Anda di halaman 1dari 10

TUGAS DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 1 BLOK 25
“Kasus Visum et Repertum”

DISUSUN OLEH :
NAMA : LUTHFI AULIA N
NIM : 180600199
KELAS A
KELOMPOK 1
STAMBUK : 2018

FASILITATOR:

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2020/2021
PEMICU 1 BLOK 25

Nama Pemicu : Kasus Visum et Repertum


Penyusun : Dr. Asan Petrus, M.Ked(For).Sp.F; Nevi Yanti, drg., MKes., Sp. KG(K);
Cek Dara, drg., Sp. RKG
Hari/ Tanggal : Jumat/ 10 desember 2021
Skenario :
Seorang korban laki-laki, usia 25 tahun datang ke RS USU, bersama seorang polisi yang
membawa surat permintaan visum. Pada anamnesa : keluhan utama sakit pada bibir atas sejak
9 jam yang lalu, korban mengaku dipukul orang yang tidak dikenal saat berada di Pub
Entrance Hotel Grand Aston Medan. Pada pemeriksaan korban (status generalis) : tampak
kesakitan , kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 90 x/mnt, respirasi
20 x/mnt. Status lokalis : Tampak Bengkak dan kemerahan pada bibir atas sebelah kanan
meluas sedikit kearah bibir atas sebelah kiri dengan ukuran panjang 4 cm, lebar 2 cm
setentang garis tengah tubuh dengan jarak 0,2 cm dari sudut mulut sebelah kanan dan 1,5 cm
dari sudut mulut sebelah kiri. Surat permintaan visum dari polisi. Buatlah visum et repertum
perlukaan korban diatas.
Jawab:
1. Jelaskan syarat pembuatan Visum et Repertum !
 Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa
 Bernomor dan bertanggal
 Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)
 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
 Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan
pemeriksaan
 Tidak menggunakan istilah asing
 Ditandatangani dan diberi nama jelas
 Berstempel instansi pemeriksa tersebut
 Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
 Hanya diberikan kepada penyidik yang meminta Visum et Repertum. Apabila ada
lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik Pengawas
Obat dan Makanan (POM), dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi
tersebut dapat diberi Visum et Repertum masing-masing yang asli
 Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan
disimpan sebaiknya hingga 20 tahun. Penulisan VeR harus memenuhi suatu desain
dan format tertentu karena dokumen tersebut akan digunakan sebagai alat bukti dalam
proses peradilan[1]

2. Jelaskan etika penulisan Visum et Repertum !


Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:

a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa


b. Bernomor dan bertanggal
c. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan
pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada
lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM,
dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi
visum et repertum masing-masing asli
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan
disimpan sebaiknya hingga 20 tahun

Sumber : Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta :
Binarupa Aksara, 1997.

3. Jelaskan bagian pembukaan Visum et Repertum !


Pada pembukaan terdapat kop surat isntitusi, projustisia, visum et repertum. Pada Pro
Justisia, Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian visum et repertum
tidak perlu bermeterai. Maksud pencantuman kata "Pro justitia" adalah sesuai dengan
artinya, yaitu dibuat secara khusus hanya untuk kepentingan peradilan. Di bagian atas
tengah dapat dituliskan judul surat tersebut, yaitu : Visum et Repertum.

4. Jelaskan bagian pendahuluan Visum et Repertum !


- identitas pemeriksa
- identitas yang minta pemeriksaan
- identitas korban
Contoh:
Yang bertandatangan di bawah ini, Dedi Afandi, dokter spesialis forensik pada
RSUD Arifin Achmad, atas permintaan dari kepolisian sektor Teluk Belanga
dengan suratnya nomor B/37/VeR/VIII/Reskrim tertanggal 24 Agustus 2017 maka
dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh empat Agustus tahun
dua ribu tujuh belas pukul Sembilan lewat lima menit Waktu Indonesia Bagian
Barat.bertempat di RSUD Arifin Achmad, telah melakukan pemeriksaan korban
dengan nomor registrasi 123456 yang menurut surat tersebut adalah :
Nama: xxxx
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga negara : Indonesia
Pekerjaan : xxxx
Agama : xxxx
Alamat : xxxx

5. Jelaskan bagian hasil pemeriksaan Visum et Repertum !


Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama
dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan
dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya
juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak
antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik
anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta
ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada
saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali. Pada pemeriksaan korban hidup,
bagian ini terdiri dari :
a. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Uraian hasil
pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian
tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan tindak pidananya (status lokalis).
b. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan sebaliknya, alasan
tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Uraian meliputi juga
semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal ini perlu
diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang-tepat tidaknya penanganan
dokter dan tepat-tidaknya kesimpulan yang diambil.
c. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan merupakan hal
penting guna pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan dengan jelas. Pada
bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada
tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan atau perawatan yang
diberikan.

6. Jelaskan bagian kesimpulan Visum et Repertum !


a. identitas korban, biasanya cukup dituliskan jenis kelamin dan usia korban.
b. Jenis luka dan jenis kekerasan. Untuk jenis kekerasan, hindari penggunaan
kata “benda tumpul” atau “benda tajam”. Pengalaman penulis menunjukkan
bahwa penggunaan kekerasan benda tajam atau kekerasan benda tumpul,

dalam pemikiran penegak hukum harus selalu ada “benda” yang berbentuk

fisik seperti kayu, batu dan sebagainya (untuk benda tumpul) atau pisau, silet

dan sebagainya (untuk benda tajam). Padahal tidak selalu sebuah luka

diakibatkan oleh suatu “benda”, contohnya memar bisa diakibatkan oleh


pukulan tangan.
c. Pada visum et repertum korban kejahatan seksual, selain tentang perlukaan
seperti di atas, diperlukan juga kesimpulan tentang terjadi atau tidaknya

persetubuhan dan kapan terjadinya (bila mungkin), petunjuk tentang ada atau

tidaknya tanda pemaksaan atau ketidaksadaran, serta petunjuk tentang

identitas pelaku tindak pidananya. Perlu diingat bahwa membuat tidak berdaya

adalah termasuk kekerasan, sehingga pemeriksaan toksikologik terhadap


adanya obat-obatan perlu dipertimbangkan dari hasil anamnesis yang ketat.
Pemeriksaan golongan darah dari semen dan DNA-profiling perlu
dipertimbangkan untuk memperoleh petunjuk tentang siapa pelakunya.
d. Untuk pemeriksaan luar jenazah, jangan menuliskan sebab kematian karena
kita melakukan pemeriksaan dalam (autopsi) terhadap korban tersebut. Jadi

dalam setiap kesimpulan pemeriksaan luar dituliskan “Sebab kematian mayat

ini tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah mayat.”

7. Jelaskan makna kalimat penutup Visum et Repertum !


Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat dengan
mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan
mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan serta
dibubuhi tanda tangan dokter pembuat visum et repertum.
contoh : Demikianlah visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan
menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Dokter Pemeriksa

Dr.xxxxxxxxxxxxxx
8. Jelaskan interpretasi radiograf panoramik pasien di atas !

Data Interpretasi
Area Gigi Geligi
Missing Teeth : -
Persistensi : -
Impaksi : gigi 38, 48
Kondisi Mahkota : Fraktur mahkota pada gigi 11, 12, 21, 22
Kondisi Akar : Fraktur horizontal pada pertemuan 1/3 tengah dan apikal gigi 21
Kondisi Alveolar Crest-Furkasi :
Kondisi Periapikal :
Area Maksila-Sinus-Nasal
-
Area Mandibula
-
Area TMJ
DBN
Area Ramus-OS Vertebrae
DBN
Kesan :

Suspek Radiodiagnosis :
9. Buatlah odontogram pasien di atas sesuai dengan lembar pemeriksaan data yang
dikeluarkan oleh INTERPOL !
Pengisian odontogram yang dilakukan oleh dokter gigi harus mengikuti standar yang
telah di tetapkan seperti tertera dalam buku panduan yang dikeluarkan oleh
Kementerian
Kesehatan RI tahun 2014 dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penomoran gigi geligi menggunakan sistem penomoran yang ditetapkan oleh FDI.
b. Terdapat lima permukaan yang wajib di isikan saat menuliskan lokasi atau posisi
dari karies atau lubang gigi dan tambalan. Lima permukaan tersebut adalah MODVL
M = Mesial, O = Occlusal, D = Distal, V = Vestibular (buccal/labial) dan L =
Lingual/palatal.
c. Restorasi dituliskan dengan menggunakan warna hitam-putih, jika restorasi berupa
logam menggunakan hitam penuh sedangkan untuk restorasi yang sewarna dengan
gigi dilakukan pengarsiran pada permukaan gigi yang dilakukan penambalan, begitu
juga dengan tambalan inlay.
d. Pewarnaan pada odontogram untuk membedakan jenis tambalan boleh dilakukan
dengan ketentuan warna merah untuk tambalan logam berwarna emas, hitam untuk
tambalan berbahan logam biasa tahu amalgam, warna hijau untuk tambalan yang
sewarna dengan gigi dan merah muda untuk tambalan pencegahan atau fissure
sealant.
e. Penulisan singkatan permukaan harus dituliskan dengan huruf kapital dan terletak
di depan sedangkan kondisi gigi yang menyertai ditulis dengan huruf kecil di
belakangnya, contoh: DO car yang menggambarkan karies atau lubang pada
permukaan distal dan occlusal.
f. Gigi dengan dua atau lebih kondisi, penulisan singkatan kondisi dipisahkan dengan
tanda (-) pada tiap singkatan kondisi gigi tersebut, contoh: gigi 11: mis-pon-pob.

Odontogram manual yang saat ini digunakan oleh dokter gigi di Indonesia sesuai
dengan petunjuk rekam medis kedokteran gigi yang dikeluarkan oleh kementerian
kesehatan RI adalah seperti tampak pada Gambar, sedangkan daftar singkatan kondisi
gigi yang digunakan dalam penulisan rekam medis gigi atau odontogram
Odontogram pada kasus pasien
- 38 X RET visible on Xray :
- 48 X RET visible on Xray
- 11,12,21,22 cfr
- 18 pre
- 28 pre

10. Susunlah VER dari kasus tersebut !


KOP SURAT INSTITUSI

Medan, 9 Agustus 2021


PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No. /TUM/VER/VIII/2017

Yang bertandatangan di bawah ini, Luthfi Aulia, dokter spesialis forensik pada
RSUD Adam Malik, atas permintaan dari kepolisian sektor Medan Selayang dengan
suratnya nomor B/37/VeR/VIII/Reskrim tertanggal 9 Agustus 2021 maka dengan ini
menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh empat Agustus tahun dua ribu tujuh
belas pukul Sembilan lewat lima menit Waktu Indonesia Bagian Barat.bertempat di
RSUD Adam Malik, telah melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi
123456 yang menurut surat tersebut adalah :
Nama : xxxx
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga negara : Indonesia
Pekerjaan : xxxx
Agama : xxxx
Alamat : xxxx

HASIL PEMERIKSAAN :
1. Korban datang dalam keadaan sadar. Korban mengeluh utama sakit pada bibir atas
sejak sembilan jam yang lalu
2. Pada korban ditemukan
a. Pada pemeriksaan korban (status generalis) : tampak kesakitan , kesadaran kompos
mentis, tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh milimeter air raksa, Nadi
sembilan puluh kali per menit, respirasi dua puluh kali per menit.
b. Tampak Bengkak dan kemerahan pada bibir atas sebelah kanan meluas sedikit
kearah bibir atas sebelah kiri dengan ukuran panjang empat sentimeter, lebar dua
sentimeter setentang garis tengah tubuh dengan jarak nol koma dua sentimeter dari
sudut mulut sebelah kanan dan satu koma lima sentimeter dari sudut mulut sebelah
kiri.

KESIMPULAN :
Pada pemeriksaan korban laki-laki yang menurut surat keterangan permintaan visum
et repertum berusia dua puluh lima tahun ini ditemukan luka lecet pada bibir atas
sebelah kanan yang meluas ke bibir sebelah kiri akibat kekerasan tumpul. Cedera
tersebut tidak menyebabkan halangan dalam menjalankan pekerjaan.
Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
Dokter Pemeriksa,

Dr. Luthfi Aulia N,Sp.Fr

Anda mungkin juga menyukai