Anda di halaman 1dari 20

DEFINISI FOTO POLOS ABDOMEN

Pemeriksaan foto abdomen tanpa kontras yang juga dikenal dengan plain foto abdomen
disebut juga BOF (Biuch over sich) atau BNO (Blader Neir Over Sich) merupakan salah
satu pemeriksaan radiologis yang digunakan untuk menunjang dalam menegakkan diagnosa
suatu penyakit. Daerah pemeriksaannya meliputi:
Bagian atas : diafragma
Bagian bawah : symphisis pubis
Bagian lateral : tepi lateral abdomen ( flank )
Organ-organ dalam abdomen yang masih dalam daerah diafragma sampai symphisis
pubis, yang masih masuk dalam daerah pemeriksaan yaitu:
Hepar
Lien
Ginjal
Pankreas
Intestine
TUJUAN
BOF Untuk mengetahui kelainan dalam abdomen

INDIKASI FOTO ABDOMEN

Foto abdomen digunakan untuk pemeriksaan tambahan pada pasien dengan gejala klinis:

Obstruksi usus

Perforasi ulcus duodeni/ gaster dan perforasi usus

Nyeri renal

Benda asing baik yang tertelan atau akibat trauma dan IUD yang terdislokasi

Pada bayi baru lahir dengan muntah yang menetap atau meconium yang tidak keluar.
KONTRA INDIKASI FOTO ABDOMEN

Pada pemeriksaan radiologis perlu diperhatikan terhadap adanya resiko radiasi. Ten
Day Rule perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya radiasi pada kehamilan yang tidak
diduga sebelumnya, yaitu pemeriksaan radiologi pada wanita usia 12 sampai 50 tahun pada
10 hari setelah menstruasi hari pertama perlu hati-hati, kecuali:

1. Wanita yang tidak kawin ( tidak berhubungan sex )

2. Wanita yang sedang menstruasi saat akan dilaksanakan foto

3. Wanita yang menggunakan kontrasepsi ( pil ) selama 3 bulan efektif

4. Wanita dengan IUD yang terbukti efektif selama 3 bulan

5. Wanita yang telah dilakukan sterilisasi.

Syarat- syarat foto abdomen harus dipenuhi baik dalam pembuatan foto maupun foto
itu sendiri, yaitu:

1. Persiapan penderita

- Diet rendah serat berupa makan bubur kecap selama 2 hari sebelum
pemeriksaan, untuk mengurangi bentukan faecal

- Malam hari sebelum pemeriksaan diberikan laxant 30 gram

- Jangan merokok untuk mengurangi pembentukan gas dalam usus

- Kencing dulu sebelum foto dibuat

- Puasa 6- 8 jam sebelum pemeriksaan.

2. Persiapan pemotretan:

A. Film : - Dewasa : 30 x 40 cm

35 x 42 cm

- Anak : 24 x 30 cm
B. Tehnik :

a. Centrasi : + VL 4 ( vertebrata lumbal 4 )

b. Posisi penderita : ditengah meja dengan vertebra di garis tengah.

c. Saat exposure : penderita sebaiknya inspirasi dan diam

d. Exposure factor : KV/ mAs/ FFD ( fokus film distance )

3. Posisi yang sesuai dengan indikasi klinis

Untuk mengetahui beberapa kelainan dalam abdomen dapat dilakukan pada posisi,
sebagai berikut:

A. AP ( anteroposterior ) telentang

Foto ini diperlukan untuk melihat secara maksimal dan detail dari organ-organ
abdomen secara anatomis.

B. AP ( anteroposterior ) berdiri/ duduk/ setengah duduk/ diafragma, untuk melihat:

- Air fluid level

- Gambaran lebih jelas didinding usus

- Membedakan masing-masing usus dan ketebalan dinding usus

- Mobilitas dari udara dalam abdomen termasuk udara bebas di bawah diafragma

C. LLD (left Lateral Decubitus

Untuk mendapatkan gambaran udara bebas pada obtruksi ileus


DEFINISI Colon In Loop

Colon In Loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim pencernaan dengan


memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon).

TUJUAN

Tujuan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis


dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau
kelainan-kelainan pada colon

Indikasi dan kontras indikasi


Indikasi
a). Colitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya colitis
ulseratif dan colitis crohn.
b). Carsinoma atau keganasan.
c). Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan
mukosa dan muskularis mukosa.
d). Mega colon adalah suatu kelainan konginetal yang terjadi karena tidak adanya sel
ganglion dipleksus mienterik dan sub mukosa pada segmen colon distal. Tidak adanya
peristaltic menyebabkan feases sulit melewati segmen agangglionik, sehingga
memungkinkan penderita untuk buang air besar 3 minggu sekali.
e). Obstruksi atau Illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.
f). Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
g). Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.
h). Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus ke bagian usus
yang lain.
i). Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
j). Intussusepsi adalah gangguan mekanis pada bayi yang sering disebabkan oleh cacat
kelahiran dimana adanya pembesaran saluran usus didaerah distal, biasanya didaerah
illeus.
Kontra Indikasi
a). Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan
tinggi, juga terjadi karena pengembangan yang berlebihan.
b). Obstruksi akut atau penyumbatan.

Persiapan Pasien
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk
membersihkan colon dari feases, karena bayangan dari feases dapat mengganggu gambaran dan
menghilangkan anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan informasi dengan adanya
filling defect.
Menurut Rasad (1999), prinsip dasar pemeriksaan Colon in Loop memerlukan beberapa
persiapan pasien, yaitu :
a. Mengubah pola makanan pasien
Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk
menghindari terbentuknya bongkahan-bongkahan tinja yang keras (48 jam sebelum
pemeriksaan)

b. Minum sebanyak-banyaknya
Absorbi air terbanyak terjadi pada kolon, dengan pemberian air minum yang banyak dapat
menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek

c. Pemberian obat pencahar


Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya
sebagai pelengkap saja. Pencahar mutlak diberikan pada pasien dengan keadaan : rawat
baring yang lama, sambelit kronis, orang tua (18 jam sebelum pemeriksaan dan 4 jam
sebelum pemeriksaan)

d. Seterusnya puasa sampai pemeriksaan agar kolon kosong sehingga gambaran anatomi dari
kolon terlihat dengan jelas
e. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,251mg/oral untuk
mengurangi pembentukan lendir
f. 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi injeki obat yang menunkan peristaltic usus
sehingga saat mamasukan barium tidak dikeluarkan kembali.
Persiapan Alat dan Bahan
a. Persiapan alat pada pemeriksaan Colon in Loop, meliputi :
1. Pesawat x ray siap pakai
2. Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan
3. Marker
4. Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .
5. Vaselin atau jelly
6. Sarung tangan
7. Penjepit atau klem
8. Kassa
9. Bengkok
10. Apron
11. Plester
12. Tempat mengaduk media kontras
b. Persiapan bahan
1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara
12-25% W/V untuk kontras tunggal dan 70 80 % W/V (Weight /Volume) untuk
kontras ganda. Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon,
kurang lebih 600 800 ml
2. Air hangat untuk membuat larutan barium
3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan
kedalam anus.

PROYEKSI RADIOGRAF

Pemeriksaan Colon in Loop untuk proyeksi awal cukup dilakukan degan posisi full filling
AP-PA, seteah itu bila ditemukan kelainan atau kejanggalan baru dilakukan
positioning sesuai dengan letak kelainan yang ditemukan.
1. Proyeksi Antero posterior (AP)/postero inferior (PA)
Posisi pasien : Pasien diposisikan supine/prone di atas meja pemeriksaan dengan
MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah
meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan
kedua kaki lurus ke bawah.
Posisi objek : Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus
dan batas bawah adalah symphisis pubis.
Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca.
Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
FFD : 100 cm
Kriteria radiograf : Menunjukkan seluruh colon terlihat, termasuk fleksura dan
colon sigmoid.

. Posisi pasien AP dan PA dan hasil radiograf


pada pemeriksaan Colon In Loop

2. Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)


Posisi pasien : Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian
dirotasikan ke kanan kurang lebih 35- 45 terhadap meja
pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan
kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki
kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja
Cenral Point : Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah
kedua crista illiaca.
Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
FFD : 100 cm
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit
superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak
juga daerah sigmoid dan colon asenden.

. Posisi pasien RAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

3. Proyeksi LAO
Posisi pasien : Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian
dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan.
Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh
berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan ditekuk
sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.
Central point : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua
crista illiaca.
Central ray : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
FFD : 100 cm
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit
superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah colon
descendens tampak.

. Posisi pasien LAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan


Colon In Loop

4. Proyeksi LPO
Posisi pasien : Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih
35 - 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan
untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan
pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki
kanan ditekuk untuk fiksasi.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.
Central ray : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua
crista illiaca.
Central point : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
FFD : 100 cm
Posisi pasien LPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
5. Proyeksi RPO.
Posisi pasien : Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian
dirotasikan ke kanan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja
pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan
kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki
kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.


Central point : Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah
kedua crista illiaca
Central ray : Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Eksosi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
FFD : 100 cm
Kriteria : Menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan colon
ascendens.

Posisi pasien RPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan


Colon In Loop

6. Proyeksi Lateral.
Posisi pasien : Pasien diposisikan lateral atau tidur miring
Posisi Objek : Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu
sedikit fleksi untuk fiksasi.
Cenral Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap film
Central Point : Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior
(SIAS).
Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
FFD : 100cm
Kriteria : Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada
pertengahan radiograf.

Posisi pasien Lateral dan hasil radiograf pada pemeriksaan


Colon In Loop

7. Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)


Posisi pasien : Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring ke kiri dengan
bagian abdomen belakang menempel dan sejajar dengan kaset.
Posisi objek : MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid.
Cenral point : Sinar horisontal dan tegak lurus terhadap kaset.
Central ray : Titik bidik diarahkan pada pertengahan kedua crista illiaka
Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
FFD : 100 cm
Kriteria : Menunjukkan bagian atas sisi lateral dari colon ascendens naik
dan bagian tengah dari colon descendens saat terisi udara.

Posisi pasien LLD dan hasil radiograf pada pemeriksaan CIL


8. Proyeksi Antero Posterior Aksial.
Posisi pasien : Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan
Posisi objek : MSP tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan
lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Atur
pertengahan kaset dengan menentukan batas atas pada puncak
illium dan batas bawah symphisis pubis.
Central Point : Titik bidik pada 5 cm di bawah pertengahan kedua crista illiaca.
Central ray : Arah sinar membentuk sudut 30 - 40 kranial.
Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
FFD : 100cm
Kriteria : menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan sedikit
mengalami superposisi dibandingkan dengan proyeksi antero
posterior, tampak juga kolon transversum.

Gambar 9. Posisi pasien AP Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

9. Proyeksi Postero Anterior Aksial.


Posisi pasien : Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan
Posisi objek : MSP tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.
Kedua tangan lurus disamping tubuh dan kaki lurus kebawah.
MSP objek sejajar dengan garis tengah grid, pertengahan kaset
pada puncak illium.
Cenral point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca
Cenral ray : Arah sinar menyudut 30 - 40 kaudal.
Eksposi : Eksposi pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
FFD : 100cm
Kriteria : Tampak rektosigmoid ditengah film, daerah rektosigmoid terlihat
lebih sedikit mengalami superposisi dibandingkan dengan
proyeksi PA, terlihat colon transversum dan kedua fleksura.

Posisi pasien PA Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan


Colon In Loop
DEFINISI IVP (INTRAVENA PYELOGRAPHY)
visualisasi traktus urinarius dalam menilai jaringan hingga
morfologi ginjal dengan menyuntikkan bahan kontras secara
intravena dan dilakukan pengambilan gambar radiologis (sinar X-ray) secara
serial yang disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal,
berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih.

TUJUAN

menilai fungsi eksresi ginjal


menilai morfologi dan struktus pelvio-kalises sistem
menilai kemampuan miksi
menilai keadaan parenkim ginjal, sistem pyelokaliks, ureter dan
vesica urinaria

Indikasi IVP :
Renal agenesis
Polyuria
BPH (benign prostatic hyperplasia)
Congenital anomali :
duplication of ureter n renal
pelvis
ectopia kidney
horseshoe kidney
malroration
Hydroneprosis
Pyelonepritis
Renal hypertention
Kontraindikasi IVP :
Alergi terhadap media kontras
Pasien yang mempunyai kelainan
atau penyakit jantung
Pasien dengan riwayat atau dalam
serangan jantung
Multi myeloma
Neonatus
Diabetes mellitus tidak
terkontrol/parah
Pasien yang sedang dalam
keadaan kolik
Hasil ureum dan creatinin tidak
normal (kreatinin > 6mg)
Persiapan pasien sama seperti pada BOF dan CIL.

BAHAN KONTRAS
Bahan Kontras disuntikan secara intra vena, biasanya
pada vena cubiti. Pasien dalam posisi Supine. Volume Bahan kontras sebagai berikut :
Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya disesuaikan
dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.
Untuk anak anak kira kira 2 ml per kg berat badan. Bila ada dugaan kegagalan ginjal ,dosis 4
ml per kg berat badan.

CARA PEMERIKSAAN IVP :


1. Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan pasien
2. Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui intravena 1 cc saja,
diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis.
3. Jika tidak ada reaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan dengan memasang alat
compressive ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan dan kiri.
4. Setelah itu lakukan foto nephogram dengan posisi AP supine 1 menit setelah injeksi
media kontras untuk melihat masuknya media kontras ke collecting sistem, terutama pada
pasien hypertensi dan anak-anak.
5. Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan ukuran film
24 x 30 untuk melihat pelviocaliseal dan ureter proximal terisi media kontras.
6. Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan film 24 x 30
mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi media kontras7. Foto
30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat gambaran bladder terisi penuh media
kontras. Film yang digunakan ukuran 30 x40.
8. Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi, biasanya dibuat
foto blast oblique untuk melihat prostate (umumnya pada pasien yang lanjut usia).
9. Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat
kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat
menunjukan adanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus pos
hematuri.

Gambaran IVP Normal

bentuk ginjal seperti kacang.

Kutub ( pool ) atas ginjal kiri setinggi

Th.11, bagian bawah, batas bawah

setinggi korpus vertebra L3

Ginjal kanan letaknya kira-kira 2 cm


lebih rendah daripada yang kiri.

Gambaran menit ke-5


organ yang dinilai yaitu ginjal, yang meliputi nefrogram dan sistem pyelocalices
(SPC).
Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal kanan dan kiri yang terisi kontras.
Berwarna semiopaque. Contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-
penyakit yang ada di ren,misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis,
massa/tumor renal, dll.

Gambaran menit ke 15
Penilaian ureter:
1) Jumlah ureter. Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 aja, itu mungkin di sebabkan kontraksi
ureter saat pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika difoto.
2) Posisi ureter
3) Kaliber ureter.
diameter normal < 0.5 cm
4) Ada tidaknya batu, baik lusen
maupun opaque. Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu.
Contoh penyakit yang dapat ditemukan pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter,
ureterolithiasis, ureteritis.
Gambaran menit ke 30-45
Menilai buli-buli
- Apakah dinding buli reguler?
- adakah additional shadow (divertikel) ataupun filling defect (masa tumor) dan
indentasi prostat.
- gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis.
Contoh penyakit pada menit
ke 45 yaitu cystitis, pembesaran prostat, massa vesikolithiasis
menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli minimal? Seandainya terdapat sisa
yang banyak kita dapat mengasumsikan apakah terdapat sumbatan di distal buli ataupun
otot kandung kencing yang lemah.No rmalnya yaitu sisa 1/3 dari buli-buli penuh
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, 2001., Tex Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Edisi
ke-5, Mosby Inc, St. Louis, Amerika.

Corwin, E.J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, Alih Bahasa dr. Brahm U. P., EGC
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa Dr. M. Jauhari W.,
Edisi 17, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Mark, H., Swarzt., 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Pearce, E.C., 1999, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Rasad, S., 1992, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Snell, R.S, 1998, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2, Edisi
ke-3, Alih Bahasa : Pharma (dkk), Editor : Oswari, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai