamisin &


obat simtomatik, kumur-kumur dengan cairan hangat, kompres
dingin pada leher.
2) Terbentuk abses - dilakukan pungsi daerah abses & insisi untuk
mengeluarkan nanah. Insisi dilakukan pada dareah paling menonjol.
3) Pasien dianjurkan tonsilektomi
- Tonsilektomi a’ chaud : Bila dilakukan bersama-sama dengan
tindakan drenase abses.
- Tonsilektomi a’ tiede : Dilakukan 3-4 hari sesudah drenase abses.
- Tonsilektomi a’ froid : Dilakukan 4-6 minggu sesudah drenase abses.
- Pada umumnya dilakukan 2-3 minggu setelah drenase abses dan
infeksi sudah tenang.
Komplikasi abses peritonsil
1) Abses pecah secara spontan dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau
piemia.
2) Terjadi abses parafaring karena infeksi menjalar ke daerah parafaring. Bila menjalar ke
mediastinum akan terjadi mediastinitis.
3) Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial dapat mengakibatkan trombus sinus
kavernosus, meningitis dan juga abses otak.
Abses Parafaring
Etiologi

- Infeksi Langsung = akibat tusukan jarum saat


tonsilektomi
- Proses Supurasi = kelenjar limfa leher dalam, gigi, tonsil,
faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan vertebra
servikasl
- Penjalaran Infeksi = dari ruang peritonsil, retrofaring,
submandibula
Gejala dan Tanda Abses Parafaring
- Trismus
- Indurasi atau pembengkakan disekitar angulus
mandibula
- Demam tinggi
- pembengkakan dinding lateral faring, sehingga
menonjol ke arah medial
Komplikasi Abses Parafaring
Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung
(perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya.

Penjalaran ke atas dapat mengakitbatkan peradangan intrakranial

Kebawah menyusuri selubung karotis mencapai mediastinum


Komplikasi Abses Parafaring
Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah.

bila pembuluh karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur sehingga terjadi
perdarahan hebat

bila terjadi periflebitis atau endoflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septikemia
Terapi Abses Parafaring
- antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob
- evakuasi abses bila tidak ada perbaikan dengan antibiotika dalam 24-48 jam
- dengan eksplorasi dalam narkosis
- Insisi dari luar dan intra oral
Terapi Abses Parafaring
- Insisi dari luar dilakukan 2 ½ jari dibawah
dan sejajar mandibula.
- secara tumpul eksplorasi dilanjutkan dari
batas anterior m. sternokleidomastoideus ke
arah atas belakang menyusuri bagian medial
mandibula dan m. pterigoid interna
mencapai ruang parafaring dengan
terabanya prosesus stiloid.
- Bila nanah terdapat didalam selubung
karotis, insisi dilanjutkan vertikal dari
pertengahan insisi horizontal ke bawah
depan m. sternokleidomastoideus
Terapi Abses Parafaring
- insisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring
- memakai klem arteri eksplorasi dilakukan dengan menembus m. konstriktor
faring superior ke dalam ruang parafaring anterior.
- insisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai terapi tambahan terhadap
insisi eksternal

Pasien dirawat inap sampai gejala dan tanda infeksi reda!


Abses Submandibula
Etiologi :

- Akibat infeksi yang bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur,
kelenjar limfa submandibula, dan ruang leher dalam lainnya.
Gejala Abses Submandibula
- Demam
- Nyeri leher
- Pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah (berfluktuasi)
- Trismus (sering di temukan)
Komplikasi Abses Submandibula
- Osteomielitis mandibula dan vertebra servikal.
- Obstruksi saluran nafas atas
- Mediastinitis
- Dehidrasi
- Sepsis.
Terapi Abses Submandibula
Medikamentosa :

- Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman anaerob dan aerob


- Rawat inap sampai 1 - 2 hari gejala dan tanda infeksi reda

Tindak pembedahan:

- insisi abses
Abses Ludovici
● Infeksi ruang submandibula berupa
selulitis dengan tanda khas berupa
○ Pembengkakan seluruh ruang
submandibula
○ Tidak membentuk abses
○ Keras pada perabaan
submandibula
● Etiologi
○ Seringkali berasal dari gigi atau
dasar mulut
○ Kuman aerob dan anaerob
● Gejala dan tanda
○ Nyeri tenggorok dan leher
○ Pembengkakan di daerah
submandibula →
■ Tampak hiperemis dan
keras pada perabaan
○ Dasar mulut membengkak →
■ Sesak napas (Sumbatan
jalan napas)
● Diagnosis
○ Berdasarkan riwayat sakit gigi, menggorek atau cabut gigi
○ Gejala dan tanda klinik
● Terapi
○ Antibiotika dosis tinggi
○ Pengobatan sumber infeksi (gigi)
■ Mencegah kekambuhan
○ Rawat inap
■ Hingga infeksi reda
● Komplikasi
○ Sumbatan jalan napas
○ Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain dan mediastinum
○ Sepsis

Anda mungkin juga menyukai