Anda di halaman 1dari 9

KONSEP LANSIA

A. PENGERTIAN
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
secara individual (Efendi, 2009).
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada
abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia.
Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan.
Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan
lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat
hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan
yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas”.
b. Menurut
World Health Organization
(WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74
tahun lanjut usia tua (old ) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old ) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau
70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu
young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) ,(Efendi, 2009).

B. MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa.
Masalah kesehatan pada lansia sering disebut sebagai sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-
gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya
(istilah 14 I), yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
2. Instability (mudah jatuh)
3. Incontinence (beser BAB/BAK)
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
5. Infection (infeksi)
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan
penciuman)
7. Isolation (Depression)
8. Inanition (malnutrisi)
9. Impecunity (kemiskinan)
10. Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)
11. Insomnia(sulit tidur)
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
13. Impotence(Gangguan seksual)
14. Impaction (sulit buang air besar)

1. Immobility (kurang bergerak)


 Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
 Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
 Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot
dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
 Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur
anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.

2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)


 Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan
kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan
lain-lain.
 Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan
keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan
misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda
dilantai yang membuat terpeleset dll).
 Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak,
sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
 Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,
memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar
lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.

3. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)


 Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki
dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan
atau kesehatan.
 Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit yang
mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-
obatan, masalah psikologik dan skibala.
 Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu keinginan
berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya overaktifitas/kerja otot detrusor
karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat- obatan antimuskarinik
prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran
kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi
sumbatan/retensi urin..
 Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
 Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium)


 Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.
 Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman
yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan
terganggunya aktivitas.
 Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
 Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi
yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
 Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek,
gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu,
tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan
melompat-lompat, gangguan siklus tidur.

5. Infection (infeksi)
 Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
 Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu
badan yang rendah lebih sering dijumpai.
 Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium
sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan
adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.

6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatandan


penciuman)
 Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan
pasien sulit untuk diajak komunikasi
 Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara
memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi
koklea.
 Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau
komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan
memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.

7. Isolation (Depression)
 Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.
 Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan
dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena
merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi
depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.

8. Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40- 70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup
dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.

9. Impecunity (Tidak punya penghasilan)


 Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan.
 Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari
tunjangan hari tuanya.
 Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti
interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi.

10. Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)


 Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat
yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam
jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan
penyakit.
 Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-
obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.

11. Insomnia (Sulit tidur)


 Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang
lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan
insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di
otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.
 Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk
masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika
terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi
hari.
 Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu tidur,
hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari, batasi
asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau
kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan
membaca.

12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan tubuh menurun bisa
disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan
penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, keadaan gizi yang menurun.

13. Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual


pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi

14. Impaction (sulit buang air besar)


 Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
 Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran
dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

C. TEMPAT PELAYANAN PADA LANSIA


Pelayanan kesehatan untuk lansia merupakan layanan khusus yang diberikan kepada orang tua
untuk mengatasi masalah dan membantu aktivitas sehari-hari.Sebagai bentuk nyata upaya
peningkatan pelayanan kesehatan bagi warga lansia, maka pemerintah telah mengupayakan
berbagai layanan kesehatan pada lansia yang terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu posyandu
lansia (tingkat masyarakat), puskesmas santun lansia (tingkat dasar), dan rumah sakit (tingkat
lanjutan).Selain itu banyak juga terdapat perawatan home care yang di buka oleh para perawat dan
tempat dokter praktek klinik
D. PELAYANAN SOSIAL KELUARGA
Pelayanan Keluarga bagi Lanjut Usia
Mengingat orang yang sudah berusia lanjut secara alamiah mengalami penurunan fungsi organ
tubuh dan kemundurun baik fisik, psikis, maupun sosial, maka dibutuhkan pelayanan so- sial bagi
lansia. Pelayanan sosial bagi lansia ada- lah upaya untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga
memungkinkan untuk memperbaiki kondisi sosialnya, memiliki kembali rasa harga diri dan
kepercayaan diri, serta mampu men- jalankan peranan sosialnya dalam kehidupan ber- masyarakat
secara wajar. Upaya pelayanan sosial bagi lansia yang berkembang selama ini dikenal dengan
melalui dua cara, yaitu pelayanan sosial lansia dalam panti dan luar panti. Pelayanan sosial lansia
dalam panti adalah pelayanan so- sial yang dilaksanakan melalui lembaga dengan menggunakan
sistem pengasramaan. Pelayanan sosial lansia luar panti adalah pelayanan sosial yang dilaksanakan
dengan berbasiskan keluarga atau masyarakat, dan tidak menggunakan system pengasramaan (Dir.
Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2011: 5).
Masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan masih didominasi oleh semangat kekeluargaan,
oleh karena itu pada umumnya sebagian besar lansia berada dan menyatu den- gan keluarga.
Mereka lebih banyak menikmati hari tuanya di lingkungan keluarga, sehingga diharapkan
pelayanan terhadap lansia dengan dasar keluarga perlu terus dikembangkan. Ke- luarga merupakan
wahana yang paling tepat untuk memberikan pelayanan bagi lansia, karena keluarga mempunyai
kewajiban moral yang sangat luhur untuk tetap mengurus dan melayani orang tuanya.
Pelayanan yang dilakukan keluarga kepada lansia, sebagai upaya mewujudkan lansia yang sejahtera
dilakukan sebagai berikut. Layanan Pemenuhan Kebutuhan Fisik: diberikan ke- luarga kepada
lansia: Pertama, menyediakan tempat tinggal yang layak. Tempat tinggal yang layak bagi anggota
keluarga yang sudah lanjut usianya adalah tempat tinggal yang sehat, nya- man dan aman. Berkaitan
dengan kondisi lansia yang biasanya mulai menurun, maka memer- lukan istirahat lebih banyak
dibanding usia di bawahnya. Mengingat keadaan rumah di daerah pedesaan pada umumnya masih
cukup luas atau berukuran besar, keluarga menyediakan kamar tidur tersendiri untuk para lansia
(orang tua). Sebagaimana dinyatakan oleh informan, anak dari lansia: “Orang tua perlu dibuatkan
kamar tidur tersendiri, agar dapat beristirahat dengan nyaman.Tapi sengaja pintunya hanya saya
kasih korden biar gampang kalau sewaktu waktu mau keluar masuk.” Namun ada keluarga yang
tidak menyediakan, karena orang tuanya yang berusia lanjut lebih suka tidur bersama cucunya. Sep-
erti diungkapkan oleh seorang informan lansia (janda): “Karena suami sudah meninggal dunia, saya
lebih suka tidur bersama cucu perempuan agar tidak sendirian atau ada yang menemani.” Keluarga
juga menyediakan kamar mandi dan WC yang letaknya mudah dijangkau dan aman digunakan,
terutama bagi lansia. Kedua, menyediakan makanan dan pakaian. Pemenuhan kebutuhan makanan
bagi lansia adalah menyediakan makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lansia.
Di sam- ping itu, pola makannya ditata, menjadwal waktu makan, dan menyederhanakan menu.
Dengan pemenuhan kebutuhan gizi yang baik dan makan teratur serta banyak mengkonsumsi air,
lansia dapat mempertahankan daya tahan tubuh secara optimal, serta mengganti sel-sel yang rusak
guna mengatasi proses menua. Terpenuhinya gizi yang lengkap dan seimbang, serta mengatur pola
makan dan banyak minum air, akan sangat mem- bantu lansia untuk tetap hidup sehat dan bugar.
Seorang informan anak dari lansia menyatakan bahwa, “Makanan yang disiapkan untuk orang tua
(lansia) cukup sederhana, seperti sayur, lauk tahu-tempe, sekali waktu juga disajikan daging, ikan,
dan buah (pisang atau pepaya). Kadang- kadang juga disediakan susu atau sari buah, dan vitamin.”
Lebih lanjut dikatakan, “Untuk penyediaan makanan diusahakan sebanyak tiga kali dalam sehari.”
Demikian pula informan lan- sia yang diwawancarai juga menyatakan bahwa, “Makanan yang
disediakan keluarga anaknya cukup memadai dan sesuai dengan keinginan.”
Pemenuhan kebutuhan pakaian bagi lansia adalah pengadaan atau menyediakan pakaian yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lansia. Pemenuhan kebutuhan pakaian ini yang
terpenting adalah untuk melindungi tubuh dari cuaca panas, dingin, angin, dan harus memper-
hatikan dan menjamin kebersihannya. Menurut informan (keluarga atau anak lansia), “Untuk
pengadaan pakaian selain diusahakan keluarga juga oleh anak yang lain atau dari sanak kelu- arga,
sehingga dalam penyediakan pakaian tidak begitu membebani keluarga. Satu tahun paling hanya
menyediakan satu atau dua pakaian.” Hal ini berarti pemenuhan kebutuhan pakaian bagi para lansia
dapat dikatakan mencukupi. Dalam hal pemeliharaan pakaian, lansia yang masih po- tensial, artinya
yang masih kuat, dapat melayani dirinya sendiri seperti mencuci, menyeterika, tetapi kadang kala
keluarga juga ikut membantu. Lansia yang sudah tidak kuat atau sepenuhnya tergantung pada orang
lain, yaitu anak, cucu, atau anggota keluarga yang lain, keluarga yang membantu melayani semua
kebutuhannya.
Ketiga, pemeliharaan kesehatan. Layanan kesehatan sangat diperlukan bagi lansia yang secara
alamiah mengalami penurunan kondisi fisik dan fungsi organ tubuhnya, sehingga sangat mudah
diserang berbagai penyakit ataupun gangguan lainnya. Menurut dr Purbosuseno, penampilan
penyakit pada lansia sering tidak jelas, kronik, banyak bersifat endogen, tersem- bunyi, multiple,
progresif, tidak memberikan kekebalan, bahkan justru lebih rentan terhadap penyakit, serta bisa
mengakibatkan cacat lama sebelum terjadinya kematian. Lebih lanjut dika- takan, bahwa beberapa
penyakit degeneratif yang sering muncul pada lansia adalah tekanan darah tinggi (hipertensi),
penyempitan pembuluh darah, kanker, penyakit gula atau kencing manis (Diabetes Millitus/DM),
tulang keropos dan batu empedu (M. Adhisupo, dalamSKH Kedaulatan Rakyat, 6 Januari 2013).

E. FOSTER CARE SERVICE


Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang
diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal bersama
keluarga lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau
berada dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah
yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak
dapat dilayani oleh keluarganya sendiri.

Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa :


1. Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan member makanan
2. Peningkatan gizi
3. Bantuan aktivitas
4. Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan
5. Pendampingan rekreasi
6. Olahraga dsb

F. PUSAT SANTUNAN KELUARGA


Pusat Santunan Keluarga (pusaka)
Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh daritempat tinggal
lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut usia dalam mengatasi
permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia sekaligus member
kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan keluarga sendiri
atau keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami keterbatasan
ekonomi.
G. PANTI SOSIAL LANJUT USIA
Panti Sosial Tresna Wherda
Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan perlindungan
untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar.
Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
Kegiatan rutin
a. Pemenuhan makan 3x/hari
b. Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak dsb)
c. Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama
d. Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda)
e. Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke, berkebun)
Kegiatan waktu luang
a. Bermain (catur, pingpong)
b. Berpantun/baca puisi
c. Menonton film
d. Membaca Koran

Prinsip Pelayanan
Dalam memberi asuhan keperawatan pada lansia, dilaksanakan dengan
memperhatikan bebrapa prinsip:
a. Tidak memberi stigma, pada dasarnya proses menua disertai masalah seperti kesepian,
berkurang pendengaran, kurangnya penglihatan dan lemah fisik. Hal tersebut merupakan
proses alamiah.
b. Tidak mengucilkan
c. Tidak membesar-besarkan masalah
d. Pelayanan yang bermutu
e. Pelayanan yang cepat dan tepat
f. Pelayanan secara komprehensif
g. Menghindari sikap belas kasihan
h. Pelayanan yang efektif dan efesien
i. Pelayanan yang akuntabel

Anda mungkin juga menyukai