Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


NEFROLITIASIS

Dosen Pembimbing :
Ns. Naziyah S.Kep.M.Kep

Disusun Oleh:
Rifdah Faradillah
224291517001

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
A. Konsep dasar penyakit
1. Definisi batu ginjal

Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam
pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinstik
dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu
kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, dan pekerjaan.

Komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium oslat yang mencapai 80%. Nefroliatisi berdasarkan
komposisianya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xantin, batu
triameteren, dan batu silikat. Pembentukan batu ginjal pada umumnya membutuhkan keadaan supesaturasi.
Namun pada urin normal, diperlukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu,
terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin, kelainan
bawaan pada pervikalises, hiperplasia prostat benigna, strikura, dan buli buluneurogenik ikut berperan
dalam proses pembentukan batu.

a. Jenis jenius batu ginjal

Batu ginjal mempunyai benyak jenis dengan kandungan yang berbeda-beda berdasarkan
komposisinya batu ginjal dibedakan sebagai berikut :

 Batu kalsium

Terdiri dari batu kalsium okslat dan kalsium fosfat (merupakan jenis batu ginjal yang paling
umum). Disebabkan karena terlalu banyaknya okslat dalam urin atau disebut hiperkalsuria. Urin
memiliki berbagai limbah di dalamnya, jika terlalu banyak limbah dalam cairan yang terlalu sedikit,
kristal dapat mulai terbentuk. Kristal-kristal ini dapat mulai menempel ke kalsium ketika urin di
produksi oleh ginjal dan membentuk massa padar yaitu batu ginjal.

 Batu asam urat

Tidak berkaitan dengan hiperurokosuria tetapi karena penurunan kelarutan asam urat karena pH
urin yang rendah. Batu urat terbentuk dengan mekanisme kelebihan produksi, peningkatan sekresi
tubular, atau penurunan reabsorbsi tubular. Hasil asam urat sebagai produk akhir yang relatif tidak
larut adari metabolisme purin. Konsentrasi asam urat dalam plasma tergantung pada konsumsi
makanan, sintetis de novo purin, dan eliminasi asam urat oleh ginjal dan usus.

 Batu struvit

Campuran magnesium, amonium fosfat dan apatit karbonat yang terbentuk ketika saluran
kemih terinfeksi mikroorganisme yang memiliki enzim urease seperti golongan proteus,
providencia, klebsiella, psuedommas, dan enterococci.

 Batu sistin

Ditemukan pada pasien dengan kelainan bawaan pada transfortasi asam amino pada ginjal dan
usus yang menyebabkan peningkatan ekskresi lisin, ornithin, sistin, dan arginin karena gangguan
reabsorbsi di nefron. Batu terbentuk karena terbatasnya kelarutan sistin. Kelarutan sistin lebih
tinggi dalam urin alkali, berkisar 175-360 mg/L di urin pada pH lebih dari 7.0. tujuan menjaga
konsentrasi sistin dibawah 240 mg/L pada pH urin 7.0 untuk menjaga kelarutan.

2. Patofisiologi

Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Batu
yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, poineprosis, urosepsis,
dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal). 75% dari batu ginjal adalah batu kalsum. 60% tersusun
dari kalsium okslat, 20% dari campuran kalsium okslat dan hydroxyapatie, 10% dari asam urat dan
struvite (magnesium ammonium fosfat) dan 2% adalah batu brushite.

Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi
beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan
terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi
pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
menyebabkan terjadinya pengendapan.

Terbentuknya batu bisa disebabkan ileh berbagai macam mekanisme. Supersaturasi yang berlebihan
adalah penyebab terbentuknya batu asam urat atau batu sistin, sementara batu infeksi disebabkan oleh
metabolism bakteri. Sementara batu yang paling sering, yaitu batu yang mengandung kalsium, masih
belum sepenuhnya dimengerti penyebabnya.

Terbentuk atau tidaknya batu juga ditentukan oleh adanya keseimbangan antra zat pembentukan
batu dan inhibitor. Beberapa inhibitor batu antara lain ion magnesium yang dapat menghambat
pembentukan batu karena jika berikatan dengan okslat, membentuk garam magnesium okslat sehingga
jumlah okslat yang akan berikatan dengan kalsium akan menurun.
3. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya batu ginjal yang dapat
dipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-obatan.
a. Hiperkalsuria
Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan penyerapan kalsium usus,
menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal dan peningkatan mobilisasi dari tulang.
b. Hiperurikosuria
Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan fisikokimia batu kalsium
terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan monosodium koloid kristalisasi kalsium oksalat
yang diinduksi oleh urat.
c. Hipositraturia
Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum. Rendahnya ekskresi sitrat urin
ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis. Penentu utama ekskresi sitrat urin adalah keseimbangan
asam basa. Umumnya terjadi dengan asidosis metabolik, peran penghambatan sitrat juga
melibatkan pembentukan larutan kompleks dan pengurangan kejenuhan.
d. Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium oksalat pada kemih
(merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium). Disebabkan oleh produksi oksalat yang berlebih
akibat dari gangguan metabolisme, peningkatan penyerapan oksalat usus, peningkatan asupan
makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang sangat asam (pH 5.5) dan urin yang sangat basa
(pH 6.7) dapat mempengaruhi pembentukan batu kalsium. Dengan pH yang terlalu asam maka
urin menjadi jenuh dengan asam urat yang berperam dalam kristalisasi kalsium oksalat.
Sedangkan urin yang sangat alkalin dapat meningkatkan monohidrogen fosfat yang dalam
kombinasi dengan kalsium berubah menjadi termodinamika brusit yang tidak stabil dan
akhirnya terbentuk hidroksiapatit.

4. Manifestasi klinik

Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan dirasakan pada
pasien batu ginjal yaitu :

a. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena
aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih.
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan pada
pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau toksin
dalam tubuh , maka tubuh akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan terhadap
beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki, wajah dan atau tangan.
g. Tubuh cepat lelah / kelelahan
h. Bau Mulut / ammonia breath
i. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah

5. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-
batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai
diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya
batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat adanya  penurunan fungsi ginjal,
sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu pada
keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang
sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang
ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.

Diagnosis dapat juga ditegakan dengan uji kimia darah dan urin 24 jam untuk mengukur
kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium, pH, dan volume total merupakan bagian dari
upaya diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga
didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada pasien.

6. Penatalaksanaan medis
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karna diharapkan batu
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar dari saluran kemih.
b. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-
buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang  pecahan
batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuria.
c. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas
memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses  pemecahan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser. Beberapa tindakan endourologi yaitu :
 PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
 Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah
batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
 Ureteroskopi atau ureto-renoskopi
Memasukkan alat utereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntutan
uteroskopi/uterorenoskopi ini.
 Ektraksi dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
e. Bedah terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi unutk
mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya
sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteks sudah sangat tipis, atau
mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi
yang menahun.

B. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Keluhhan utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang menyebar ke
paha dan genetelia. Yang dimana keluhan yang paling dirasakan oleh oasien itu sendiri adalah
terjadi penurunan produksi miksi
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah menderita penyakit infeksi
saluran kemih. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan penggunaan berulang, riwayat tes
diagnostik dengan kontras radiografik.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat ginjal.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Tidak bisa BAK (produksi sedikit), sering BAK pada malam hari, kelemahan otot atau
tanpa keluhan lainnya.

2. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : klien tampak sakit sedang, nyeri dibagian punggung bawah hingga pangkal
paha dan gangguan dalam berkomunikasi.
b. Kesadaran : apatis
 Eye : 3
 Verbal : 4
 Motorik : 5
c. Tanda-tanda vital :
 Nadi : 60-100 x/menit
 Respirasi : 16-2 0x/menit
 Suhu tubuh : 37 derajat c
 Tekanan darah : 100-120 / 10-80 mmHg
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik, warna rambut hitam
2) Mata
Inspeksi : strabismus, konjungtiva tidak anemis
3) Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, terlihat sedikit serumen, tidak ada lesi.
4) Hidung
Inspeksi : tidak ada polip ataupun lesi.
5) Mulut
Inspeksi : bau mulut (ammonia breath), tidak ada lesi, terkadang timbul stomatitis.
6) Leher
Inspeksi dan palpasi : tidak ada pembesaran kelenjat tiroid dan vena jugularis.
7) Dada
Ispeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris saat inspirasi dan ekspirasi.
Perkusi : suara resonan.
Auskultasi : tidak ada bunyi wheezing
8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi
Auskultasi : terdengar bising usus
Perkusi : tidak terdapat massa abdomen, bunyi timpani.
Palpasi : sedikit mengertas dan adanya nyeri tekan pada perut bagian bawah
9) Ekstremitas atas
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM baik.
10) Ekstremitas bawah
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM aktif.
11) Genetalia
Inspeksi : penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik.

3. Diagnosis dan intervensi keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perunahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi karena baru
c. Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, terjadi peradangan (inflamasi)

Rencana asuhan keperawatan

no Diagnosa keperawatan Kriteria hasil/tujuan intervensi rasional

1 Nyeri akut a. Tujuan = Setelah dilakukan 1. Catat lokasi, lamanya 1. Membantu mengevaluasi
tindakan selama 3 x 24 jam intensitas dan tempat obstruksi dan
-Berhubungan dengan
maka nyeri hilang, penyebaran kemajuan gerakan kalkulus
peningkatan kontraksi
keseimbangan cairan 2. Jelaskan penyebab 2. Pemberian analgesic sessuai
uriteral, trauma
dipertahankan. nyeri dan pentingnya waktu
jaringan, pembentukan
melaporkan ke perawat 3. Meningkatkan relaksasi,
edema, ischemia
terkait perubahan menurunkan tegangan otot
seluler
b. Kriteria hasil = pasien karakteristik nyeri 4. Diberikan selama akut
bebas dari rasa nyeri pasien 3. Berikan tindakan untuk menurunkan kolik
tampak rileks, bisa tidur nyaman uretral dan meningkatkan
dan istirahat. 4. Berikan obat sesuai relaksasi otot/mental
indikasi : :contoh 5. Menghilangkan tegangan
meperidin (demerol) otot dan dapat menurunkan
dan morfin. reflex spasme
5. Berikan kompres
hangat

2 Gangguan eliminasi urin a. Tujuan = setelah 3 x 24 jam 1. Awasi output dan 1. Memberikan informasi
mka pasien mampu input karakteristik tentang fungsi ginjal dan
-Berhubungan dengan
berkemih dengan normal urin. adanya komplikasi (infeksi
stimulasi kandung
2. Tentukan pola dan pendarahan)
kemih oleh batu, iritasi
berkemih normal 2. Kalkulus dapat
ginjal atau ureteral,
b. Kriteria hasil = pola pasien dan perhatikan menyebabkan eksitabilitas
obstruksi mekanin,
eliminasi urine dan output variasi saraf, yang menyebabkan
inflamasi.
dalam batas normal, tidak 3. Dorong peningkatan sensasi kebutuhan sensasi
menunjukkan adanya pemasukan cairan segera
tanda-tanda onstruksi (tidak 4. Awasi pemeriksaan 3. Peningkatan hidrasi
ada rasa sakit saat LAB (elektrolit, BUN, membilas bakteri
berkemih), pengeluaran 4. Peninggian BUN, kretinin
urin lancar. kretainin) dan elektrolit
5. Ambil urin untuk mengindikasikan disfungsi
culture dan sensifitas ginjal
5. Menentukan adanya ISK,
yang menjadi penyebab
komplikasi

3 Risiko kekurangan a. Tujuan = setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan dan 1. Membandingkan


volume cairan tindakan 1 x 24 jam maka pengeluaran keluaran aktual dan
pasien mempertahankan 2. Catat insiden muntah, yang diantisipasi
-Berhubungan dengan
keseimbangan cairan diare. Perhatikan membantu evaluasi
mual dan muntah
adekuat karakeristik diare dan adanya kerusakan
muntah 2. Mual muntah dan diare
3. Tindakan pemasukan secara umum
b. Kriteria hasil = membrane cairan 3-4 L/hari berhubungan dengan
mukosa lembab, turgor dalam toleransi kolok ginjal
kulit baik, berat badan jantung 3. Mempertahankan
normal 4. Jika perlu, berikan keseimbangan cairan
obat anti enemik untuk homeostatis juga
tindakan “mencuci”
yang dapat membilas
batu keluar
4. Indikator hidrasi atau
volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
Daftar pustaka
1. PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan : DPP: Dewan
Pengurus Pusat. 2016. 1-2
2. PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan : DPP: Dewan
Pengurus Pusat. 2016. 1-2
3. PPNI, Tim Pokja SIKI. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan : DPP: Dewan
Pengurus Pusat. 2016. 1-2
4. Purnomo, Basuki B. “dasar-dasar urologi.” Jakarta : Sagung seto. 2011, 6-9
5. Sakhae. “kindey stones 2012: pathogenesis, diagnosis, and managemen”. The Journal of clinical
Endocrinology & Metabolisme, 2012
6. Setiadi, Setiadi. 2017. Konsep manajemen keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai