Oleh :
ASRI PUTRI KISFANDARI
7422016
JOMBANG
2022
BAB I
Laporan Pendahuluan
1. Anatomi fisiologi
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Secara makroskopis, ginjal berbentuk menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di
dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal, yaitu
pembuluh drah, sistem limfatik, dan sistem syaraf (Purnomo, 2011). Pada umumnya ginjal
memiliki berat 150 g pada laki-laki dan 135 g pada wanita. Ukuran ginjal rata-rata 10-12
cm (panjang), 5-7 cm (lebar), dan 3 cm (tebal) (Anderson et al, 2012). Ginjal dibungkus
oleh jaringan fibrosa tipis yang disebut kapsul fibrosa (true capsul) yang melekat pada
parenkin ginjal. Diluar kapsul fibrosa terdapat jaringan lemak parirenal.
Secara anatomis, ginjal terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks dan medulla ginja.
Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta-juta nefron.
Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medulla ginjal terletak lebih profundus
dan memiliki banyak saluran kecil untuk mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urin. Pada
medulla ginjal terdapat area yang disebut piramida renalis. Piramida renalis dipisahkan
satu dengan yang lainnya oleh jaringan kortikal yang disebut kolumna renalis dari bertin.
Ginjal mendapatkan suplai darah melalui arteri dan vena renalis. Pada umumnya
terdapat satu arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta, yang masuk
melalui hilus renalis. Arteri renalis bercabang menjadi cabang anterior dan posterior.
Cabang anterior memberikan aliran darah pada pole atas dan bawah serta seluruh
permukaan anterior ginjal.
Funsi ginjal antara lain mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme
tubuh (sisa obat-obatan), mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH dalam mengatur
jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium dan menghasilkan beberapa
hormon seperti eritropoetin dan renin.
2. Definisi batu ginjal
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih
batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar pembentukan batu ginjal
dipengaruhi oleh faktor intrinstik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis
kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim,
kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, dan pekerjaan.
Komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium oslat yang mencapai 80%.
Nefroliatisi berdasarkan komposisianya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu
asam urat, batu sistin, batu xantin, batu triameteren, dan batu silikat. Pembentukan batu
ginjal pada umumnya membutuhkan keadaan supesaturasi. Namun pada urin normal,
diperlukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat
zat reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin,
kelainan bawaan pada pervikalises, hiperplasia prostat benigna, strikura, dan buli
buluneurogenik ikut berperan dalam proses pembentukan batu.
Batu kalsium
Terdiri dari batu kalsium okslat dan kalsium fosfat (merupakan jenis batu ginjal yang
paling umum). Disebabkan karena terlalu banyaknya okslat dalam urin atau disebut
hiperkalsuria. Urin memiliki berbagai limbah di dalamnya, jika terlalu banyak limbah
dalam cairan yang terlalu sedikit, kristal dapat mulai terbentuk. Kristal-kristal ini dapat
mulai menempel ke kalsium ketika urin di produksi oleh ginjal dan membentuk massa
padar yaitu batu ginjal.
Tidak berkaitan dengan hiperurokosuria tetapi karena penurunan kelarutan asam urat
karena pH urin yang rendah. Batu urat terbentuk dengan mekanisme kelebihan produksi,
peningkatan sekresi tubular, atau penurunan reabsorbsi tubular. Hasil asam urat sebagai
produk akhir yang relatif tidak larut adari metabolisme purin. Konsentrasi asam urat dalam
plasma tergantung pada konsumsi makanan, sintetis de novo purin, dan eliminasi asam
urat oleh ginjal dan usus.
Batu struvit
Campuran magnesium, amonium fosfat dan apatit karbonat yang terbentuk ketika
saluran kemih terinfeksi mikroorganisme yang memiliki enzim urease seperti golongan
proteus, providencia, klebsiella, psuedommas, dan enterococci.
Batu sistin
Ditemukan pada pasien dengan kelainan bawaan pada transfortasi asam amino pada
ginjal dan usus yang menyebabkan peningkatan ekskresi lisin, ornithin, sistin, dan arginin
karena gangguan reabsorbsi di nefron. Batu terbentuk karena terbatasnya kelarutan sistin.
Kelarutan sistin lebih tinggi dalam urin alkali, berkisar 175-360 mg/L di urin pada pH
lebih dari 7.0. tujuan menjaga konsentrasi sistin dibawah 240 mg/L pada pH urin 7.0 untuk
menjaga kelarutan
3. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses
ginjal, poineprosis, urosepsis, dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal). 75% dari batu
ginjal adalah batu kalsum. 60% tersusun dari kalsium okslat, 20% dari campuran kalsium
okslat dan hydroxyapatie, 10% dari asam urat dan struvite (magnesium ammonium fosfat)
dan 2% adalah batu brushite.
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti,
akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-
hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh
akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti
tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
menyebabkan terjadinya pengendapan.
Terbentuknya batu bisa disebabkan ileh berbagai macam mekanisme. Supersaturasi
yang berlebihan adalah penyebab terbentuknya batu asam urat atau batu sistin, sementara
batu infeksi disebabkan oleh metabolism bakteri. Sementara batu yang paling sering, yaitu
batu yang mengandung kalsium, masih belum sepenuhnya dimengerti penyebabnya.
Terbentuk atau tidaknya batu juga ditentukan oleh adanya keseimbangan antra zat
pembentukan batu dan inhibitor. Beberapa inhibitor batu antara lain ion magnesium yang
dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan okslat, membentuk
garam magnesium okslat sehingga jumlah okslat yang akan berikatan dengan kalsium
akan menurun.
4. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya batu ginjal yang
dapat dipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-obatan.
a. Hiperkalsuria
Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan penyerapan kalsium
usus, menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal dan peningkatan mobilisasi dari tulang.
b. Hiperurikosuria
Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan fisikokimia batu kalsium
terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan monosodium koloid kristalisasi kalsium
oksalat yang diinduksi oleh urat.
c. Hipositraturia
Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum. Rendahnya ekskresi sitrat
urin ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis. Penentu utama ekskresi sitrat urin adalah
keseimbangan asam basa. Umumnya terjadi dengan asidosis metabolik, peran
penghambatan sitrat juga melibatkan pembentukan larutan kompleks dan pengurangan
kejenuhan.
d. Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium oksalat pada kemih
(merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium). Disebabkan oleh produksi oksalat yang
berlebih akibat dari gangguan metabolisme, peningkatan penyerapan oksalat usus,
peningkatan asupan makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang sangat asam (pH 5.5)
dan urin yang sangat basa (pH 6.7) dapat mempengaruhi pembentukan batu kalsium.
Dengan pH yang terlalu asam maka urin menjadi jenuh dengan asam urat yang berperam
dalam kristalisasi kalsium oksalat. Sedangkan urin yang sangat alkalin dapat
meningkatkan monohidrogen fosfat yang dalam kombinasi dengan kalsium berubah
menjadi termodinamika brusit yang tidak stabil dan akhirnya terbentuk hidroksiapatit.
5. Manifestasi klinik
Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan
dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :
a. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena
aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih
2. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : klien tampak sakit sedang, nyeri dibagian punggung bawah hingga
pangkal paha dan gangguan dalam berkomunikasi.
b. Kesadaran : apatis
c. Tanda-tanda vital :
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
2) Mata
3) Telinga
4) Hidung
5) Mulut
6) Leher
7) Dada
8) Abdomen
9) Ekstremitas atas.
10) Ekstremitas bawah.
11) Genetalia
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
1. PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan :
DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
2. PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan : DPP:
Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
3. PPNI, Tim Pokja SIKI. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan :
DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
4. Purnomo, Basuki B. “dasar-dasar urologi.” Jakarta : Sagung seto. 2011, 6-9
5. Sakhae. “kindey stones 2012: pathogenesis, diagnosis, and managemen”. The Journal of
clinical Endocrinology & Metabolisme, 2012
6. Setiadi, Setiadi. 2017. Konsep manajemen keperawatan.