LEMBAR PENGESAHAN
Nama : I Made Mustika
BAB I
2
PENDAHULUAN
3
mencapai 6,5-54%. Namun beberapa penelitian telah menunjukkan jumlah
penderita batu saluran kemih pada anak mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.5
Kejadian batu saluran kemih pada bayi dan anak-anak berhubungan langsung
dengan tingkatan usia dan jenis kelamin. Anak yang berusia 14-18 tahun memiliki
resiko sepuluh kali lebih besar dibadingkan bayi dan anak-anak yang berumur 0-
13 tahun. Pada bayi dan anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun (dekade
pertama), perempuan memiliki resiko lebih besar dibandingkan dibandingkan
lakilaki. Namun seiring bertambahnya usia, perbandingan ini terbalik. Pada anak
yang berusia 10 tahun ke atas (dekade kedua), timbulnya batu saluran kemih pada
anak-anak berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebihbesar dibandingan yang
perempuan.Ricardo
Menghadapi anak dengan batu saluran kemih merupakan dilema klinis .
Khususnya pada anak yang masih sangat kecil. Keprihatinan akan kondisi
metabolik atau potensi batu saluran kemih yang rekuren menambah pentingnya
dilakukan suatu diagnosis yang akurat. Untungnya saat ini keberhasilan
mendiagnosa dan terapi sebagian besar anak dengan penyakit batu saluran kemih
dapat dicapai.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
A. DEFINISI
Batu saluran kemih atau adalah suatu keadaan timbulnya batu di dalam
saluran kemih, baik di dalam ginjal, ureter, maupun di dalam buli-buli. Batu
traktur urinarius dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, komposisi dan
susunan. Dapat berbentuk bulat, ellipsoid, persegi empat, ataupun tidak teratur
seperti buah murbei.6
Batu saluran kemih dapat dibagi tiga berdasarkan lokasi batu :
nephrolitiasis atau batu ginjal ialah suatu keadaan terjadinya batu di dalam
pelvis renalis, atau kaliks ginjal. Ureterolitiasisatau batu pada ureter, atau batu
pada vesika urinaria yang disebut vesicolitiasis.6
B. ETIOLOGI
Penyebab batu saluran kemih pada anak-anak sebagian besar disebabkan
faktor metabolik. Kelainan metabolik yang paling sering adalah hiperkalsiuria.
Penyebab lain berupa kelainan anatomis dan infeksi saluran kemih. Peres et al
telah meneliti kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada anak-anak
dan berhubungan dengan terbentuknya batu antara lain duplikasi neurogenic
bladder (14.3%), obstruksi pyelocaliceal, extrarenal pelvis, ginjal tapal kuda
(horseshoe kidney), penyakit ginjal polikistik (polycystic kidney disease) dan
stenosi ureteral distal. Terbentuknya batu tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga
faktor di atas, namun juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti etnis,
keturunan, lingkungan, iklim, dan kebiasaan diet.5
Berbagai faktor merupakan predisposisi terjadinya batu saluran kemih,
seperti penurunan jumlah air kemih, hiperkalsiuria, pengeluaran pirofosfat
didalam urin atau natrium dan magnesium, pH urin yang rendah (dimana asam
urat dan sistein kurang larut dalam urin asam), pH urin yang tinggi (dimana
struvit dan kalsium fosfat kurang larut dalam urin basa) dan sebuah nidus
untuk prepitasi kristal (misalnya, sifat permukaan uroepitelial yang
mempengaruhi retensi kristal). Pada beberapa keadaan batu terjadi sekunder
terhadap pembendungan air kemih atau infeksi saluran kemih.6
1. Hiperkalsiuria
5
Hiperkalsiuria didefinisikan sebagai ekskresi kalsium urin lebih
besar dari 4 mg/kg/hari. Definisi mencakup anak-anak dari umur dua
tahun sampai orang dewasa, namun perlu diingat, ekskresi kalsium urin
mungkin sedikit lebih tinggi dari standar ini selama periode
pertumbuhan remaja yang cepat. Neonatus dan bayi memiliki ekskresi
kalsium lebih tinggi dan ekskresi kreatinin lebih rendah daripada anak
yang lebih tua.6
Kelainan ini dapat menyebabkan hematuria yang diduga akibat
kerusakan jaringan lokal yang dipengaruhi oleh agregasi kristal kecil.
Peningkatan ekskresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa faktor
risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari pembentuk batu kalsium
idiopatik. Kejadian hiperkalsiuria idiopatik diajukan dalam tiga bentuk:
6,2
6
menurunkan ekskresi sitrat urin. Akibatnya, 5% sampai 10% anak yang
diterapi dengan diet ketogenik menderita batu kalsium oksalat dan atau
batu asam urat.2
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, merupakan suatu mekanisme lain untuk
timbulnya batu ginjal. Masukan protein merupakan salah satu faktor
utama yang dapat membatasi ekskresi sitrat. Peningkatan reabsorpsi
sitrat akibat peningkatan asam di proksimal dijumpai pada asidosis
metabolik kronik, diare kronik, asidosis tubulus ginjal, diversi ureter
atau masukan protein tinggi. Sitrat pada lumen tubulus akan mengikat
kalsium membentuk larutan kompleks yang tidak terdisosiasi. Hasilnya
kalsium bebas untuk mengikat oksalat berkurang. Sitrat juga dianggap
menghambat proses aglomerasi kristal.2
Kekurangan inhibitor pembentukan batu selain sitrat, meliputi
glikoprotein yang disekresi oleh sel epitel tubulus ansa Henle asenden
seperti mukoprotein Temm-Horsfall dan nefrokalsin. Nefrokalsin
muncul untuk mengganggu pertumbuhan kristal dan memutus interaksi
dengan larutan kristal lainnya. Produk seperti mukoprotein Tamm-
Horsfall dapat berperan dalam kontribusi batu rekuren.2
3. Hiperoksaluria
Hiperoksaluria tipe I, atau asiduria glycolic diperkirakan sebagai
salah satu penyebab dari defisiensi enzim sitoplasma α-ketoglutarate-
glyoxylate carboligase. Penelitian terbaru yang lebih lanjut telah
menemukan bahwa kelainan ini disebabkan oleh defisiensi atau
abnormalitas dari fungsi peroksisomal alanin-glioksilat aminotransferase
pada hati. Enzim ini bereaksi pada glyoxalate dan alanin pada
peroksisomal untuk menghasilkan piruvat dan glycil glutamate-
glyocylate α-transferase adalah suatu enzim sitoplasma yang bereaksi
pada glyoxylate sitoplasma dan glutamate untuk menghasilkan glycil
dan 2-oxoglutarate. Peridoksine (vitamin B6) adalah kofaktor untuk
7
enzim AGT. Oleh karena itu, peridoksine harus menjadi bagian dari
rejimen terapi. Hyperoksaluria juga dihubungkan dengan hiperglikolik-
aciduria. Hiperoksaluria primer tipe II disebabkan oleh defisiensi enzim
kekurangan dehidrogenase D-gliserat sitosolik (glioksalat reduktase).
Gangguan ini terkait dengan L-gliserik-aciduria. Dengan kekurangan
ekskresi AGT, oksalat dan glikolat meningkat, menyebabkan urolithiasis
dan nefrokalsinosis. Jika pengendapan oksalat dalam ginjal luas, gagal
ginjal mungkin terjadi, bersamaan dengan pengendapan oksalat
diseluruh jaringan tubuh(oksalosis sistemik).4,8.Diagnosis hiperoksaluria
membutuhkan tampung urin 24 jam. Normalnya ekskresi oksalat kurang
dari 50 mg/1.73m2/hari. Ekskresi oksalat urin lebih tinggi pada bayi.3
4. Hiperurikosuria
Hiperurikosuria merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih
yang dapat memacu pembentukan batu kalsium, minimal sebagian oleh
kristal asam urat dengan membentuk nidus untuk presipitasi kalsium
oksalat atau presipitasi kalsium fosfat.3
5. Sistinuria
Sistinuria adalah sekelompok gangguan transportasi ditandai dengan
ekskresi berlebihan sistin dan asam amino dibasik arginin, lisin, dan
ornitin. Diakibatkan oleh kelainan transportasi sistem membran tertentu
yang terletak di membran brush-border pada tubulus proksimal ginjal
dan usus kecil. Kristal sistin khas berbentuk datar, heksagonal, dan tidak
berwarna. Anak-anak dengan sistinuria datang dengan batu saluran
kemih sebagai manifestasi tunggal karena kelarutan terbatas dari sistin,
dan anak-anak dengan gangguan ini mungkin menderita dari batu
saluran kemih berulang hingga dewasa.3
8
7. Jenis cairan yang diminum
Jenis cairan yang diminum dapat memperbaiki masukan cairan yang
kurang. Minuman soft drink berlebihan menyebabkan pengasaman
dengan asam fosfor dapat meningkatkan risiko penyakit batu. Kejadian
ini tidak jelas, tetapi sedikit beban asam dapat meningkatkan ekskresi
kalsium dan ekskresi asam urat dalam air kemih serta mengurangi kadar
sitrat air kemih. Jus apel dan jus anggur juga dihubungkan dengan
peningkatan risiko pembentukan batu, sedangkan teh diduga dapat
mengurangi risiko kejadian batu ginjal.7
C. JENIS-JENIS BATU
Ada beberapa jenis batu saluran kemih pada anak-anak. Jenis batu yang
paling sering ditemukan adalah batu kalsium. Berdasarkan komposisi kristal
yang membentuk batu, batu saluran kemih yang paling sering terjadi pada
anak-anak terdiri atas (Tabel 1):5
9
1. Batu kalsium oksalat
Batu saluran kemih yang paling banyak pada anak di Amerika
serikat terbuat dari kalsium oksalat. Kasus-kasus yang tidak ditemukan
keterangan metabolic bagi pembentukan batu tersebut disebut sebagai
urolithiasis idiopatik. Hiperkalsiuria seringkali menyebabkan pembentukan
batu kalsium oksalat dan mungkin terkait dengan hiperkalsemia
(disebabkan oleh hiperparatiroidisme, sarkiodosis, neoplasama).8
Penyebab yang pasti gangguan ini tetap belum jelas. Anak-nak
dengan hiperkalsiuriia kadang-kadang mengalami episode hematuria
mencolok berualang dan nyeri panggul bertahun-tahun sebelum batu
pertama ditemukan, dengan demikian dalam mempersiapkan anak dengan
hematuria mencolok berulang harus termasuk pengukuran kalsium urin.
Batas atas normal adalah 4 mg/kgBB/24 jam.8
10
Gambar batu asam urat
4. Batu Cystine
Kesalahan transport asam amino bawaan dari lahir ini (sistin,
orniti, arginin, dan lisin) mengakibatkan eksrei urin produk-produk ini
berlebihan. Satu-satunya komplikasi yang diketahui penyakit familial ini
adalah pemebentukkan batu, disebabkan karena rendahnya daya larut
kistin. Kandungan sulfur kistin memberikan penampilan batu ini
radiopaque. 8
11
Gambar batu cystine
D. EPIDEMIOLOGI
Batu saluran kemih pada anak-anak memang lebih jarang bila
dibandingkan dengan dewasa. Prevalensinya berkisar 2-3%, namun tingkat
rekurensinya dapat mencapai 6,5-54%. Namun beberapa penelitian telah
menunjukkan jumlah penderita batu saluran kemih pada anak mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Kejadian batu saluran kemih pada bayi dan anak-anak berhubungan
langsung dengan tingkatan usia dan jenis kelamin. Anak yang berusia 14-18
tahun memiliki resiko sepuluh kali lebih besar dibadingkan bayi dan anakanak
yang berumur 0-13 tahun. Pada bayi dan anak-anak yang berusia di bawah 10
tahun (dekade pertama), perempuan memiliki resiko lebih besar dibandingkan
dibandingkan lakilaki. Namun seiring bertambahnya usia, perbandingan ini
terbalik. Pada anak yang berusia 10 tahun ke atas (dekade kedua), timbulnya
batu saluran kemih pada anak-anak berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko
lebih besar dibandingan yang perempuan. Ricardo
Pada anak anak batu kalsium yang paling umum ditemukan. Frekuensi
rata rata jenis batu saluran kemih pada kelompok usia anak adalah batu
kalsium oksalat (45-75%) dari seluruh jenis batu pada anak, diikuti kalsium
fosfat (14-30%), batu ammonium magnesium fosfat/struvit (13-24%), sistin
(5%), asam urat (4%), endemik (2%), campuran (2%) dan tipe lain ( 1%).
Pada anak anak penyebab utama pembentukan batu (hiperkalsiuria dan
hiperurikosuria) biasanya dapat diidentifikasi melalui evaluasi. Meskipun batu
pada orang dewasa lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan dengan
wanita (4:1), rasio pada anak jauh lebih dekat, yaitu anak laki laki
dibandingkan anak perempuan (3:2).4,5
E. PATOFISIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
12
materi yang mempunyai kelarutan yang rendah. Kedua keperluan yang
berlawanan dari fungsi ginjal tersebut harus dipertahankan
keseimbangannya terutama selama penyesuaian terhadap kombinasi diet,
iklim dan aktifitas. Masalahnya sampai seberapa luas kejadian batu
berkurang dengan fakta adanya bahan yang terkandung di urin yang
menghambat kristalisasi garam kalsium dan yang lainnya yang mengikat
kalsium dalam komplek larut. Bila urin menjadi sangat jenuh dengan bahan
yang tidak larut (seperti; kalsium, asam urat, oksalat dan sistin) karena
tingkat ekskresi yang berlebihan dan atau karena penghematan air yang
ekstrim dan juga zat protektif terhadap kristalisasi kurang sempurna atau
menurun (seperti; pirofosfat, magnesium dan sitrat), menyebabkan
terjadinya kristalisasi yang kemudian berkembang dan bersatu membentuk
batu. Dengan demikian terlihat bahwa keseimbangan antara faktor
penghambat dengan faktor pembentuk sangat berpengaruh terhadap
pembentukan batu urin ini. Batu urin terdiri dari dua komponen, yaitu
komponen kristal dan komponen matrik.6
1. Komponen kristal :
Batu terutama terdiri dari komponen kristal. Tahapan pembentukan
batu yaitu: nukleasi, perkembangan dan aggregasi melibatkan komponen
kristal Pembentukan inti (nukleasi) mengawali proses pembentukan batu
dan mungkin dirangsang oleh berbagai zat termasuk matrik protein,
kristal, benda asing dan partikel jaringan lainnya. Kristal dari satu tipe
dapat sebagai nidus untuk nukleasi dari tipe lain. Ini sering terlihat pada
kristal asam urat yang mengawali pembentukan batu kalsium oksalat.6
2. Kompoen matrik :
Komponen matrik dari batu urin adalah bahan non kristal, bervariasi
sesuai tipe batu, secara umum dengan kisaran 2-10% dari berat batu.
Komposisinya terutama terdiri protein, dengan sejumlah kecil hexose
dan hoxosamine. Bagaimana peranan matrik dalam mengawali
pembentukan batu tidak diketahui. Mungkin matrik bertindak sebagai
nidus untuk agregasi kristal atau sebagai lem untuk perekat komponen
13
kristal kecil dan dengan demikian menghalangi sedikit turunnya melalui
saluran kemih.6
Berbagai Teori Pembentukan Batu :2
1. Teori pembentukan inti. Teori ini mengatakan bahwa pembentukan batu
berasal dari kristal atau benda asing yang berada dalam urin yang pekat.
Teori ini ditentang oleh beberapa argumen, dimana dikatakan bahwa
batu tidak selalu terbentuk pada pasien dengan hiperekresi atau mereka
dengan resiko dehidrasi. Tambahan, banyak penderita batu dimana
koleksi urin 24 jam secara komplit normal. Teori inti matrik :
Pembentukan batu saluran kemih membutuhkan adanya substansi
organik sebagai pembentuk inti. Substansi organik terutama
mukoprotein A mukopolisakarida yang akan mempermudah kristalisasi
dan agregasi substansi pembentuk batu.2
2. Teori supersaturasi : peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan
batu dalam urin seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat
mempermudah terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga sangat
dipengaruhi oleh pH dan kekuatan ion
3. Teori presipitasi-kristalisasi : Perobahan pH urin akan mempengaruhi
solubilitas subst ansi dalam urin. Di dalam urin yang asam akan
mengendap sistin, xastin, asam urat, sedang didalam urin yang basa akan
mengendap garam-garam fosfat.2
4. Teori berkurangnya faktor penghambat : Mengatakan bahwa tidak
adanya atau berkurangnya substansi penghambat pembentukan batu
seperti fosfopeptida, pirofosfat, polifosfat, asam mukopolisakarida dalam
urin akan mempermudah pembentukan batu urin. Teori ini tidaklah
benar secara absolut karena banyak orang yang kekurangan zat
penghambat tak pernah menderita batu, dan sebaliknya mereka yang
memiliki faktor penghambat berlimpah membentuk batu.2
5. Teori lain adalah : Berkurangnya volume urin : Kekurangan cairan akan
menyebabkan peningkatan kosentrasi zat terlarut (misal; kalsium,
14
natrium, oksalat dan protein) yang mana ini dapat menimbulkan
pembentukan kristal diurin).2
Berdasarkan lokasi terbentuknya batu, maka patofisiologi batu saluran
kemih dapat dibagi menjadi :
1. Nefrolithiasis
Batu ginjal ialah suatu keadaan terjadinya batu didalam pelvis
renalis atau kaliks ginjal. Batu ginjal muncul sebagai hasil dari 3 faktor
berikut:
Supersaturasi dari senyawa pembentuk batu dalam urin
Reaksi kimia atau stimulus fisik yang memicu pembentukan batu
Jumlah senyawa inhibitor pembentuk batu dalam urin tidak adekuat
(misalnya magnesium dan sitrat). 9
Faktor-faktor lain dapat berkontribusi dalam pembentukan batu
ginjal. Misalnya intake oksalat yang tinggi dapat meningkatkan risiko
pembentukan batu kalsium oksalat. Asupan purin berlebihan dapat
berkontribusi untuk produksi batu yang mengandung asam urat dan batu
dengan komponen kalsium dengan asam urat. Diet ketogenik yang
disarankan untuk mengurangi kejang, menempatkan anak-anak pada
risiko terbentuknya batu asam urat maupun batu kalsium. 9
Secara umum, kalsium urin dapat meningkat dengan asupan diet
tinggi kalsium (hiperkalsiuria). Pembatasan diet fosfat, jika berat, dapat
meningkatkan ekskresi kalsium urin. Diet tinggi protein dari sumber
hewan, glukosa atau sukrosa yang meningkatkan kalsium urin dan, dalam
beberapa kasus, mungkin akan menyebabkan pembentukan batu. Vitamin
A dan D dapat berkontribusi untuk pembentukan batu kalsium jika
dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan pada anak. Konsumsi fruktosa
juga dikaitkan dengan peningkatan risiko batu ginjal. 9
2. Urolithiasis
Batu ureter adalah suatu keadaan ditemukannya batu di ureter.
Biasanya berasal dari batu ginjal yang lepas dan turun ke distal. 9
3. Vesikolitiasis
15
Batu buli-buli ialah suatu keadaan ditemukannya batu di dalam
buli-buli. Batu ini berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun,
akibat stasis pada striktur uretra, kontraksi leher buli-buli, sistokel,
infeksi saluran kemih, hiperparatiroid atau adenoma paratiroid, dan diet
yang banyak mengandung kalsium dan oksalat. Batu dibentuk dalam
vesika urinaria ketika kepekatan urin terhadap substansi, yaitu kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat mengalami peningkatan. 4
Asupan cairan penting secara kuantitatif dan kualitatif. Jenis cairan
yang diminum dapat memperbaiki masukan cairan yang kurang. Asupan
cairan yang rendah menyebabkan urin terkonsentrasi dan meningkatkan
risiko pembentukan batu. Air memiliki kandungan mineral yang tinggi.
Susu mengandung kalsium dan vitamin D. Jus jeruk dapat dilengkapi
dengan kalsium. Teh mengandung oksalat dan sukrosa. Banyak minuman
(misalnya, soft drink) mengandung natrium klorida dan sukrosa. Jenis
asupan cairan dapat mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih. 9
4. Urethrolithiasis
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang
turun kebuli-buli, kemudian masuk ke uretra. Kebanyakan batu ureteral
secara spontan masuk ke buli-buli melewatinya tanpa halangan. Wanita
lebih jarang terkena karena uretra yang dimiliki lebih pendek dan angka
kejadian kurang. 9
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada orang dewasa, pasien yang menderita batu saluran kemih biasanya
mengeluhkan gejala yang khas diantaranya nyeri pinggang yang sangat, mual,
muntah dan ditemukannya darah pada urine (hematuria). Berbeda halnya
dengan anak-anak, gejala yang dirasakan sangat bervariasi dan tidak khas.5
Keluhan nyeri perut yang tidak khas, mudah menangis, muntah, dan sulit
mengeluarkan urine dapat ditemukan pada bayi dan anak yang usianya lebih
muda. Keluhan lain berupa tidak nafsu makan dan sering memegang alat
kelaminnya tanpa sebab yang jelas. Sebagian anak ada yang tidak
16
mengeluhkan gejala sama sekali, namun batu saluran kemih ditemukan pada
bayi dan anak tanpa sengaja ketika dilakukan pemeriksaan laboratorium atau
radiologis di rumah sakit.5
Anak yang berusia lebih tua sering mengeluhkan nyeri pada pinggang,
rasa mual, muntah, sering berkemih (urinary frequency) dan nyeri yang
dirasakan saat berkemih (dysuria). Keluarnya batu secara spontan kadangkala
bisa saja terjadi sekalipun anak tidak mengeluhkan gejala apapun sebelumnya.
Selain itu dijumpai infeksi saluran kemih pada bayi dan anak melalui
pemeriksaan urine rutin.5
Batu diklasifikasikan berdasarkan komposisi mereka. Pengetahuan tentang
komposisi dapat membantu untuk merencanakan terapi pencegahan, namun
komposisi kimia batu biasanya tak ada hubungannya dengan manifestasi
klinis. Manifestasi klinis berhubungan dengan 5 faktor berikut:5
Ukuran batu (batu besar cenderung memberikan gejala nyata,
meskipun beberapa batu besar hanya menghasilkan sedikit gejala)
Lokasi batu
Produksi urin dengan obstruksi saluran kemih
Gerakan dari batu (misalnya, dari pelvis ginjal ke kandung kemih)
Adanya infeksi
Gejala klinis biasanya tergantung pada usia, gejala seperti nyeri panggul
dan hematuria lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua. Gejala
nonspesifik (misalnya, iritabilitas dan muntah) lebih sering terjadi pada anak
yang lebih muda.5
Berikut ini adalah 5 temuan klinis yang biasa didapat pada penyakit
batu saluran kemih anak: 7
Rasa nyeri intens yang tiba-tiba terjadi di belakang dan memancar ke
bawah, terpusat menuju perut bagian bawah atau pangkal paha.
Hematuria, biasanya makroskopis (gross hematuria), terjadi dengan
atau tanpa rasa sakit. Hematuria dapat ada atau tidak ada. Pada
rangkaian CT-scan untuk mengidentifikasi lithiasis pada orang dewasa,
sepertiganya memiliki 5 atau kurang sel darah merah (RBCs) per
17
lapangan pandang besar. Belum ada penelitian yang serupa pada anak
yang telah dilakukan, tetapi banyak nephrologist anak mengidentifikasi
adanya gejala klinik dan batu tanpa adanya hematuria.
Infeksi dapat mengarahkan pencitraan radiologi untuk identifikasi
letak batu
Batu yang asimptomatik, kadang-kadang dapat teridentifikasi melalui
pencitraan abdomen secara kebetulan.
Hematuri mikroskopis persisten yaitu pada mikroskopis urin diperoleh
≥ 5 sel darah merah per lapangan pandang besar dari 3 spesimen urin
yang disentrifugasi berturut-turut yang diambil dengan rentang waktu
1 minggu.
1. Nefrolitiasis (batu ginjal)
Batu ginjal kadang-kadang tidak menunjukkan gejala. Tanda
pertama terjadi bila batu keluar melalui kaliks atau piala ginjal menuju
uretra. Gejala klasik ialah nyeri dan hematuria.7
Nyeri pinggang atau perut
a. Kolik, serangan sakit hebat yang timbul berangsur-angsur,
berlangsung sebentar dan kemudian hilang mendadak untuk
kemudian berulang. Nyeri dapat menjalar sampai kuadran lateral
bawah dinding perut. Nadi cepat, pucat, berkeringat dingin.
Dapat diikuti muntah atau mual, perut kembung (meteorismus)
dan gejala ileus paralitik. Ditemukan pada 89% kasus batu ginjal
b. Nyeri yang terus menerus, rasa panas dan terbakar di pinggang
yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Hematuria, dapat terjadi dengan atau tanpa kolik
Bila terjadi hidronefrosis, dapat diraba pembesaran ginjal
Nyeri perut dan panggul terjadi pada sekitar 50% anak dengan batu
ginjal. Hematuria, baik mikroskopik atau makroskopik, telah
dilaporkan pada 33% sampai 90% anak dengan batu. Hematuria
dapat mendahului pembentukan batu pada anak-anak dengan
hiperkalsiuria dan, kadang-kadang dengan hiperoksaluria atau
18
hiperurikosuria. Ketika batu tersedia untuk analisis, komposisi sering
membantu dalam menentukan penyebab metabolik yang mendasari
pembentukan batu.7
2. Ureterolitiasis
Gejala yang ditunjukkan antara lain:7
Nyeri yang bersifat kolik hebat sehingga penderita berteriak dan
gelisah. Terkadang nyeri dapat terus-menerus akibat peregangan
kapsul ginjal. Biasanya nyeri dimulai pada daerah pinggang dan
menjalar ke arah testis, disertai mual atau muntah, keringat dingin,
pucat dan dapat terjadi renjatan.
Hematuria
Nyeri ketok daerah pinggang
3. Vesikolitiasis (batu buli-buli)
Rasa nyeri waktu berkemih (disuria, stranguria). Hematuria kadang-
kadang disertai urin keruh. Pancaran urin tiba-tiba berhenti dan keluar
lagi pada perubahan posisi. Dapat disertai poliakisuria. Pada anak, nyeri
miksi ditandai oleh kesakitan, menagis, menarik-narik penis, miksi
mengedan sering diikuti defekasi atau prolapsus ani.7
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laborarorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut: 10
a) Urinalisis
Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan kadang-kadang
kristaluria. Hematuria biasanya terlihat secara mikroskopis, dan
derajat hematuria bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan
besar batu atau kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak adanya
hematuria dapat menyokong adanya suatu obstruksi komplit, dan
ketiadaan ini juga biasanya berhubungan dengan penyakit batu yang
19
tidak aktif. Pada pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang
ditemukan dapat memberi petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin <
5 menyokong suatu batu asam urat, sedangkan bila terjadi peningkatan
pH (≥7) menyokong adanya organisme pemecah urea. Pada batu
ginjal kadang-kadang terdapat proteinuria ringan. Pada batu buli-buli,
leukosit lebih banyak daripada eritrosit dan tersebar.
20
mendeteksi adanya batu semi opaque ataupun batu non opaque yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.
3) CT Scan
CT Scan (Computerized Tomography) adalah tipe diagnosis sinar
X yang dapat membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque
lain.
4) Retrograte Pielografi (RPG)
Dilakukan bila pada kasus-kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat
kontras, dan IVP tidak mungkin dilakukan.
5) Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan
kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.
USG ginjal merupakan pencitraan yang lebih peka untuk mendeteksi
batu ginjal dan radiolusen daripada foto polos abdomen. Cara terbaik
untuk mendeteksi BSK ialah dengan kombinasi USG dan foto polos
abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di
dalam kandung kemih dan adanya tanda-tanda obstruksi urin
H. DIAGNOSA BANDING
1. Infeksi saluran kemih
Gejala infeksi pada saluran kemih tidak hanya tergantung pada
intensitas reaksi inflamasi (interaksi host parasit) tetapi juga pada tingkat
infeksi dan usia pasien. Demam tinggi yang sering adalah satu-satunya
gejala pielonefritis akut. Anak-anak biasanya tidak melaporkannya
pinggang sampai mereka 4 hingga 5 tahun atau bahkan lebih tua, tapi
kadang-kadang nyeri ginjal dapat pada anak-anak kecil pada
pemeriksaan fisik. 3
2. Hidronefrosis
Hidronefrosis merupakan dilatasi pada pelvis renalis dan calyces,
ditandai dengan atrofi pada parenkim disebabkan obstruksi pada aliran
urin. Obstruksi mungkin terjadi tiba-tiba, dan terjadi pada bagian saluran
21
kemih mulai dari ginjal sampai vesika urinaria. Obstruksi bilateral
komplit dapat menyebabkan anuria. Bila obstruksi terjadi bagian bawah
kandung kemih, gejala yang dominan adalah bladder distended. 3
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penanganan batu saluran kemih pada bayi dan anak diantaranya
mengeluarkan batu, mencegah batu terbentuk kembali, mengobati infeksi
saluran kemih, memperbaiki fungsi ginjal, mengoreksi kelainan anatomis dan
metabolik yang ada.5
Pengobatan batu saluran kemih dilakukan dengan pendekatan dari dua
perspektif. Satu aspek adalah pengobatan gangguan metabolic yang
mendasarinya, infeksi, atau faktor anatomic yang merupakan predisposisi;
aspek lainya dalah pengobtan komplikasi dari batu itu sendiri, secara prinsip
obstruktif dan infeksi. Tindakan yang paling sederhana dan paling efektif
untuk mencegah berulangnya batu saluran kemih adalah mempertahankan
status hidrasi yang adekuat dan diurisis 24 jam sehari, untuk membuat urin
encer untuk mengurangi kemungkinan presipitasi bahan-bahan batu.9
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar secara spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran air kemih
dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar dari saluran kemih.9
Perubahan pH urin dapat juga mencegah berulangnya batu. Sistin jauh
lebih mudah larut apabila pH urin > 7,5. Dan alkalisasi urin dengan natrium
bikarbonat atau natrium sitrat adalah efektif.9
Kalau mungkin dan apabila tindakan sederhana gagal, terapi spesifik untuk
setiap gangguan metabolic yang mendasari harus digunakan: 9
22
N-asetilsistein tampaknya mempunyai toksisitas rendah dan mungkin
eektif dalam pengendalian sistinuria.
Piridoksin telah digunakan dalam bebrapa kasus hiperoksaluria
Tindakan operatif yang ada saat ini sudah sangat berkembang, mulai dari
prosedur pembedahan terbuka (open stone surgery), ureteroskopi,
Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL), hingga Percutaneous
nephrolithotomy (PCNL). Pembedahan terbuka (open stone surgery),
merupakan prosedur klasik dengan cara melalukan operasi terbuka melalui
pembedahan. Dengan berkembangnya teknologi alat urologi, meningkatnya
keahlian serta pengalaman para ahli membuat metode tersebut sudah jarang
digunakan saat ini. Prosedur ureteroskopi dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah alat uretereskop melalui ureter dan batu dipecah dengan
menggunakan energi tertentu (eletrohidrolik, ultrasonik, laser, atau
pneumatik). Ureteroskopi dapat dilakukan jika batu berada di tengah atau
distal dari ureter.5
Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) merupakan pilihan terbaik
untuk batu berukuran <2 cm karena sifat invasifnya yang tergolong minimal.
Selain itu, ESWL menjadi modalitas utama untuk pasien anak dengan batu
pada lokasi renocaliceal. Stamatiou et al melaporkan dari 26 anak yang
diterapi dengan menggunakan ESWL, ada 21 anak (80,7%) yang berhasil.
Pemecahan batu dilakukan dengan menggunakan gelombang kejut eksternal
yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Batu dipecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan
perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria. Namun prosedur ini
memiliki beberapa keterbatasan antara lain ukuran diameter batu terlalu
besar, belum seluruh rumah sakit memiliki fasilitas ini, lokasi batu dan
pengalaman pelaksana tindakan.5
Percutaneous nephrolithotomy (PCNL), dilakukan dengan cara
memasukkan alat endoskopi melalui insisi kulit menuju lokasi batu dengan
bantuan tuntunan fluroskopi, ultrasonografi atau keduanya. Batu dapat
23
dikeluarkan langsung atau dipecah terlebih dahulu menjadi ukuran-ukuran
kecil. PCNL menjadi pilihan utama untuk batu yang berukuran >2 cm. Selain
itu, PCNL sangat cocok untuk batu yang keras (seperti sisteindan kalsium
oksalat monohidrat), prosedur ESWL yang gagal, dan adanya obstruksi pada
ginjal. Çelik et al melaporkan dari 291 anak dengan batu saluran kemih
dilakukan tindakan PCNL, angka keberhasilannya mencapai 88,3%. Ada
beberapa kondisi yang mempengaruhi tingkat keberhasilan PCNL, di
antaranya anatomi ginjal, total ukuran dan jumlah batu (stone burden), dan
lokasi batu.5
Mencegah terjadinya batu saluran kemih berulang pada bayi dan anak
dapat dilakukan dengan cara banyak minum, mengoreksi kelainan metabolik,
mengatasi infeksi dan penyakit yang menyebabkan terjadinya batu, serta
mengoreksi kelainan anatomis yang ada. Analisis kristal batu sangatlah
berguna untuk mengetahui jenis batu, tujuannya untuk menciptakan kondisi
urine yang menghambat pembentukan batu.5
J. KOMPLIKASI
K. PROGNOSIS
24
urosepsis dan kematian. Obstruksi lengkap yang tidak diobati dapat
menyebabkan gagal ginjal.5
Kolik ginjal akut sangat menyakitkan terutama pada anak-anak. Batu
disertai infeksi dapat menghasilkan nyeri serta sepsis. Anak-anak yang
menderita batu saluran kemih disertai kolik ataupun batu saluran kemih
yang membutuhkan terapi yang menimbulkan rasa sakit seperti pengeluaran
batu urologi atau extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL) bisa
mengalami morbiditas yang sulit.5
BAB III
KESIMPULAN
1. Batu saluran kemih atau adalah suatu keadaan timbulnya batu di dalam saluran
kemih, baik di dalam ginjal, ureter, maupun di dalam buli-buli. Batu traktur
25
urinarius dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, komposisi dan susunan. Dapat
berbentuk bulat, ellipsoid, persegi empat, ataupun tidak teratur.
2. Penyebab batu saluran kemih pada anak-anak sebagian besar disebabkan faktor
metabolik. Kelainan metabolik yang paling sering adalah hiperkalsiuria.
Penyebab lain berupa kelainan anatomis dan infeksi saluran kemih
3. Batu saluran kemih pada anak-anak memang lebih jarang bila dibandingkan
dengan dewasa. Prevalensinya berkisar 2-3%, namun tingkat rekurensinya
dapat mencapai 6,5-54%.
4. Pengobatan batu saluran kemih dilakukan dengan pendekatan dari dua
perspektif. Satu aspek adalah pengobatan gangguan metabolic yang
mendasarinya, infeksi, atau faktor anatomic yang merupakan predisposisi;
aspek lainya dalah pengobtan komplikasi dari batu itu sendiri.
5. Prognosis baik jika pasien baik,namun mortalitas dan morbiditas signifikan
kadang-kadang dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lina N. 2013. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-
Laki. Studi Kasus di RS Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung
Semarang. Universitas Diponegor Semarang
26
2. Avner E.d, Harmon, 2004. Urolithiasis, Pediatric Nephrology 5 th Lippincott
Williams& Wilkins, United Kingdom.
3. Kumar Abbas, 2007, The Kidney and It’s Collecting System, Robbins Basic
Pathlogy, Elsevier, Philadelphia.
4. Zamzami Z, 2018. Penatalaksanaan Terkini Batu Saluran Kencing di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru, Indonesia. Jurnal Kesehatan Melayu, Vol. 1 No. 2.
Dari : http://jkm.fk.unri.ac.id
5. Ricardo A, 2016. Gambaran Klinis dan Tata Kelola Batu Saluran Kemih pada
Bayi dan Anak-anak. VOL. 22 NO. 58. Dari : http:ejournal.ukrida.ac.id
6. Rusepno Hasan, Husein Atlatas, 2007. Batu saluran kemih, Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Jilid 2, Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta.
7. Shah B., R., Lucchesi, 2007. Nephrology, Atlas of Pediatric Emergency
Medicine, The Mc Graw Hill Companies, United States.
8. Behram, Kliegman, dan Arvin. 2000. Ilmi Kesehatan Anak Nelson Edisi 15
Volume 3. Jakarta:EGC.
9. Fathallah, S, 2015. Pediatric Urolithiasis. Alabama : Pediatric Nephrology,
University of Alabama at Birmingham School of Medicine
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:Infomedika Jakarta.
11. Shayk S.F., 2016, Pediatric Urolithiasis [Serial Online]; Updated : February ,
2016. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/983884-
overview
27