Anda di halaman 1dari 16

TUGAS REFERAT 30 JANUARI, 2018

STANDAR PROSEDUR PENYERAHAN LAPORAN VeR KEPADA


PENYIDIK

DISUSUN OLEH :
Moh. Wahid Agung N 111 17 103
I Made Mustika N 111 17 104
Juliana Sihombing N 111 17 139

PEMBIMBING
Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, S.H., M.Kes., Sp.F

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABELOTA DONGGALA
PALU
2018

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama:
Moh. Wahid Agung N 111 17 103
I Maade Mustika N 111 17 104
Juliana Sihombing N 111 17 139

Judul Referat: STANDAR PROSEDUR PENYERAHAN LAPORAN VeR


KEPADA PENYIDIK

Telah menyelesaikan tugas referat ini sebagai tugas kepaniteraan klinik


pada Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, 30 Januari 2018


Mengetahui
Pembimbing

(Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, SH., M.Kes., Sp.F)


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Visum et Repertum......................................................................................2
1. Definisi Visum et Repertum..................................................................3
2. Peranan dan Fungsi Visum et Repertum...............................................3
3. Bagian-bagian Visum et Repertum.......................................................3
4. Jenis Kasus Visum et Repertum............................................................4
5. Peranan visum et Repertum dalam proses penanganan perkara pidana
serta dasar hukum penggunanaan oleh penyidik menurut KUHAP......5
6. Prosedur Permintaan Visum et Repertum.............................................5
B. Standar Prosedur Penyerahan Laporan VeR Kepada penyidik....................6
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

Kini banyak sekali muncul kasus-kasus kejahatan yang diberitakan


tidak hanya melibatkan harta benda tetapi nyawa seseorang. Dalam
perjalanan menelusuri kasus-kasus tersebut pihak kepolisian melakukan
penyelidikan yang kemudian berakhir di peradilan. Dalam proses
penyidikan dalam kasus yang melibatkan nyawa seseorang terkadang
penyidik meminta bantuan dari ahli misalnya dokter dalam bentuk
keterangan yang disebut visum et repertum.1
Seorang dokter, dalam tugas sehari-harinya, selain melakukan
pemeriksaan diagnostik juga memberikan pengobatan dan perawatan
kepada pasien serta mempunyai tugas melakukan pemeriksaan medis
untuk membantu penegakan hukum, baik untuk korban hidup maupun
korban mati. Pemeriksaan medis untuk tujuan membantu penegakan
hukum antara lain adalah pembuatan Visum et Repertum (VeR) terhadap
seseorang yang dikirim oleh polisi atau penyidik karena diduga sebagai
korban suatu tindak pidana atau terdapat kecurigaan kemungkinan adanya
tindak pidana.2
Visum et Repertum merupakan salah satu bentuk bantuan dokter
dalam penegakan hukum dan proses peradilan, serta menjadi alat bukti
yang sah dalam proses peradilan sehingga harus memenuhi hal-hal yang
disyaratkan dalam sistem peradilan. Bagi penyidik (polisi/polisi militer)
VeR berguna untuk mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum
(Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan
didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai alat bukti formal untuk
menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum.
Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) di suatu
Rumah Sakit tentang tatalaksana pengadaan VeR.3

1
2

Penyerahan hasil Visum Et Repertum diserahkan kepada pihak


penyidik atau polisi. Sebagai tanda bukti penyerahan visum penyidik atau
polisi menuliskan nama dan membubuhkan tanda tangan pada buku
pengambilan Visum et Repertum. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
penyalahgunaan hasil Visum et Repertum. Namun di dalam prosedur tetap
belum dijelaskan..4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Visum et Repertum
1. Definisi Visum Et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter
atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis
terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari
tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan
untuk kepentingan peradilan.4
2. Peranan dan Fungsi Visum Et Repertum
Visum et Repertum adalah salah satu alat bukti yang sah
sebagimana tertulis dalam tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Visum et
Repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana
terhadap kesehatan dan jiwa masnusia. Visum et Repertum menguraikan
segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam
bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti
benda bukti.5
Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter
mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian
kesimpulan.5
3. Bagian-Bagian Visum Et Repertum
Visum et Repertum memiliki 5 bagian yang tetap, yaitu ;
a) Kata Pro justicia yang dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR
tidak perlu bermaterai.
b) Bagian pendahuluan, pendahuluan memuat : identitas pemohon Visum
et Repertum, tanggal dan pukul diterimanta permohonan VeR, identitas
dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas subjek yang diperiksa :
nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan
pemeriksaan dan tempat dilakukan pemeriksaan.

3
4

c) Bagian Pemberitaan (hasil pemeriksaan). Memuat hasil pemeriksaan


yang objektif sesuai dengan apa yang diamati, tertama dilihat dan
ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada
yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu muka dari letak
anatominya, koordinat (absis adalah jarak antara luka dengan garis
tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis
permanen terdekat), jenis luka atau cidera, karakteristik serta
ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada pemeriksaan
korban mati yang pada saat persidangan tidak dapt dihadirkan kembali.
d) Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul “Kesimpulan” dan berisi
pendapat dokter berdasarkan keilmuannya mengenai jenis
perlukaan/cidera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat
penyebabnya serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya. Pada
kejahatan susila diterangkan juga apakah telah terjadi persetubuhan
dan kapan perkiraan kejadiannya serta usia korban atau kepantasan
korban untuk dikawin.
e) Bagian Penutup. Yang memuat pernyataan nahwasanya VeR tersebut
dibuat atas sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-
baiknya dan sebenar-benarnya. 6
4. Jenis kasus Visum et Repertum
Pada rumah sakit umum daerah dr. M. Ashari Pemalang pelayanan
untuk keperluan visum et repertum ada beberapa jenis kasus yang
diajukan. Semua jenis kasus visum dilayani juka syarat memenuhi seperti
surat permohonan dari pihak kepolisian bukan secara lisan. Jenis kasus
visum et repertum pada tahun 2015 yaitu;
a) Kasus visum et repertum pemeriksaan luka ( korban hidup ), yaitu;
Kasus Kekerasan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( KDRT), Kasus
Penganiayaan, dan Kasus Pengroyokan.
5

b) Kasus visum et repertum Kekerasan Asusila, yaitu; Pencabulan dan


Pelecehan Seksual. 7
5. Peranan Visum et Repertum Dalam Proses Penanganan Perkara
Pidana Serta Dasar Hukum Penggunaanya Oleh Penyidik Menurut
KUHAP
Menurut H.M. Soedjatmiko, sebagai suatu keterangan tertulis yang
berisi hasil pemeriksaan seorang dokter ahli terhadap barang bukti yang
ada dalam suatu perkara pidana, maka visum et repertum mempunyai
peran sebagai berikut :
a) Sebagai alat bukti yang sah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
KUHAP Pasal 184 Ayat (1) Pasal 187 huruf c.
b) Bukti penahanan tersangka. Di dalam suatu perkara yang
mengharuskan penyidik melakukan penahanan tersangka pelaku tindak
pidana, maka penyidik harus mempunyai bukti - bukti yang cukup
untuk melakukan tindakan tersebut. Salah satu bukti adalah akibat
tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka terhadap korban. Visum
et repertum yang dibuat oleh dokter dapat dipakai oleh penyidik
sebagai pengganti barang bukti untuk melengkapi surat perintah
penahanan tersangka.
c) Sebagai bahan pertimbangan hakim. Meskipun bagian kesimpulan
visum et repertum tidak mengikat hakim, namun apa yang diuraikan di
dalam Bagian Pemberitaan sebuah visum et repertum adalah
merupakan bukti materil dari sebuah akibat tindak pidana, di samping
itu Bagian Pemberitaan ini adalah dapat dianggap sebagai pengganti
barang bukti yang telah dilihat dan ditemukan oleh Dokter. Dengan
demikian dapat dipakai sabagai bahan pertimbangan bagi hakim yang
sedang menyidangkan perkara tersebut.8
6. Prosedur Permintaan Visum Et Repertum
Tata cara permintaan visum et repertum sesuai peraturan
perundang undang adalah diminta oleh penyidik, permintaan tertulis,
6

dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar langsung oleh penyidik, mayat


dibuat label, tidak dibenarkan visum et repertum diminta tanggal yang lalu.
Seperti yang telah di cantumkan dalam pasal 133 KUHP ayat 1 Dalam hal
penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Ayat 2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat. Ayat 3 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik
dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang
memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang
diletakkan pada ibu jari atau bagian lain badan mayat. 9

B. Standar Prosedur Penyerahan Laporan VeR Kepada Penyidik


Petugas pelaksana di unit rekam medis, menyimpan surat permohonan
kepolisian yang sudah disetujui direktur dan mengcopi formulir hasil visum
disimpan dalam map hasil visum pada filling. Penyerahan dilakukan di unit
rekam medis, kepolisian dihubungi oleh petugas pelaksana bahwa hasil visum
bisa diambil. Kepolisian akan mengambil dengan membayar biaya
administrasi diloket, mendatangani buku penyerahan hasil visum.7
Hasil visum et repertum diserahkan langsung kepada pihak pemohon
yaitu penyidik / polisi yang diserahkan langsung kepada pihak pemohon yaitu
penyidik yang pertama kali meminta visum et repertum tersebut dan pihak
pemohon langsung mengambil ke rumah sakit yang menangani visum et
repertum di bagian rekam medis dan menandatangani di buku ekspedisi.10
Surat keterangan ahli/visum et repertum juga hanya boleh diserahkan
pada pihak penyidik yang memintanya saja. Dapat terjadi dua instansi
7

penyidikan sekaligus meminta surat visum et repertum. Penasehat hukum


tersangka tidak diberi kewenangan untuk meminta visum et repertum kepada
dokter, demikian pula tidak boleh meminta salinan visum et repertum
langsung dari dokter. Penasehat hukum tersangka dapat meminta salinan
visum et repertum dari penyidik atau dari pengadilan pada masa menjelang
persidangan.2
Tata cara permintaan visum et repertum di RSUD Tugurejo Semarang.
1) Permintaan secara tertulis dari pihak kepolisian yang ditujukan kepada
Direktur Rumah Sakit.
2) Kemudian Direktur mendisposisikan kepada Wakil Direktur dan
selanjutnya Wakil Direktur merekomendasikannya kepada Kepala Bidang
Pelayanan untuk kemudian diserahkan ke Kasi Pelayanan Rawat Jalan
agar segera ditindaklanjuti .
3) Kasi Pelayanan Rawat Jalan mengkoordinasikan secara lisan kepada
bagian rekam medis terutama bagian filing untuk mencarikan Dokumen
Rekam Medis (DRM) pasien.
4) Setelah DRM ditemukan maka diserahkan kepada kasi pelayanan rawat
jalan untuk diserahkan ke dokter yang memeriksa pertama kali (Dokter
Umum) agar segera dibuatkan visumnya. Jika memang membutuhkan
penanganan yang lebih lanjut, maka dari Dokter Umum dapat
mengkonsultasikan kepada Dokter Spesialis sesuai dengan keadaan
pasien. Tetapi untuk kasus tertentu pembuatan visum langsung ditangani
oleh Dokter Spesialis seperti pada kasus Psikologi .
5) Hasil visum yang masih dalam bentuk tulisan tangan dokter akan diketik
dan dirapikan oleh Administrasi Visum dan setelah selesai hasilnya akan
dimintakan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien.
Jika visum hanya dilayani oleh Dokter Umum maka hasilnya hanya akan
dimintakan tanda tangan Dokter Umum, tetapi jika visum dikonsultasikan
kepada Dokter Spesialis maka hasil visum dimintakan tanda tangan
keduanya atau hanya salah satu dokter saja tergantung dari hasil
8

pemeriksaannya baru kemudian dikonsultasikan dan dimintakan


persetujuan kepada Dokter Spesialis Forensik.
6) Setelah hasil visum ditandatangani oleh Dokter yang bertanggung jawab
terhadap pasien dan telah disetujui oleh Dokter Spesialis Forensik maka
akan dibuatkan surat pengantar dari Direktur oleh bagian Bidang
Pelayanan.
7) Kemudian pihak rumah sakit dapat menghubungi pihak kepolisian untuk
memberitahukan bahwa hasil visum sudah bisa diambil atau sebaliknya
pihak kepolisian yang menghubungi pihak rumah sakit. Tetapi hasil
visum tidak selalu diambil oleh pihak kepolisian. Jika kasus tidak untuk
kepentingan peradilan (berakhir damai) biasanya hasil visum tidak
diambil oleh pihak kepolisian melainkan hanya menjadi agenda rumah
sakit. Dalam pengambilan hasil visum pihak kepolisian harus mengurus
administrasi pada bagian Administrasi Visum terlebih dahulu yaitu
mengisi Buku Register Pengambilan Visum Et Repertum yang di
dalamnya mencantumkan tanggal pengambilan, nomor visum et repertum,
nama dokter, nama pengambil, pangkat, NRP, wilayah, tanggal
pengambilan dan tanda tangan pengambil.11
Standar prosedur penyerahan laporan VeR di RSUD KABELOTA
DONGGALA :
1) Penyidik diterima diruangan Forensik kemudian ditanyakan hal yang
dapat dibantu oleh petugas kesehatan/staf Forensik.
2) Penyedik diminta untuk duduk ditempat yang disediakan berhadapan
dengan petugas kesehatan/staf Forensik.
3) Petugas kesehatan meyerahkan hasil ketikan Visum et repertum kepada
penyidik untuk dibaca.
4) Apabila penyedik sudah menyetujui isi laporan Visum et repertum,
penyidik diminta untuk membubuhkan tanda tangannya pada buka
registrasi (tanda terima) yang sudah disiapkan oleh petugas
kesehatan/staf Forensik.12
9
BAB III

KESIMPULAN

1. Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas


permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap
seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh
manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk
kepentingan peradilan. Visum et Repertum menguraikan segala sesuatu tentang
hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang
karenanya dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti.5
2. Visum et Repertum memiliki 5 bagian yang tetap, yaitu ;
a) Kata Pro justicia yang dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR
tidak perlu bermaterai.
b) Bagian pendahuluan,
c) Bagian Pemberitaan (hasil pemeriksaan).
d) Bagian Kesimpulan.
e) Bagian Penutup.
3. Tata cara permintaan visum et repertum sesuai peraturan perundang undang
adalah diminta oleh penyidik, permintaan tertulis, dijelaskan pemeriksaan
untuk apa, diantar langsung oleh penyidik, mayat dibuat label.
4. Surat keterangan ahli/visum et repertum juga hanya boleh diserahkan pada
pihak penyidik yang memintanya saja. Dapat terjadi dua instansi penyidikan
sekaligus meminta surat visum et repertum. Penasehat hukum tersangka tidak
diberi kewenangan untuk meminta visum et repertum kepada dokter, demikian
pula tidak boleh meminta salinan visum et repertum langsung dari dokter.
Penasehat hukum tersangka dapat meminta salinan visum et repertum dari
penyidik atau dari pengadilan pada masa menjelang persidangan.
5. Pelaksanaan penyerahan visum et repertum di RSUD Kabelota Donggala
terdapat beberapa pelaksanaan yang sudah sesuai dengan prosedur tetap yaitu
Petugas kesehatan meyerahkan hasil Visum et repertum kepada penyidik.

10
11

Apabila pengambilan visum et repertum diwakilkan maka pihak yang


diwakilkan harus membawa surat kuasa dan kartu identitas dari instansinya
sebagai bukti penyerahan visum et repertum, akan tetapi pada prosedur tetap
tidak dijelaskan, sedangkan di dalam teori menyebutkan hasil visum
diserahkan langsung ke penyidik yang datang dengan korban dengan
menandatangani buku ekpedisi.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Nuraga AR. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dokter Umum Tentang Visum et


Repertum. Fakultas kedokteran universitas diponegoro: 2012;
[www.//eprints.undip.ac.id]
2. Afandi D. Visum et Repertum Tata Laksana dan Teknik Pembuatan.Edisi
Kedua. Pekanbaru: Fakiultas Kedokteran Riau; 2017.
3. Utama TW. Visum Et Repertum: A Medicolegal Report As A Combination Of
Medical Knowledge And Skill With Legal Jurisdiction. JUKE | Vol,4(8):
2014; [www. portalgaruda.org]
4. Abtelia GF, Prasetya J. Tinjauan Pelaksanaan Visum Et Repertum Dari Aspek
Teori Hukum Kesehatan Dan Prosedur Tetap Di Rsud Tidar Kota Magelang
Tahun 2015. [www.//mahasiswa.dinus.ac.id]
5. FKUI. Ilmu Kodekteran Forensik. Fakultas Kedokteran Indonesia; 1997
6. Julihasuratna. Peranan Visum et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam
Dakwaan Penuntut Umum Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Berat
(Studi Kasus Putusan No. 134/Pid/B/2013/PN.Pinrang). Skripsi. Universitas
Hasanuddin. Makassar: 2014
7. Meicahya Isti., Tinjauan pelaksanaan informasi medis pasien dilihat dari
prosedur tetap diperlukan visum et repertum berdasarkan teori aspek hukum
kesehatan di rumah sakit umum daerah dr. M ashari pemalang. Fakultas
Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang: 2017
8. Saputra HT. Peranan Visum et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam
Mengungkap Tindak Pidana Perkosaan (Studi Kasus di Kepolisian Resort
Kolaka Tahun 2013 s/d 2015). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar:
2015
9. Djoko Prakoso.,2014. Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian Dalam Proses
Pidana. Liberty yokyakarta hal. 38
10. Natara MI, Sugianto Z. Tinjauan Pelaksanaan Prosedur Pelepasan Informasi
Medis Untuk Keperluan Visum et Repertum dari Aspek Teori di Rumah Sakit
Pantiwilasa DR Cipto Semarang tahun 2014.[http://mahasiswa.dinus.ac.id].
13

11. Sari Puspita S. 2013. Tinjauan Pelaksanaan Pelepasan Informasi Medis Untuk
Keperluan Visum et Repertum dari Aspek Teori Hukum Kesehatan di RSUD
Tugurejo di Semarang Tahun 2013. Skripsi.Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.
Semarang  http://mahasiswa.dinus.ac.id/docs/skripsi/jurnal/12694.pdf
12. Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota Donggala. Standar Prosedur
Penyerahan Laporan Ver. Sulawesi Tengah. Donggala; 2018

Anda mungkin juga menyukai