Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA

BRAIN GYM (SENAM OTAK)

Laporan ini diisusun untuk melengkapi tugas Praktek Keperawatan Gerontik yang
diampuh oleh :

Ns.Aisyiah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom


Ns. Intan Asrinurani, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Rifdah Faradillah 224291517001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
A. LATAR BELAKANG
1. DEFINISI KASUS
Demensia adalah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Penurunan fungsi
kognitif yang berujung pada demensia menyebabkan lansia menjadi tidak produktif sehingga
memunculkan problem dalam kesehatan masyarakat dan tentunya berdampak pada
bertambahnya pembiayaan keluarga, masyarakat dan pemerintah (Moeloek, 2016).
Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau
progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur. Jenis demensia yang paling sering dijumpai
yaitu demensia tipe Alzheimer, termasuk daya ingat, daya pemahaman, berhitung, kemampuan
belajar, berbahasa, dan daya kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut dan biasanya
disertai rendahnya fungsi kognitif, ada kalanya diawali oleh kemorosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, prilaku sosial, atau motivasi, sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer,
pada penyakit serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder
mengenai otak (Nisa & Lisiswanti, 2016).

Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual yang menghalangi


hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Demensia bukan merupakan bagian
dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan
mendatang, demensia dapat juga di sebabkan pleh bermacammacam kelainan otak. Hampir 55%
penderita demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25- 35% karena strokedan 10-15% karena
penyebab lain, banyak demensia yang diobati meskipun sangat sedikit darinya yang dapat
disembuhkan (Asrori & Putri, 2014).

2. ETIOLOGI

Menurut Aspiani (2014) penyebab demensia dibedakan menjadi dua :

a. Penyebab demensia yang reversible.


1. Drugs(obat)
Misalnya obat sedative, obat penenang, obat antikonvulsan, obat anti hipertensi, obat
antiaritmia. Semua obat memiliki efek samping yang potensial misalnya depresi,
disorientasi, dan demensia, termasuk obat yang kita kira tidak berbahaya seperti
penghilang rasa sakit, obat batuk dan obat pencahar. Sirkulasi darah yang buruk,
metabolisme umum yang menurun, sembelit dan penurunan fungsi detoksifikasi
(menetralisirkan racun) hati dapat menjadi penyebab keracunan obat pada segala usia.
2. Emotional(emosional)
Gangguan emosional misalnya depresi. Riwayat pasien yang mendukung demensia
adalah kerusakan bertahap seperti tangga (stepwise) misalnya depresi yang
menyebabkan kehilangan memori dan kesukaran membuat keputusan diikuti oleh
periode yang stabil dan kemudian akan menurun lagi. Awitan dapat perlahan atau
mendadak.
3. Metabolic dan endokrin
Misalnya adalah diabetes melitus, hipoglikemia, gangguan tiroid, gangguan elektrolit.
Keadaan hiperglikemi dan resistensi insulin dapat mengakibatkan komplikasi kronis
pada penderita dengan pengobatan jangka panjang yaitu komplikasi makrovaskular,
mikrovaskular dan komplikasi neuropati. Komplikasi diabetes mellitus tipe 2
menyebabkan terjadinya perubahan dan gangguan di berbagai sistem, termasuk sistem
saraf pusat, dan hal ini berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif.
4. Eye and ear
Disfungsi mata dan telinga.
5. Nutritional
Kekurangan vitamin B6 (pellagra), vit B1 (sindrom wernicke), vitamin B12 (anemia
pernisiosa), asam folat dan asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 merupakan
komponen penting dari membran sel dari semua sel di dalam tubuh. Kekurangan asam
lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko penurunan kognitif yang berkaitan dengan
usia atau demensia. Para ilmuan percaya bahwa asam lemak omega-3 DHA adalah
perlindungan terhadap penyakit demensia.
6. Tumor dan trauma
Tumor otak terutama tumor metastatik (dari payudara dan paru) dan meningioma akan
mengganggu keseimbangan antara neurotransmitter di otak.
7. Infeksi
Ensefalitis oleh virus misalnya herpes simplek, bakteri misalnya pneumococcus, TBC,
parasit, fungus, abses otak, neurosifilis. Penyebab demensia terkait infeksi adalah semua
agen penyebab infeksi pada SSP dapat secara tunggal atau bersama-sama menyebabkan
terjadinya infeksi dengan memanfaatkan faktor virulensi yang dimilikinya. Dengan
faktor virulensi tersebut, agen infeksi mampu menginduksi respon inflamasi di otak
dengan akibat terjadinya proses neurodegenerasi, suatu proses yang mengakibatkan
terjadinya demensia.
8. Arterosklerosis
Komplikasi penyakit arterosklerosis adalah infark miokard dan gagal jantung. Jantung
dan paru-paru berhubungan dengan berat ringannya kekurangan oksigen di otak.
Kekurangan oksigen ini pada gilirannya dapat menyebabkan episode akut kebingungan
dan dapat menyebabkan demensia kronis.

b. Penyebab demensia yang non reversible


1. Penyakit degeneratif
Misalnya penyakit alzheimer, penyakit huntington, kelumpuhan supranuklear progresif,
penyakit parkinson.
2. Penyakit vaskuler
Misalnya penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi-infark), embolisme serebral,
arteritis, anoksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung.
3. Demensiatraumatik
Misalnya perlukaan kranio-serebral, demensia pugi-listika.
4. Infeksi
Misalnya sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS), infeksi opportunistik, demensia
pasca ensefalitis

3. PATOFISIOLOGI
Penyakit degenerative pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan
nutrisi, metabolic dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel
neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskema, infark, inflamasi, deposisi protein
abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun
subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmitter di otak yang di perlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya
ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir,
emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan
patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Darmojo, 2009).

Faktor Psikososial
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat dipengaruhi oleh faktor psikososial.
Semakin tinggi intelegensia dan pendidikan pasien sebelum sakit maka semakin tinggi juga
kemampuan untuk mengkompensasi deficit intelektual. Pasien dengan awitan demensia yang
cepat (rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang lebih sedikit daripada pasien yang
mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan depresi dapat memperkuat dan memperburuk
gejala. Pseudodemensia dapat terjadi pada individu yang mengalami depresi dan mengeluhkan
gangguan memori, akan tetapi pada kenyataannya ia mengalami gangguan depresi. Ketika
depresinya berhasil ditanggulangi, maka defek kognitifnya akan menghilang.
(Gambar: Pathway Demensia)

4. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh juga tetap dilakukan untuk mengidentifikasi
penyakit vaskular sistemik dan tanda-tanda sistemik yang mungkin berhubungan dengan
penyebab demensia yang lebih jarang (misalnya, perubahan warna mata cokelat akibat
penyakit Wilson). Pemeriksaan fisik lain untuk menyingkirkan penyebab jantung,
metabolik, dan lainnya, dapat dipertimbangkan untuk menyingkirkan penyebab
reversibel dari gangguan kognitif seperti gangguan kejiwaan (depresi) dan disfungsi
tiroid.
- TTV:
 TD : 130/80x/menit.
 N : 90x/menit
 S : 36,0 0C
 RR : 21x/menit

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Untari, Novijayanti & Sugihartiningsih (2019) Pada lansia pemeriksaan dilakukan
dapat dimulai dengan pemeriksaan sederhana hingga yang paling seksama sebagaimana berikut:

1. Lansia mengeluh mengalami gangguan ingatan, daya pikir. Misalnya kurang lancarnya
bicara, sulit menentukan kata-kata yang tepat (fungsi eksekutif yang terganggu).
2. Menanyakan riwayat keluhan dari keluarga atau relasi yang terdekat maupun yang
terpercaya.
3. Pemeriksaan skrining neuropsikologis/ kognitif MMSE (Mini Mental State
Examination), skrining 7 menit. Tes ini yang paling sering dipakai mencakup tes
orientasi, perhatian, bahasa, memori, dan keterampilan visualspasial. Pemeriksaan ini
mempunyai skor maksimal 30. Jika mempunyai skor di bawah 24, pasien patut dicurigai
mengalami demensia. Meskipun nilai skor ini sangat subjektif karena pengaruh
pendidikan juga berperan pada tingginya nilai skor, apalagi jika seseorang dengan
pendidikan tinggi dengan gejala di alzheimer, pasien tersebut masih mungkin
mempunyai nilai skor yang lebih tinggi dari 24. Sebaliknya, pasien yang berpendidikan
rendah dapat menunjukkan nilai skornya kurang dari 24, tetapi pasien tidak menderita
demensia alzheimer.
4. Pemeriksaan status mental dengan Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ).
Berikut instrumentnya : Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) adalah
suatu instrumen yang saling menunjang, mudah dipergunakan, dan tidak memerlukan
bahan-bahan yang bersifat kusus.
5. Diagnosti Medis lainnya, meliputi:

- CT scan
- MRI
- Positron Emission Tomography (PET)
- Single Photo Emission Computed Tomography (SPELT)

6. Pemeriksaan neurologic lengkap


7. Pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi
8. Pemeriksaan EEG, walaupun tidak memberi gambaran spesifik demensia alzheimer
9. Pemeriksaan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder)
10. Pemeriksaan kriteria NINCDS-ADRDA (National Institute of Neurological and
Communicative Disorder and Alzheimer Disease and Related Disorder Association).

6. PENATALKASANAAN MEDIS DAN NON MEDIS


Penatalaksanaan pada pasien demensia menurut Aspiani (2014) sebagai berikut:

a) Farmakoterapi.

1. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan antikoliesterase seperti


Donepezil, Rivastigmine, Glantamine, Memantine

2. Demensia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti Aspirin, Ticlopidine,


Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gagguan
kognitif
3.  Demensia karena stroke yang berturut-urut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya
bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke
4. Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat anti- depresi seperti
Sertraline dan Citalopram
5. Untukmengendalikanagitasidanperilakuyangmeledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakan antipsikotik (misalnya Haloperidol,
Quetiaoine dan Risperidone).

b) Non Farmakologi

- Dukungan atau peran keluarga


Mempertahankan lingkungan yang familiar akam membantu penderita tetap memiliki
orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka angka
- Terapi simtomatik
Menurut Erwanto & Kurniasih (2018) Penderita penyakit demensia dapat diberikan
terapi simtomatika yaitu terapi rekreasional dan aktifitas dimana upaya yang dapat
dilakukan dengan memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam otak
dengan melibatkan petugas untuk mengajarkan gerakan-gerakan mudah pada pasien
demensia.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (SDKI)
- Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan.
- Defisit perawatan diri
2. Intervensi Keperawatan ( secara umum berdasarkan SLKI dan SIKI)
- Brain Gym (Senam Otak).

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Gangguan Memori Memori (L.09079) (SLKI, 2019) Latihan memori
(D.0062) Setelah dilakukan asuhan keperawatan (1.06188) (SIKI, 2018)
selama 4x7 jam diharapkan Observasi
kemampuan mengingat pada klien - Identifikasi masalah yang dialami
meningkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi kesalahan terhadap
1. Klien mengungkapkan kemampuan orientasi
mempelajari hal baru - Monitor perilaku dan perubahan
2. Klien mengungkapkan kemampuan memori
mengingat informasi factual. Terapeutik
3. Klien mengungkapkan kemampuan - Rencanakan metode mengajar sesuai
mengingat perilaku tertentu yang kemampuan pasien
pernah dilakukan - Koreksi kesalahan orientasi
4. Klien mengungkapkan kemampuan - Fasilitasi mengingat kembali
mengingat peristiwa pengalaman masa lalu
5. Klien dapat melakukan kemampuan - Fasilitasi kemampuan konsentrasi
yang dipelajari. (senam otak)
- Stimulasi menggunakan memori pada
peristiwa yang baru terjadi (seperti
menanyakan kembali nama pétugas)
- Libatkan keluarga dalam perawatan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Ajarkan teknik memori yang tepat.
2. Defisit perawatan diri (D. Perawatan diri meningkat Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
0109) (L.11103) (SLKI, 2019). (SIKI, 2018)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 7 jam,
maka perawatan diri meningkat, - Identifikasi kebiasaan aktivitas
dengan kriteria hasil: perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
1. Kemampuan mandi - Identifikasi kebutuhan alat
meningkat bantu kebersihan diri,
2. Kemampuan makan berpakaian, berhias, dan
meningkat makan
3. Verbalisasi keinginan Terapeutik
melakukan perawatan diri
meningkat - Sediakan lingkungan yang
4. Minat melakukan terapeutik (mis: suasana
perawatan diri meningkat hangat, rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi
(mis: parfum sikat gigi, dan
sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi

- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA

NAMA RS/PANTI/SASANA : STW Ria Pembangunan.


ALAMAT RS/PANTI/SASAN : Jl. Pusdika No.8, RT.8/RW.7, Cibubur, Kec. Ciracas,
Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13720
TANGGAL MASUK :
NO. REGISTER :
I. IDENTITAS
A. Nama : Tn. N
B. Jenis Kelamin : Laki-laki
C. Umur : 86 tahun.
D. Agama : Islam
E. Status perkawinan : Sudah menikah
F. Pendidikan terakhir: -
G. Pekerjaan terakhir : Pedagang
H. Alamat rumah : Jl. Tebet Timur Dalam.

II. ALASAN BERADA DI PANTI/SASANA


Klien mengatakan jika klien dititipkan oleh anak laki-lakinya di STW Ria Pembangunan
dikarenakan tidak ada yang merawat klien karena anak-anaknya sudah menikah, dan
agar klien dapat dirawat dan diperhatikan dengan baik.

III. RIWAYAT KESEHATAN


1. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
Klien mengalami masalah kesehatan hipertensi. Klien juga mengatakan suka lupa dan
tidak mengingat hal yang dilakukan. Klien mengalami gangguan memori jangka pendek
karena klien tidak dapat mengingat kejadian kemarin, dan tidak dapat mengingat nama
perawat.
2. Masalah kesehatan keluarga/ keturunan
Klien tidak memiliki penyakit turunan seperti DM. Klien juga mengatakan tidak tahu
jika dia memiliki masalah hipertensi.

IV. KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. BIOLOGIS
1. Pola Makan :
Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien diberikan 3x perhari dan klien hanya
mampu menghabiskan setengah porsi. Makanan yang diberikan banyak mengandung
protein, karbohidrat dan serat untuk menjaga dan meningkatkan status nutrisi klien.
2. Pola Minum :
Jumlah minum klien kurang lebih 1000 cc air mineral perhari, klien tidak mengkonsumsi
air teh dan kopi.

3. Pola Tidur :
Klien mengatakan waktu tidur tidak menentu, klien tampak tidur siang kurang lebih 30
menit dan ketiduran saat malam hari ketika sedang menonton tv.

4. Pola Eliminasi (B.A.B / B.A.K) :


Frekuensi BAB 1x perhari dan frekuensi BAK 3x perhari warna urine kuning, bau urine
khas.

5. Kebersihan diri :
Klien hanya mandi sekali dan dibantu mandikan oleh care giver pada pagi hari. Care
giver/petugas panti mengatakan klien hanya mandi sekali dan jarang untuk mandi di sore
hari. Klien selalu keramas pada saat mandi.

B. PSIKOLOGIS
1. Keadaan Emosi : Emosi klien tampak stabil. Klien dapat
mempertahankan komunikasi dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

C. SOSIAL
1. Dukungan Keluarga :
Klien mengatakan dekat dengan keluarganya. Keluarga klien rutin mengunjungi klien
dan menghubungi klien. Klien mengatakan istri klien sudah meninggal.
2. Hubungan Antar Penghuni :
Klien mengatakan hanya sesekali berkomunikasi dengan penghuni STW lainnya. Klien
dapat berkomunikasi dengan baik, dan tidak terlalu sering berkomunikasi karena klien
lebih suka berada di dalam kamarnya.
3. Hubungan Dengan Orang Lain :
Klien berhubungan baik dengan orang lain dan petugas panti lainnya. Klien mampu
melakukan komunikasi dan kooperatif saat ditanya.

D. SPRITUAL / KULTURAL
1. Pelaksanaan Ibadah :
Klien beragama Islam dan menjalankan ibadah sholat jika pasien tidak lupa.

2. Keyakinan tentang Kesehatan :


Klien rutin mengkonsumsi obat untuk hipertensinya dan mengatakan nyaman berada di
STW karena merasa lebih diperhatikan dan ada teman ngobrolnya. Klien juga mengakui
jika klien tidak dapat mengingat dengan baik dan suka lupa.

E. AKTIVITAS SEHARI-HARI :
Klien selalu mengikuti kegiatan senam di pagi hari, dan setelahnya berkumpul di
pendompo bersama penghuni lainnya, dan lebih suka berada di kamarnya sendiri.

F. REKREASI :
Klien tidak dapat mengingat selama di STW melakukan rekreasi atau jalan-jalan ke luar
panti bersama keluarganya.

G. PEMERIKSAAN FISIK
a. TANDA-TANDA VITAL
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Suhu : 36,0 0C
- Nadi : 90x/menit
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Pernafasan : 21x/menit
- Tinggi badan : 160 cm
- Berat badan : 51.5 kg

b. KEBERSIHAN PERORANGAN
1. Kepala
- Rambut :
Kulit kepala tampak bersih, seluruh rambut sudah memutih/beruban dan terlihat tipis.
Terdapat luka kecil pada kulit kepala klien karena klien sempat jatuh dari kursi roda tiga
bulan lalu.
- Mata :
Ketajaman penglihatan klien kabur. Konjungtiva tidak anemis, lapang pandang kurang
jelas, pandangan klien terasa kabur dan tidak dapat membaca jika tidak memakai
kacamata.
- Hidung :
Bentuk simetris, fungsi penciuman klien baik.
- Mulut :
Mukosa bibir lembab, klien sudah tidak memiliki gigi, tidak ada peradangan. Fungsi
mengunyah kurang baik, fungsi bicara baik dapat dipahami.
- Telinga :
Fungsi pendengeran baik, tidak terdapat lesi, tidak ada nyeri, dan tidak ada alat bantu
dengar.

2. Leher :
Saat diraba tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid.

3. Dada / Thorax
- Dada :
I : bentuk dada simetris, frekuensi napas cepat dan tidak menggunakan alat bantu
napas.
P : tidak terdapat benjola, premitustaktil sama antara kiri dan kanan.
P : perkursi dada resonan.
A : suara napas veskuler.
- Paru-paru : Premitustaktil simetris kiri dan kanan.

- Jantung :

I : bentuk jantung simetris.


P : denyut nadi perifer teraba lemah.
P : Tidak teraba masa.
A : bunyi jantung lup dub.

4. Abdomen :
Perut tidak membuncit, klien mengatakan nyeri sekitar uluhati pada tanggal 14 Mei
2023, nyeri sudah tidak ada saat dikaji.

5. Muskuloskeletal :
Kekuatan otot klien 4. Gaya berjalan klien tidak lambat, namun klien mudah lelah saat
berjalan jauh sehingga klien menggunakan kursi roda.

6. Lain-lain :-

H. Keadaan Lingkungan Sekitar


Keadaan sekitar aman. Kondisi kamar klien tampak rapih dan bersih. Barang-barang
tertata di atas meja. Tempat tidur terlihat rapih tidak kotor.

V. INFORMASI PENUNJANG

- DIAGNOSA MEDIS : Demensia.


- LABORATORIUM :

Nama Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,7 13,4-17,3 gr%
Eritrosit 4,3 4,7-6,3 juta /ul
LED (Westergreen) 45 0-10 %
FUNGSI GINJAL
Ureum 33 10-50 mg/dl
Kreatinin 1,5 0,6-11 mg/dl
Asam urat 7,4 3,4-7,0 mg/dl

- TERAPI MEDIS :
 Amplodipin 5 mg 1x1
 Vit B Complex 1x1

VI. ANALISA DATA


No. Data Masalah Etiologi

1. Gangguan Memori Proses Penuaan


DS:
- Klien mengatakan tidak mengingat nama
perawat.
- Klien mengatakan tidak dapat mengingat
kejadian atau aktivitas yang dilakukan
kemarin.
DO:
- Klien tidak mampu melalukan kemampuan
yang sudah dijelaskan.
- Klien tidak dapat mengingat nama perawat.
- Klien tidak dapat mengingat memori jangka
pendek.
- Klien mampu menyebutkan nama, mengingat
nama anaknya, dan alamat rumah.
- MMSE : skor total 22.
2. Defisit perawatan diri. Menurunannya
DS:
kemampuan merawat
- Klien mengatakan sudah mandi saat di diri.
kaji setelah senam pagi.
- Care giver/petugas panti mengatakan
klien hanya mandi sekali dipagi hari dan
dimandikan oleh care giver.
DO:
- Badan klien sedikit bau.
- Kuku klien tampak panjang.
- Klien tidak mampu mandi secara
mandiri.

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Memori berhubungan dengan proses penuaan.
2. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan menurunannya kemampuan merawat diri.

VIII. INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Gangguan Memori
Setelah dilakukan intervensi Latihan Memori
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
memori meningkat, dengan kriteria Observasi
proses penuaan.
hasil:
- Identifikasi masalah memori
1. Verbalisasi kemampuan yang dialami
mempelajari hal baru - Identifikasi kesalahan terhadap
meningkat orientasi
2. Verbalisasi kemampuan - Monitor perilaku dan perubahan
mengingat informasi faktual memori selama terapi
meningkat
Terapeutik
3. Verbalisasi kemampuan
mengingat perilaku tertentu - Rencanakan metode mengajar
yang pernah dilakukan sesuai kemampuan pasien
meningkat - Stimulasi memori dengan
4. Verbalisasi kemampuan mengulang pikiran yang terakhir
mengingat peristiwa kali diucapkan, jika perlu
meningkat - Koreksi kesalahan orientasi
5. Verbalisasi pengalaman lupa - Fasilitasi mengingat Kembali
menurun pengalaman masa lalu, jika perlu
- Fasilitasi tugas pembelajaran
(mis: mengingat informasi
verbal dan gambar)
- Fasilitasi kemampuan
konsentrasi (mis: bermain kartu
pasangan), jika perlu
- Stimulasi menggunakan memori
pada peristiwa yang baru terjadi
(mis: bertanya ke mana saja ia
pergi akhir-akhir ini), jika perlu
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur


Latihan
- Ajarkan Teknik memori yang
tepat (mis: imajinasi visual,
perangkat mnemonic, permainan
memori, isyarat memori, Teknik
asosiasi, membuat daftar,
computer, papan nama)
Kolaborasi

- Rujuk pada terapi okupasi, jika


perlu
2. Defisit Perawatan Dukungan Perawatan Diri
Setelah dilakukan intervensi
Diri berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
Observasi
dengan perawatan diri meningkat, dengan
kriteria hasil: - Identifikasi kebiasaan aktivitas
menurunannya
perawatan diri sesuai usia
5. Kemampuan mandi
kemampuan - Monitor tingkat kemandirian
meningkat
- Identifikasi kebutuhan alat bantu
merawat diri. 6. Kemampuan makan
kebersihan diri, berpakaian,
meningkat
berhias, dan makan
7. Verbalisasi keinginan
melakukan perawatan diri Terapeutik
meningkat
8. Minat melakukan perawatan - Sediakan lingkungan yang
diri meningkat terapeutik (mis: suasana hangat,
rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis:
parfum sikat gigi, dan sabun
mandi)
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi

- Anjurkan melakukan perawatan


diri secara konsisten sesuai
kemampuan
IX. IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal
Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam
Rabu, 24 Mei - Mengajarkan clock S :
2023 drawing. - Klien mengatakan selama di
- Mengajarkan senam panti merasa senang karena
otak. ada teman untuk mengobrol.
- Melakukan terapi - Klien mengatakan saat muda
reminiscence ia mampu melakukan aktivitas
seperti berlari dan tidak
mudah lelah.
O:
- Klien tidak mampu
Gangguan Memori
10.30 melakukan clock drawing
berhubungan dengan karena penglihatannya kabur.
proses penuaan. - Klien mampu menceritakan
pengalamannya di masa lalu.
- Klien dapat menyebutkan
nama-nama barang yang di
tunjuk (gelas, tisu, dan jam
tangan.)
- Skor MMSE : 22.
A : Gangguan memori belum teratasi.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
- Memantau kebersihakan S:
klien dengan kebersihan - Klien mengatakan mandi
diri. hanya sekali, dan akan mandi
- Merawat rambut klien. sore.
- Membantu klien untuk - Klien mengatakan kenyang.
makan agar kemampuan O:
makan meningkat. - Klien belum mampu
Rabu, 24 Mei
Defisit Perawatan - Melatih klien melakukan perilaku baru
2023
Diri berhubungan membuang sisa seperti membuang sampah
makanan pada tempat sisa makanan pada tempat
dengan
sampah. sampah.
menurunannya - Rambut klien bersih dan
kemampuan merawat tertata rapih.
diri. - Baju klien bersih dan sudah di
12.10
cuci.
- Kuku tampak panjang.
A : Defisit perawatan diri belum
teratasi.
P:
- Intervensi dilanjutkan pantau
kebersihan klien
Kamis, 25 Gangguan Memori - Mengajarkan clock S:
Mei 2023 berhubungan dengan drawing. - Klien mengatakan sudah
proses penuaan. - Mengajarkan senam makan, dan mau berjemur.
otak. - Klien mengatakan tidak bisa
07.20 - Melakukan terapi berolahraga berat di umurnya
reminiscence saat ini, dan bercerita saat
muda klien suka berolahraga.
O:
- Klien mampu menceritakan
pengalamannya di masa lalu.
- Klien dapat berhitung dari 1-
10.
- Klien dapat menjawab
pengurangan 10-3 sama
dengan 7.
- Klien belum mampu
melakukan clock drawing.
- Klien mampu menyebutkan
tiga nama barang disekitarnya
(baju, sabun mandi, dan
shampoo)
- Skor MMSE : 22.
A : Gangguan memori belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
- Memantau kebersihakan S:
klien dengan kebersihan - Klien mengatakan kukunya
diri. sudah bersih setelah dipotong.
- Merawat rambut klien. - Klien mengatakan mau
- Membantu klien untuk memotong rambutnya.
makan agar kemampuan O:
makan meningkat. - Klien belum mampu
- Membantu klien melakukan perilaku baru
memotong kuku klien seperti membuang sampah
yang kotor dan panjang. sisa makanan pada tempat
Defisit Perawatan - Membantu klien sampah.
Kamis, 25 Diri berhubungan memotong rambut yang - Rambut klien bersih dan
Mei 2023
dengan sudah panjang. sudah di potong pendek.
menurunannya - Membantu klien untuk - Baju klien bersih dan sudah di
kemampuan merawat membersihkan diri cuci.
08.35
diri. (mandi) di damping - Kuku tampak bersih dan
care giver. sudah dipotong.
- Klien mampu menghabiskan
makanannya.
- Klien tampak tenang ketika
berjemur di pagi hari.
A : Defisit perawatan diri belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan pantau
kebersihan klien.
Jumat, 26 Mei Gangguan Memori - Mengajarkan clock S:
2023 berhubungan dengan drawing. - Klien mengatakan sudah
proses penuaan. - Mengajarkan senam makan, dan mau berjemur.
otak. O:
- Melakukan terapi - Klien mampu menceritakan
reminiscence pengalamannya di masa lalu.
- Klien dapat berhitung dari 1-
10.
- Klien mampu menulis angka
1-12 dengan berurut.
- Klien mampu menggambar
lingkaran utuh.
- Klien mampu
- Klien dapat menjawab
pengurangan 10-3 sama
dengan 7.
- Klien belum mampu
melakukan clock drawing.
- Klien mampu menggambar
pukul 11.10
- Klien mampu menyebutkan
tiga nama barang disekitarnya
(peci, sendal, dan lemari)
- Skor MMSE : 22.
A : Gangguan memori belum teratasi.
P:
- Mengevaluasi kemampuan
daya ingat pasien
(remniscene).
- Mengevaluasi kemampuan
menggambar clock drawing.
- Lanjutkan intervensi terapi
reminiscene dan brain gym.
- Memantau kebersihakan S:
klien dengan kebersihan - Klien mengatakan sudah
diri. mandi dan selesai sarapan
- Membantu klien untuk pagi dan minum obat.
makan agar kemampuan O:
makan meningkat. - Klien sudah mulai membuang
- Membantu klien untuk sampah kecil seperti tisu
membersihkan diri bekas pada tempat sampah.
- Baju klien bersih dan sudah di
Defisit Perawatan cuci.
Diri berhubungan - Kuku tampak bersih dan
sudah dipotong.
Jumat, 26 Mei dengan
- Klien tampak tenang ketika
2023 menurunannya berjemur di pagi hari.
kemampuan merawat A : Defisit perawatan diri belum
diri. teratasi.
P:
- Mengevaluasi klien untuk
mentaati membuang sampah
di tempatnya.
- Memantau kebersihan diri
klien.
- Memantau porsi makanan
yang dihabiskan klien.
- Intervensi dilanjutkan.
Sabtu, 27 Mei Gangguan Memori - Mengajarkan clock S:
2023 berhubungan dengan drawing. - Klien mengatakan sudah
proses penuaan. - Mengajarkan senam makan, dan mau berjemur.
otak. O:
- Melakukan terapi - Klien mampu menceritakan
reminiscence pengalamannya di masa lalu.
- Klien dapat menjawab
pengurangan 10-3 sama
dengan 7.
- Klien mampu melakukan
clock drawing.
- Klien mampu menggambar
pukul 11.10
- Klien mampu menyebutkan
tiga nama barang disekitarnya
(selimut, tv, dan remot)
- Skor MMSE : 22.
A : Gangguan memori belum teratasi.
P:
- Mengevaluasi kemampuan
daya ingat pasien
(remniscene).
- Mengevaluasi kemampuan
menggambar clock drawing.
- Lanjutkan intervensi terapi
reminiscene dan brain gym.
- Intervensi hentikan.
- Memantau kebersihakan S :
klien dengan kebersihan - Klien mengatakan sudah
diri. mandi dan selesai sarapan
- Membantu klien untuk pagi dan minum obat.
makan agar kemampuan O :
makan meningkat. - Klien sudah mulai membuang
- Membantu klien untuk sampah kecil seperti tisu
membersihkan diri bekas pada tempat sampah
walaupun harus diarahkan.
Defisit Perawatan - Baju klien bersih dan sudah di
Diri berhubungan cuci.
- Klien tidak bau.
Sabtu, 27 Mei dengan
- Klien tampak tenang ketika
2023 menurunannya berjemur di pagi hari.
kemampuan merawat A : Defisit perawatan diri belum
diri. teratasi.
P:
- Mengevaluasi klien untuk
mentaati membuang sampah
di tempatnya.
- Memantau kebersihan diri
klien.
- Memantau porsi makanan
yang dihabiskan klien.
Intervensi dihentikan.
SCREENING FAAL FUNGTIONAL
REACH (FR) TEST
NO LANGKAH
1 MINTA PASIEN BERDIRI DI SISI TEMBOK DENGAN TANGAN
DIRENTANGKAN KEDEPAN
2 BERI TANDA LETAK TANGAN I

3 MINTA PASIEN CONDONG KEDEPAN TANPA MELANGKAH SELAMA


1-2 MENIT, DENGAN TANGAN DIRENTANGKAN KE DEPAN
4 BERI TANDA LETAK TANGAN KE II PADA POSISI CONDONG
5 UKUR JARAK ANTARA TANDA TANGAN I & KE II

INTERPRETASI :
USIA LEBIH 70 TAHUN : KURANG 6 INCHI : RESIKO ROBOH

THE TIMED UP AND GO (TUG) TEST


NO LANGKAH
1 POSISI PASIEN DUDUK DIKURSI

2 MINTA PASIENBERDIRI DARI KURSI, BERJALAN 10 LANGKAH,


KEMBALI KE KURSI, UKUR WAKTU DALAM DETIK

INTERPRETASI :
• < 10 DETIK : MOBILITAS BEBAS
• < 20 DETIK : MOSTLY INDEPENDENT
• 20 – 29 DETIK : VARIABLE MOBILITY
• > 30 DETIK : GANGGUAN MOBILITAS

Analisis Hasil : 14, 72 detik (< 20 detik Mostly Independent)

Anda mungkin juga menyukai