Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari luar,
gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu
gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan
dalam hal orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).
Menurut Yosep (2014), faktor predisposisi pada halusinasi adalah faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, serta faktor genetik dan pola asuh. Sedangkan faktor
presipitasi pada pasien halusinasi adalah adanya rangsangan dari lingkungan, seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di
lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya
halusinasi.
Faktor predisposisi yang kami temukan pada Nn. N adalah klien mengalami pemerkosaan
oleh teman kostnya saat usianya 19 tahun sehingga hal tersebut menyebabkan klien trauma
secara psikologis. Sedangkan faktor presipitasi pada Nn. N adalah karena klien putus obat
tanpa konsultasi.
Menurut Yusuf (2015), tanda dan gejala pada pasien halusinasi penglihatan antara lain
adalah menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada objek yang tidak jelas, melihat
bayangan (sinar, bentuk, geometris, bentuk kartun, hantu atau monster. Pada hasil pengkajian
pada Nn. N didapatkan data bahwa klien melihat bayangan hitam, muncul 2 kali secara tiba-
tiba yang membuatnya gelisah dan tidak bisa tidur. Selain itu klien tampak sesekali
menyendiri, melamun, dan mondar-mandir.
Pada saat pengkajian ke pasien, kelompok tidak mengalami kendala karena pasien
kooperatif. Adapun keterbatasan yang kelompok alami dalam melakukan pengkajian serta
melakukan asuhan keperawatan yaitu data yang didapatkan hanya dari pasien yang belum
tentu akurat dan tidak ada bantuan rekam medik atau data penunjang lainnya.
4.2 Analisa data
Pada diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan,
didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan melihat bayangan hitam, bayangan sudah
muncul 2 kali, bayangan itu muncul secara tiba-tiba yang membuat pasien gelisah dan tidak
bisa tidur. Sedangkan pada data objektif didapatkan pasien tampak selalu menyendiri,
melamun dan mondar mandir.
Pada diagnosa keperawatan isolasi sosial: menarik diri, didapatkan data subjektif yaitu
pasien mengatakan sempat tidak mau bertemu laki-laki, oleh karena itu pasien lebih
menyukai menyendiri saat dirumah dan pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan
kelompok di masyarakat. Sedangkan data objektifnya adalah pasien tampak diam dan suka
menyendiri.
Pada diagnosa harga diri rendah, didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan
merasa marah dan kesal kepada dirinya karena masalah-masalah yang telah dihadapi, pasien
juga memiliki ketakutan akan penyakitnya yg dapat menjadi penghambat mencari pekerjaan,
pasien juga mengatakan bingung ketika ingin berbicara kepada orang lain. Sedangkan data
objektif didapatkan pasien tampak sedih.
Pada diagnosa keperawatan risiko perilaku kekerasan, didapatkan data subjektif yaitu
pasien mengatakan pernah memukul orang dengan botol minuman, Pasien juga mengatakan
pernah melakukan self harm untuk mengendalikan emosinya bahkan pasien sampai
membanting-banting barang. Sedangkan data objektif didapatkan bahwa pasien tampak
memiliki bekas luka self harm di tangan kirinya, wajah pasien tampak tegang dan pasien
tampak menggunakan mekanisme koping maladaptif.

4.3 Diagnosa Keperawatan


Menurut Yosep (2016), daftar masalah keperawatan pada pasien dengan halusinasi
meliputi resiko perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori: halusinasi, gangguan
komunikasi verbal, gangguan proses pikir, isolasi sosial, harga diri rendah dan koping
individu tidak efektif. Sedangkan pada Nn. N daftar masalah keperawatan yang muncul yaitu
gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan, isolasi sosial (manarik diri), harga diri
rendah, dan resiko perilaku kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai