Anda di halaman 1dari 41

"ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN USIA

LANJUT DEPRESI DAN DEMENSIA"

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10


1. SUSAN TRINA SITUMORANG
2. PEBRINAWATI JAMBAK
3. HUSNA FITRI
4. SARI YANI
5. LAMHOT
DEPRESI

Depresi adalah Suatu jenis keadaan perasaan/emosi


dg komponen psikologis seperti rasa sedih, susah,
merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan
atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau
agitasi
Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang
bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak
dapat menilai realitas dan tidak dapat di mengerti oleh
orang lain
ETIOLOGI
Faktor Biologis
- Faktor Genetik
- Gangguan pada otak
- Gangguan Neurotransmiter
- Perubahan Endokrin
Faktor Psikologis
- Penyimpangan Prilaku
- Penyimpangan Psikodinamis
- Penyimpangan Kognitif
Faktor Sosial
PATOFISIOLOGI
Struktur neocortical dorsal mengalami hipometabolis dan struktur limbic
ventral mengalami hipermetabolis selama dalam keadaan gangguan
depresi.
Selain itu jalur fronto – striatal pada otak memeditasi antisipasi yang
mengarah ke afek ( alam perasaan ) yang positif dan abnormalitasnya bisa
menghasilkan satu ketidaksanggupan untuk mendorong antisipasi.
Terjadinya kerusakan pada sirkuit fronto - orbital dapat menimbulkan
iritabilitas, dan pengurangan sensitifitas pada isyarat isyarat sosial. Begitu
pula kerusakan cingulata anterior dapat menyebabkan apatis dan
menurunnya inisiatif. Kerusakan sirkuit dorsolateral dapat menyebabkan
kesulitan dalam merubah tempat dalam belajar dan generasi daftar dan
generasi daftar kata. Begitu pula hipoaktivitas korteks
prefrontodorsolateral dan gyrus angularis telah dihubungkan pula dengan
gangguanpsikomotor dan gangguan depresi
GAMBARAN KLINIS
Depresi
Menangis
Ansietas agitasi
Menurunnya energi dan kelelahan ( fatigue )
Anhedoni
Retardasi fisik
Defisit kognitif
Somatisasi
Hypokhondriasis
Insight
Suicide
Gejala gejala psikoti
Gangguan Perilaku
TANDA DAN GEJALA
Suasana Hati
 Sedih
 Kecewa
 Murung
 Putus asa
 Rasa cemas dan tegang
 Menangis
 Perubahan suasana hati
 Mudah tersinggung
Fisik
 Merasa Lelah
 Pegal – pegal
 Sakit
 Kehilangan berat badan
 Gangguan tidur
 Tidak bisa bersantai
 Berdebar – debar
 Berkeringat
 Agitasi
 Konstipasi
TINGKATAN DEPRESI PADA LANSIA
1. Depresi Ringan
Suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat,
kesenangan dan mudah lelah, konsentrasi dan
perhatian kurang
2. Depresi sedang
Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial
3. Depresi Berat
Kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna
Dampak Depresi
Tekanan Darah Tinggi
Gastritis
Vertigo
Migrain
Kanker
Stroke
Penyakit Jantung
Dimenia
Reumatik
Manajemen Terapi Pada Lansia
Diri Sendiri ( Lansia )
- Berfikir positif
- Terbuka bila ada masalah
 Menerima kondisi
 Ikut Kegiatan pengajian
 Tidur yang cukup
 Olah raga teratur
 Optimis
 Rajin Beribadah
 Latihan Relaksasi
 Ikut beraktivitas sesuai kemampuan
• Keluarga
 Dukung berkomunikasi
 Ajak Lansia berdiskusi
 Mendengarkan keluhan
 Menberikan lansia beraktivitas sesuai kemampuan
• Masyarakat
 Sediakan sarana posbindu untuk pelayanan kesehatan
lansia
 Siapkan tempat dan waktu latihan aktivitas
 Support group
Diagnosa Keperawatan Pada Lansia dengan
Depresi
Mencederai diri berhubungan dengan depresi
Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan
dengan koping maladaptif
Ketidak berdayaan
Resiko bunuh diri
Gangguan pola tidur
Definisi Demensia
Demensia adalah sindrom klinis yang meliputi
hilangnya fungsi intelektual dan memori yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari. Penurunan fungsi kognitif yang
berujung pada demensia menyebabkan lansia menjadi
tidak produktif sehingga memunculkan problem
dalam kesehatan masyarakat dan tentunya berdampak
pada bertambahnya pembiayaan keluarga, masyarakat
dan pemerintah (Moeloek, 2016 )
Etiologi Demensia
Menurut Aspiani (2014) penyebab demensia dibedakan
menjadi dua :
a. Penyebab demensia yang reversible
1) Drugs (obat)
Misalnya obat sedative, obat penenang, obat
antikonvulsan, obat anti hipertensi, obat antiaritmia. Semua
obat
memiliki efek samping yang potensial misalnya depresi,
disorientasi, dan demensia, termasuk obat yang kita kira tidak
berbahaya seperti penghilang rasa sakit, obat batuk dan obat
pencahar.
2) Emotional (emosional)
Gangguan emosional misalnya depresi. Riwayat pasien
yang mendukung demensia adalah kerusakan
bertahap seperti tangga (stepwise) misalnya depresi
yang menyebabkan kehilangan memori dan kesukaran
membuat keputusan diikutioleh periode yang stabil
dan kemudian akan menurun lagi
3) Metabolic dan endokrin
Misalnya adalah diabetes melitus, hipoglikemia,
gangguan tiroid, gangguan elektrolit. Keadaan
hiperglikemi dan
resistensi insulin dapat mengakibatkan komplikasi
kronis pada
penderita dengan pengobatan jangka panjang yaitu
komplikasi
makrovaskular, mikrovaskular dan komplikasi
neuropati.
4) Eye and ear
Disfungsi mata dan telinga.
5) Nutritional
Kekurangan vitamin B6 (pellagra), vit B1 (sindrom
wernicke), vitamin B12 (anemia pernisiosa), asam folat dan
asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 merupakan
komponen penting dari membran sel dari semua sel di dalam
tubuh. Kekurangan asam lemak omega-3 dapat
meningkatkan
risiko penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia atau
demensia.
6) Tumor dan trauma
Tumor otak terutama tumor metastatik (dari payudara
dan paru) dan meningioma akan mengganggu keseimbangan
antara neurotransmitter di otak.
7) Infeksi
Ensefalitis oleh virus misalnya herpes simplek, bakteri
misalnya pneumococcus, TBC, parasit, fungus, abses otak,
neurosifilis. Penyebab demensia terkait infeksi adalah semua
agen penyebab infeksi pada SSP dapat secara tunggal atau
bersama-sama menyebabkan terjadinya infeksi dengan
memanfaatkan faktor virulensi yang dimilikinya.
8) Arterosklerosis
Komplikasi penyakit arterosklerosis adalah infark
miokard dan gagal jantung. Jantung dan paru-paru
berhubungan dengan berat ringannya kekurangan
oksigen di otak.
Kekurangan oksigen ini pada gilirannya dapat
menyebabkan episode akut kebingungan dan dapat
menyebabkan demensia
kronis
b. Penyebab demensia yang non reversible
1) Penyakit degeneratif
Misalnya penyakit alzheimer, penyakit huntington,
kelumpuhan supranuklear progresif, penyakit
parkinson
2) Penyakit vaskuler
Misalnya penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia
multi-infark), embolisme serebral, arteritis, anoksia
sekunder akibat henti jantung, gagal jantung.
3) Demensia traumatik
Misalnya perlukaan kranio-serebral, demensia pugi-
listika.
4) Infeksi
Misalnya sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS),
infeksi opportunistik, demensia pasca ensefalitis
Tanda dan Gejala
Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada
beberapa tanda dan gejala yang dialami pada demensia
antara lain :
a. Kehilangan memori
b. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
c. Masalah dengan bahasa
d. Disorientasi waktu dan tempat
e. Tidak dapat mengambil keputusan
f. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Patofisiologi
Penyakit degenerative pada otak, gangguan vaskular dan
penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolic dan toksisitas secara
langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron
mengalami kerusakan melalui mekanisme iskema, infark, inflamasi,
deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping
itu, kadar neurotransmitter di otak yang di perlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan
sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya
dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu
keadaan konfusio akut demensia (Darmojo, 2009).
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Untari, Novijayanti & Sugihartiningsih
(2019) Pada lansia pemeriksaan dilakukan dapat
dimulai dengan pemeriksaan sederhana hingga yang
paling seksama sebagaimana berikut
a. Lansia mengeluh mengalami gangguan ingatan,
daya pikir.Misalnya kurang lancarnya bicara, sulit
menentukan kata-kata yang tepat (fungsi eksekutif
yang terganggu).
b. Menanyakan riwayat keluhan dari keluarga atau relasi
yang terdekat maupun yang terpercaya
c. Pemeriksaan skrining neuropsikologis/ kognitif MMSE
(Mini Mental State Examination), skrining 7 menit
d. Pemeriksaan status mental dengan Short Portable Mental
Status Questionaire (SPMSQ).
e. Diagnosti Medis lainnya, meliputi:
1) CT scan
2) MRI
3) Positron Emission Tomography (PET)
4) Single Photo Emission Computed Tomography (SPELT)
f. Pemeriksaan neurologic lengkap
g. Pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi
h. Pemeriksaan EEG, walaupun tidak memberi
gambaran spesifik demensia alzheimer
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien demensia menurut
Aspiani (2014) sebagai berikut:
a. Farmakoterapi
1) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan
obat- obatan antikoliesterase seperti Donepezil,
Rivastigmine, Glantamine,Memantine
2) Demensia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti
platelet seperti Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel
untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gagguan kognitif
3) Demensia karena stroke yang berturut-urut tidak dapat
diobati,tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau
bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi
atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke
4) Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi,
diberikan obat anti- depresi seperti Sertraline dan
Citalopram
5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang
meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia stadium
lanjut, sering digunakanantipsikotik (misalnya
Haloperidol, Quetiaoine dan Risperidone)
b. Dukungan atau peran keluarga
c. Terapi simtomatik
Diagnosis Keperawatan Pada Lansia Dengan
Demensia
a. Gangguan Memori (D.0062) berhubungan dengan
proses penuaan
b. Risiko Jatuh (D.0143)
c. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
(D.0112)
d. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) berhubungan
dengan gangguan sensori persepsi
e. Manajemen kesehatan tidak efektif (D.0116)
berhubungan dengan kekurangan dukungan sosial
Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. E
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Tanggal pengkajian : 15 Mei 2023
Diagnosa : Depresi
2. Keluhan Utama
Klien Ny. E datang ke IGD di bawa oleh keluarga, dengan
keluhan merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak
berarti, tidak ada tujuan hidup, putus asa, dan cenderung
bunuh diri, Pada awal sikap prilaku dan tindakan klien
sebelumnya biasa biasa aja, tetapi setelah mendapat kabar
yang sangat menyedihkan yaitu orang yang paling disayangi
dan dicintai, suaminya dan anaknya dikabarkan telah
mengalami kecelakaan dan nyawanya tidak dapat ditolong.
Semenjak itu klien sering melamun, emosi meledak meledak,
tertawa, dan menangis dan sering melempar lempar barang.
3. Pemeriksaan fisik
Tanda tanda Vital
TD : 100/70 mmHG
Pols : 80 x/I
RR : 20 x/I
Temp : 36,5 C
POHON MASALAH

Resiko Tinggi menciderai diri


berhubungan dengan depresi

Sedih Kronis

Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tak Efektif


Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengatakan putus Koping individu Gangguan
asa dan tidak berdaya, tidak in efektif alam
berharga, tidak ada harapan perasaan
hidup setelah suami dan dengan
anaknya meninggal . depresi
DO : Klien tampak sedih,
klien menangis.

2. DS : Klien mengatakan ingin Depresi Resiko


memukul diri sendiri, jika menciderai
ingat suami dan anaknya yang diri sendiri
meninggal.
DO : Klien sering melamun,
klien tampak tidak bisa
mengontrol emosi, sering
melempar barang
Intervensi
NO Masalah Tindakan keperawatan Tindakan keperawatan
keperawatan pada pasien pada keluarga

1 Gangguan alam SP 1 SP 1
perasaan : Depresi 1. Bina hubungan saling 1. Kaji persepsi keluarga
berhubungan percaya tentang prilaku klien
dengan koping 2. Sapa klien dengan mal adaptif
individu in efektif ramah, ucapkan dengan 2. Diskusikan dengan
sopan ciptakan suasana keluarga beberapa
tenang dan santai masalah yang dapat
3. Terima klien apa adanya menjadi faktor
4. Tunjukan sikap empati penyebab klien
dan penuh perhatian kambuh
pada klien.
5. Tanyakan pada klien
tentang perasaan saat ini
NO Masalah Tindakan keperawatan Tindakan keperawatan
keperawatan pada pasien pada keluarga
3. Diskusikan dengan
keluarga tentang sikap
yang harus dilakukan
keluarga dan individu
terhadap prilaku mal
adaptif
4. Bantu klien mengenal
sikap dan prilaku yang
dapat memicu dan
menyebabkan klien
kambuh
NO Masalah Tindakan keperawatan Tindakan keperawatan
keperawatan pada pasien pada keluarga
2 Resiko tinggi SP 1 SP 1
menciderai diri 1. Pantau dengan seksama 1. Diskusikan masalah
berhubungan resiko bunuh yang dirasakan kepada
dengan depresi diri/melukai diri keluarga dalam
2. Jauhkan dan simpan alat merawat klien
alat yang digunakan 2. Jelaskan pengertian,
klien untuk menciderai tanda, dan gejala
dirinya dalam proses terjadi
3. Diskusikan tentang obat bunuh diri
( nama obat, dosis, 3. Jelaskan cara merawat
frekuensi, efek samping klien dengan resiko
minum obat bunuh diri
4. Latih cara 4. Latih cara
mengendalikan diri memberikan pujian
dorongan bunuh diri hal positif klien
5. Memberikan
dukungan pencapaian
masa depan
Implementasi dan Evaluasi
NO Implementasi Keperawatan Evaluasi
DX : 1 1. Membina hubungan saling S : Klien mengatakan sangat sedih
SP 1 percaya karena kehilangan suami dan
2. Menyapa klien dengan ramah anak yang sangat di cintai, merasa
dan sopan dengan suasana tidak berdaya
yang tenang dan santai O : Klien tampak sedih , dan sering
3. Mendengarkan keluhan klien menangis
4. Menunjukan sikap empati dan A : Gangguan alam perasaan depresi
penuh perhatian kepada klien berhubungan dengan koping
5. Menanyakan kepada klien individu in efektif
tentang perasaan saat ini P : Intervensi di lanjutkan.
6. Mendiskusikan kebutuhan
pasien yang tidak terpenuhi
NO Implementasi Keperawatan Evaluasi
DX : 2 1. Memantau dengan seksama S : Klien mengatakan ingin memukul
SP 1 resiko bunuh diri/melukai diri diri sendiri, jika ingat suami dan
2. Menjauhkan dan simpan alat anaknya yang meninggal
alat yang digunakan klien untuk O : Klien sering melamun, klien tampak
menciderai dirinya tidak bisa mengontrol emosi, sering
3. Mendiskusikan tentang obat melamun dan mau melempar
( nama obat, dosis, frekuensi, barang
efek samping minum obat A : Resiko tinggi mencederai diri
4. Melatih cara mengendalikan diri berhubungan dengan depresi
dorongan bunuh diri P : Intervensi di lanjutkan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai