Anda di halaman 1dari 32

Portofolio Bedah

NEFROLITHIASIS

Oleh:
dr. Avino Mulana Fikri
Dokter Internsip

Pendamping:
dr. Endayani, MPH

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANG PANJANG
PERIODE FEBRUARI 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia

untuk hidup. Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki

derajat kesehatan yang optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau kelainan pada

sistem perkemihan diantaranya adalah nefrolitiasis atau batu ginjal.1

Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan

melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem perkemihan

dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas yang bisa

diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan memberikan dampak

yang fatal.1

Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu

nefrolitiasis. Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah adanya batu yang berasal dari

mineral dan garam di dalam ginjal, biasanya terbentuk di bagian pelvis renalis.1

Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di

Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki

dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga dan

keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah

sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan

jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah pasien yang dirawat

mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang.2


Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi

hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi

komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis,

avaskuler iskemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan

mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.2


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian1

Gambar 2.1 Nefrolitiasis

Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang berada di bagian pelvis renalis.

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal, pembentukan

deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium fosfat

meskipun juga dapat terbentuk dari asam urat yang juga membentuk kalkulus (batu

ginjal).

2. Etiologi

Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu

seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat

terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan

batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien

dehidrasi).

Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalam 2 faktor :

a. Faktor endogen :

 Hiperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah

 Hiperkalsiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin

 Ph urin

 Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan

keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh

b. Faktor eksogen :

 Air minum

Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya

pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidakseimbangan cairan yang

masuk

 Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat, yang

akan mempermudah pengurangan produksi urin dan mempermudah terbentuknya

batu.

 Makanan

Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya batu


 Dehidrasi

Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses

pembentukan urin.

3. Patofisiologi

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus

darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi,

kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.

Peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan

bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau urin sehingga membuat

tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan

kebasaan urin oleh produksi amonium yang berakibat presipitasi kalsium dan

magnesium pospat.

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

kemudian dijadikan dalam beberapa teori :

a. Teori supersaturasi

Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung

terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya

agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.

b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose,

3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-

kristal sehingga menjadi batu.

c. Teori kurang inhibitor

Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui

daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat

mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal.

Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

d. Teori epistaxi

Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara bersama-sama, salah

satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan

luarnya. Contohnya ekskresi asam urat yang berlebihan dalam urin akan

mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti

pengendapan kalsium.

e. Teori kombinasi

Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

4. Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium

oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn,

da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat
yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap

kemungkinan timbulnya batu residif.

a. Batu Kalsium

Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari

seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat,

kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.

b. Batu Struvit

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini

disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini

adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan

enzim urease dan merubah urin menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea

menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya

adalah : Proteus sp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan

Stafilococcus. Meskipun E. coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih

tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.

c. Batu Asam Urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di

antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan

campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-

pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi


antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah

sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet

tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit

ini.

5. Tanda dan Gejala

Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa,

akut, kolik, yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin

berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah

akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya

menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan

hematuria.

Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :

a. Hematuria

b. Piuria

c. Polikisuria/ frequency

d. Urgency

e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada

daerah pinggang.

f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.

g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah,

selanjutnya ke arah penis atau vulva.


h. Anorexia, muntah dan perut kembung

6. Komplikasi

Menurut guyton, komplikasi dari nefrolitiasis adalah :

a. Gagal ginjal

Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah

yang disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen

terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan

gagal ginjal.

b. Infeksi

Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk

perkembangbiakan microorganism. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada

peritoneal.

c. Hidronefrosis

Oleh karena adanya obstruksi batu sehingga aliran urin terhambat

menyebabkan urin tertahan dan menumpuk di ginjal dan lama-kelamaan ginjal

akan membesar karena penumpukan urin.

d. Avaskuler ischemia

Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi

kematian jaringan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Urin

 PH lebih dari 7,6

 Sediment sel darah merah lebih dari 90%

 Biakan urin

 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

b. Pemeriksaan darah

 Hb turun

 Leukositosis

 Ureum dan kreatinin dapat meningkat

 Kalsium, fosfor, asam urat

c. Pemeriksaan Radiologist

Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan rontgen

saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk melihat lokasi batu dan

besar batu.

d. CT helikal tanpa kontras

CT helikal tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada

pasien yang diduga nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan

dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan material

radiokontras; dapat memperlihatkan bagian distal ureter; dapat mendeteksi batu

radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-opaque, dan batu kecil sebesar 1-2

mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra-abdomen

selain batu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. Pada
penelitian yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan

nyeri pinggang, CT helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan

nilai prediktif negatif 97% untuk diagnosis batu ureter.

c. USG abdomen

Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi

teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa memperlihatkan

ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif pada 123 pasien menunjukkan

bahwa, dibandingkan dengan CT Helikal sebagai gold standard, ultrasonografi

memiliki sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih kecil

dari 3 mm juga sering terlewatkan dengan ultrasonografi.

8. Penatalaksanaan Medis

Sjamsuhidrajat, menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :

a. Obat diuretik thiazide (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi

pembentukan batu yang baru.

b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih 1,5-2 Liter / hari.

c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.

d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium)

di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.

e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya

batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya


oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh

karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.

f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti

hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis

atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap

penyakit-penyakit tersebut.

g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena

makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air

kemih.

h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.

i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk

menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium

sitrat.

j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasis

adalah:

Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih

Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu saluran kemih (BSK) adalah untuk

menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,

mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.


Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik

selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.

8.1 Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu

dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa

intervensi medis.

Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu

yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif

mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah

ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.

Terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan

pemberian diuretikum, berupa :

a. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari

b. α – blocker

c. NSAID

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat

lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan

obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan merupakan

pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu
(misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada

toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.
8.2 Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar

batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu

petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan

naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dan

antispasmodik lainnya dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian

antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk

mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk

mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau

menghambat pembentukan batu berikutnya.

8.3 ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini

digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah

batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy

pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau

menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat

menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.


(http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/gelombang-kejut-penghancur-batu-ginjal/)

8.4 Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan minimal invasif untuk mengeluarkan

BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran

kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut

dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa

tindakan endourologi tersebut adalah :

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang

berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem

kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih

dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat

pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi

per-uretra. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/

ureterorenoskopi ini.

d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui

alat keranjang Dormia.

8.5 Tindakan Operasi

Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan

batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu

tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan

pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana

batu berada, yaitu :

a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di

dalam ginjal.

b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di

ureter

c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di

kandung kemih

d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di

uretra

e. Pyelolitotomi merupakan pembedahan untuk mengambil batu yang berada di pelvis

renalis.
9. Pencegahan Batu Saluran Kemih

Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang

menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya

pencegahan itu berupa :

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi

urin 2-3 liter per hari.

2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.

3. Aktivitas harian yang cukup.

4. Pemberian medikamentosa.

Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan

menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat.

3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.

4. Rendah purin.

Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita

hiperkalsiuri tipe II.


BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta: dr. Avino Mulana Fikri


Nama Wahana: RSUD Kota Padang Panjang
Topik: Nefrolithiasis
Tanggal (kasus): 11 April 2020
Nama Pasien: Tn. S, 64 th No. RM: 585518
Tanggal Presentasi: Nama Pendamping: dr. Endayani, MPH
Obyektif Presentasi:
Keilmuan  Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik  Manajemen Masalah Istimewa
Neonatu Bayi Ana  Remaja Dewas Lansia 
s k a Bumil
Deskripsi : Pasien Tn. S, 64 th datang dengan keluhan nyeri pada pinggang
kiri dan kanan sejak ± 1 minggu yang lalu dan memberat setengah
jam SMRS
Tujuan : Menegakkan diagnosis, penatalaksanaan
Bahan bahasan:  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Pustaka
Cara  Diskusi  Presentasi  Email  Pos
membahas: dan diskusi
Data pasien: Nama: Nomor Registrasi:
Tn. S 585518
Nama klinik: RSUD Padang Panjang Telp: - Tedaftar sejak:
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: Nefrolitiasis
2. Riwayat pengobatan
Belum pernah mendapat pengobatan untuk keluhan saat ini.
3. Riwayat kesehatan
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 8 bulan yang lalu, didiagnosis
batu ginjal, tidak pernah kontrol lagi
4. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti pasien
5. Riwayat pekerjaan
Pasien seorang petani
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan)
Tinggal bersama istri dan anak
8. Lain-lain:
Tidak ada
Daftar Pustaka
1. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi edisi 3. FK Unbraw: Malang. 2011
2. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014
3. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta.
2008
4. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. EGC: Jakarta. 2005
5. Pearce, Evelyn C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Pt Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta. 2009
6. Santoso, Beatricia I. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC:
Jakarta. 2001
7. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu
PenyakitDalam FKUI: Jakarta. 2007
8. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998
9. Nur Lina. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada
Laki-Laki. Semarang: Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro.
2008
10. Soepaman. Ilmu Penyakit Dalam Jillid II. FKUI: Jakarta. 1990
Hasil Pembelajaran
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Diagnosis
6. Penatalaksanaan
7. Prognosis
8. Komplikasi

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
 Pasien Tn. S, 64 th datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kiri
dan kanan sejak ± 1 minggu yang lalu dan memberat setengah jam
SMRS, nyeri dirasakan pasien seperti ditusuk tusuk dan terus
menerus, nyeri menjalar (-)
 Mual disertai muntah sebanyak 1x sejak setengah jam yang lalu,
muntah berisi apa yang dimakan
 BAK terasa panas, pasien perlu mengejan saat berkemih, BAK
terputus-putus dan menetes pada akhir berkemih (+), keluhan sering
berkemih (-), rasa tidak dapat menahan saat ingin berkemih (-),
terbangun malam hari untuk BAK (-), Demam (-)
 Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 8 bulan yang lalu,
yaitu nyeri pinggang kiri, kencing darah dan riwayat keluar batu saat
kencing, dan di diagnosa dengan batu ginjal, kemudian diberikan
obat oleh dokter IGD di RSAM Bukittinggi dan tidak pernah kontrol
lagi karena merasa sudah sembuh.
 Pasien tidak BAB sejak 6 hari yang lalu.
 Riwayat hipertensi, DM, PJK, dan penyakit lainnya tidak ada

2. Objektif :
a. Vital sign
- Keadaan umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Komposmentis kooperatif
- Tekanan darah : 130/78 mmHg
- Nadi : 90 kali/menit
- Nafas : 20 kali/menit
- Suhu : 37,5 °C
b. Pemeriksaan sistemik

‐ Kulit : teraba hangat, tidak ikterik.


‐ Kepala : normosefal, rambut hitam, tidak mudah rontok.
‐ Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
diameter 3 mm, reflek cahaya +/+ Normal.
‐ THT : tidak ada kelainan.
‐ Mulut : tidak ada kelainan
‐ Leher : JVP 5-2 mmHg
‐ KGB : tidak teraba pembesaran KGB.
‐ Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
Pulmo : SN Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
Cor : BJ I-II regular, murmur (-)
- Abdomen : Supel, Distensi (-), Timpani
Bising usus (+) normal
Nyeri tekan epigastrium (-)
Nyeri tekan perut kanan dan kiri bawah (+)
- Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edem -/-, refleks
fisiologis ++/++, reflek patologis -/-
motorik 555 555
555 555

STATUS UROLOGI

Regio Flank

 Tulang belakang tegak lurus

 Nyeri ketok pada cva kiri (+)

 Nyeri ketok pada sudut murphy (-)

 Pemeriksaan Ballotement kiri (-)


Supra Pubik

Nyeri tekan pada vesica urinaria (+)

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium : (11 April 2020)
Hb : 12,1 g/dl
Ht : 35%
Leukosit: 18.250 mg/dl
Trombosit: 105.000 /ul
Ureum / Kreatinin: 140/2,4
2) Urinalisis :
Warna : kuning keruh
M. Jenis : 1,005
pH : 5,0
Leukosit : 30-40 LPB
Eritrosit : 10-15 LPB
Kristal: -
Protein : +
Keton : +
Tes darah samar: +
Leukosit esterase: +

3) EKG
4) Ro BNO
3. Assesment (penalaran klinis) :
Telah dilaporkan seorang laki laki usia 64 tahun dengan keluhan keluhan
nyeri pada pinggang kiri dan kanan sejak ± 1 minggu yang lalu dan
memberat setengah jam SMRS, nyeri dirasakan pasien seperti ditusuk tusuk
dan terus menerus, nyeri menjalar (-). Mual disertai muntah sebanyak 1x
sejak setengah jam yang lalu, muntah berisi apa yang dimakan. BAK terasa
panas, pasien perlu mengejan saat berkemih, BAK terputus-putus dan
menetes pada akhir berkemih (+), keluhan sering berkemih (-), rasa tidak
dapat menahan saat ingin berkemih (-), terbangun malam hari untuk BAK
(-), Demam (-). Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 8 bulan yang
lalu, yaitu nyeri pinggang kiri, kencing darah dan riwayat keluar batu saat
kencing, dan di diagnosa dengan batu ginjal, kemudian diberikan obat oleh
dokter IGD di RSAM Bukittinggi dan tidak pernah kontrol lagi karena
merasa sudah sembuh. Pasien tidak BAB sejak 6 hari yang lalu. Riwayat
hipertensi, DM, PJK, dan penyakit lainnya tidak ada

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien sakit sedang, tekanan


darah 130/78 mmHg, nadi 90 x/menit, napas 20x/menit, suhu 37,50C. Pada
pemeriksaan status lokalis pada abdomen terdapat nyeri tekan perut kanan dan
kiri bawah (+) serta nyeri tekan supra pubik (+). Pada punggung terdapat
nyeri ketok CVA sebelah kiri.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan leukositosis,
trombositopenia, ureum kreatinin meningkat. Pada urinalisa didapatkan
leukositouria, hematuria mikroskopik, proteinuria +1, keton +1, tes darah samar
+1, leukosit esterase +1, kristal (-). Pada EKG didapatkan hasil dalam batas
normal. Pada foto polos abdomen (BNO), terlihat gambaran radio-opak setinggi
paravertebrae Lumbal 2-3 kiri dengan ukuran 10 x 5 mm.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosis dengan Kolik renal ec Nefrolitiasis sinistra + Infeksi Saluran
Kemih + Acute Kidney Injury. Pasien direncanakan untuk pemberian antibiotik,
analgetik, anti spasmodik, dan Bicnat, kemudian dirawat di bangsal Bedah.

4. Plan :
Diagnosis klinis : Kolik renal ec Nefrolitiasis sinistra + ISK + AKI
Terapi :
 IVFD RL 8 jam/kolf
 Inj. Ranitidin 2x1 amp IV
 Inj. Ondansentron 2x1 amp IV
 Inj. Ceftriaxon 1x2gr IV
 Inj. Ketorolac 2x1 amp IV
 Bicnat 2x1 tab PO
 Scobutrin 2x1 tab PO
Follow Up Tanggal 12 Maret 2020
S : nyeri perut dan pinggang kiri dan kanan
O : TD 96/50 mmHg
Punggung: nyeri ketok CVA -/+
A : Nefrolitiasis sinistra + AKI+ ISK
P : konsul dr. Sp.PD, advice: Bicnat 2x500mg, As. Folat 1x1 tab, anjuran
USG urologi, tatalaksana lain lanjut
Follow Up Tanggal 13 Maret 2020
S : nyeri perut (+) hilang timbul, demam (+), tidak BAB sejak 7 hari
O : TD 100/60 mmHg
Punggung: nyeri ketok CVA -/+
A : Urosepsis ec Nefrolitiasis sinistra + AKI+ ISK
P :
- Metronidazol 3x500 mg PO
- Paracetamol 3x500 mg PO k/p
- Laxadyn syr 3x2cth PO
- Th lain lanjut
- Rencana USG urologi

Follow Up Tanggal 14 Maret 2020


S : nyeri perut bawah (+) hilang timbul, demam (-),BAB (-)
O : TD 110/60 mmHg
Punggung: nyeri ketok CVA -/+
A : Urosepsis ec Nefrolitiasis sinistra + AKI+ ISK
P :
- Dulcolax supp 2 (ekstra)
- Th lain lanjut
- Rencana USG urologi besok
Follow Up Tanggal 15 Maret 2020
S : nyeri perut bawah dan pinggang (+) hilang timbul, demam (-), BAB (-)
O : TD 110/66 mmHg
A : Urosepsis + Hidronefrosis ec Nefrolitiasis sinistra dd/ ureterolitiasis
sinistra + AKI + ISK + Konstipasi
P : Th lanjut
Jika nyeri menghilang, boleh pulang
Follow Up Tanggal 16 Maret 2020
S : nyeri perut bawah dan pinggang (-), demam (-), BAB (+)
O : TD 110/66 mmHg
Punggung: nyeri ketok CVA -/+
A : Urosepsis + Hidronefrosis ec Nefrolitiasis sinistra dd/ ureterolitiasis
sinistra + AKI + ISK + Konstipasi
P : pasien boleh pulang
Kontrol untuk rujukan ke spesialis urologi
Obat pulang:
Paracetamol 3x500 mg
Scobutrin 2x1 tab
Bicnat 2x1 tab
Metronidazol 3x1 tab
Cefixime 2x200mg
Laxadyn syr 3x2 cth k/p

Anda mungkin juga menyukai