Dosen pembimbing :
Fatimah, S.Kp., M.Kep.,Sp. Kep. Kom
Disusun oleh :
Alan Anggara (1032191002)
Irene Dianita Pakpahan (1032191023)
Lailatul Mufidah (1032191025)
Nada Putri Irfianti (1032191045)
Ummu Atiyyah (1032191047)
B. Masalah kesehatan pada lansia yaitu kemunduran dan kelemahan lansia (14
impairment)
Penatalaksanaan :
Latihan otot dasar panggul rutin dan teratur setiap hari
Mengatur jadwal berkemih
Jangan berkemih hanya karena ingin berkemih
Cukup minum (1,5-2 liter/hari)
Hindari minuman yang merangsang berkemih (kopi, air gula)
Hindari sembelit (makanan tinggi serat)
Konsultasi dengan dokter tentang obat-obatan yang dikonsumsi
4) Infection (infeksi)
Penyakit infeksi merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada
Lanjut Usia. Pasien Lanjut Usia yang dirawat inap biasanya disebabkan karena
infeksi. Beberapa faktor penyebab terjadinya infeksi pada Lanjut Usia adalah
adanya perubahan sistem imun, perubahan fisik (penurunan refleks batuk,
sirkulasi yang terganggu dan perbaikan luka yang lama) dan beberapa penyakit
kronik lain. Infeksi yang paling sering terjadi pada Lanjut Usia adalah infeksi
paru, saluran kemih dan kulit. Gejala dan tanda infeksi pada Lanjut Usia
biasanya tidak jelas. Diantara penyakit-penyakit infeksi, pneumonia
merupakan yang paling sering menyebabkan kematian. Prevalensi pneumonia
cukup tinggi pada Lanjut Usia. Infeksi saluran kemih merupakan tipe infeksi
kedua yang paling sering ditemui pada Lanjut Usia.
6) Inanition (malnutrisi) Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-
70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap,
pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan
demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu
makan dan asupan makanan.
8) Insomnia (Sulit tidur) Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit
juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan
kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam
tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya. Berbagai keluhan
gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk masuk
kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika
terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di
pagi hari. Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman
berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada
nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari menggunakan tempat
tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan membaca.
9) Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium) Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan
tingkat kesadaran sehingga 5 mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara
bermakna. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas
12) Insomnia (Sulit tidur) Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit
juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan
kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam
tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya. Berbagai keluhan
gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk masuk
kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika
terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di
pagi hari. Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman
berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada
nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari menggunakan tempat
tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan membaca.
a. Anamnesis
1) Informasi biografi
2015).
2) Keluhan utama
(Pudiastuti, 2011).
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Pemeriksaan fisik
a) B1 (Breathing)
b) B2 (Blood)
mmHg.
c) B3 (Brain)
nilai GCS 3.
kanan.
d) B4 (Bladder)
luas.
e) B5 (Bowel)
f) B6 (Bone)
hemiparesis.
7) Ketergantungan aktivitas
8) Risiko jatuh
b. Pemeriksaan penunjang
1) CT scan kepala
3) Pemeriksaan laboratorium
(Rahajuningsih, 2009).
2. Diagnosa keperawatan
a. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosa yang mungkin
observasi respon pasien, serta menilai data baru. Selain itu, perawat harus
B, 2010).
5. Evaluasi keperawatan
pada interval tertentu untuk melihat perkembangan untuk mencapai tujuan yang
dengan program yang sudah ditentukan pada setiap masalah keperawatan yang
terdapat pada pasien, maka dilakukan evaluasi pada setiap tindakan keperawatan
mengacu pada tujuan yang sudah ditetapkan. Evaluasi yang dilakukan pada
keperawatan risiko jatuh melihat pada tujuannya, yaitu tingkat jatuh pasien
menurun (SLKI, 2019 dan NOC, 2016). Selanjutnya, pada masalah keperawatan
gangguan integritas kulit atau jaringan dengan tujuan integritas kulit dan
jaringan meningkat (SLKI, 2019 dan NOC, 2016). Evaluasi yang terakhir yaitu
3. Inkotinensia Urin
A. Pengakajian
- Karakteristik Demografi
Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
hobi.
organisasi.
Pola nutrisi
kesukaan.
Pola eliminasi
obat pencahar.
Pola personal hygiene
status psikologis.
- Status kesehatan
dan lain-lain).
3) Pemeriksaan fisik
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian di atas, dapat disimpulkan diagnosa yang
Perry, 2010).
E. Evaluasi
terapi kegel exercise. Klien merupakan sumber evaluasi hasil dari respons
4. Infection (infeksi)
A. Pengkajian
d) Sirkulasi
e) Riwayat gagal jantung kronis, takikardia, penampilan
terlihat pucat
riwayat DM
j) Pernafasan
Berkeringat, menggigil berulang, gemetar,
B. Diagnosa keperawatan
proses infeksi.
C. Rencana Keperawatan
Keperawatan Kreteria
hasil
klien 2. Untuk
3. lakukan
dapat : memantau
kompres
1. Tidak perubahan pada
hangat
memperliha suhu kulit
tubuh tubuh
2. Tidak
mengalami
mengigil
3. Nadi
normal
sesuai
indikasi.
D. Implemtasi
observasi respon pasien, serta menilai data baru. Selain itu, perawat harus
(Kozier B, 2010).
E. Evaluasi
morbiditas dan motalitas tetap tinggi pada populasi lanjut usia. Informasi
ini dapat memberikan pengetahuan kepada lanjut usia tentang infeksi dan
tepat.
penglihatandan penciuman)
6. Inanition (malnutrisi)
A. Pengkajian
c) Riwayat kesehatan:
pasien rasakan
B. Diagnosa keperawatan
C. Rencana keperawatan
keperawatan
SLKI SIKI
1-5 Pengganggu
tidur berubah 1-5 3.
al rutintidur
4.Anjur kan
menepati
kebiasaan
tidur
5.Anjurkan
menghindarim
akanan/minum
an yang
mengganggu
tidur
2.Keletihan b.dgan Setelah dilakukan Edukasi
informasi
2.Jelaskan pen
tingnya
aktivitas atau
olahraga
secara rutin
3.Anjurkan
menyusun
jadwal danakti
vitas/istirahat
pakaian yang
longgar
3.Jelaskan,
tujuan manfaat
dan batasan
dan jenis
relaksasi yang
tersedia
4.Anjurkan
untuk
mengulangi
tehnik
relaksasi yang
telah dipilih
D. Implemtasi
disebutkan diatas.
dan Delirium)
A. Pengkajian
pengkajian
3. Faktor predisposisi
3) Pengobatan sebelumnya :
6) TTV
7) Keluhan fisik :
8) Status mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
c) Aktivitas motorik
B. Diangnosa keperawatan
1. Isolasi sosial
an
4. Setelah 2x orang
interaksi 2. Membantu
dapat memasukkan
menyebutkan kegiatan
keuntungan berbincang-
kerugian SP III
4. Setelah 2x kesempatan
dapat berkenalan
bertahap pasien
dengan memasukkan
dan kelompok )
5. Setelah 2x
interaksi klien
dapat
menyebutkan
perasaannya
setelah
berhubungan
sosial dengan
(orang lain,
kelompok)
C. Rencana keperawatan
D. Implemtasi
E. Evaluasi
Evaluasi ada dua jenis, yakni (1) evaluasi proses atau evaluasi
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
1. Koping Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem
pendukung/strategi koping Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, D.0096.
2. Penampilan Peran Tidak Efektif berhubungan dengan faktor
ekonomi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, D.0125.
3. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan
kesulitan ekonomi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
D.0115
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
Manajemen Tujuan Setelah Intervensi
kesehatan keluarga dilakukan tindakan Dukungan keluarga
tidak efektif b.d keperawatan 3 x 24 merencanakan
kompleksitas program jam diharapkan perawatan (SIKI,
perawatan/pengobatan manajemen kesehatan 2018, I.13477, hal.
(D.0115, hal. 254) keluarga meningkat 26)
(SLKI, 2019, (a) Identifikasi
L.012105, hal. 62) kebutuhan dan
(a) Kemampuan harapan keluarga
menjelaskan masalah tentang kesehatan
kesehatan yang Rasional:
dialami meningkat. Mengidentifikasi
(b) Aktivitas keluarga kebutuhan tentang
mengatasi masalah kesehatan dapat
kesehatan tepat mengetahui
meningkat. intervensi yang
(c) Verbalisasi tepat bagi keluarga
kesulitan menjalankan (b) Identifiasi
perawatan yang konsekuensi tidak
ditetapkan menurun melakukan tindakan
bersama keluarga
Rasional: Pelibatan
keluarga sangat
penting dalam
merawat anggota
keluarga yang sakit
(c) Identifikasi
tindakan yang dapat
dilakukan keluarga
Rasional:
Mengidentifikasi
tindakan dapat
mengetahui
intervensi yang
tepat bagi keluarga.
(d) Gunakan sarana
dan fasilitas yang
ada dalam keluarga
Rasional:
Menggunakan
sarana dan fasilitas
yang ada dapat
memaksimalkan
kekuatan yang
dimiliki oleh
keluarga (e)
Informasikan
fasilitas kesehatan
yang ada di
lingkungan
keluarga Rasional:
Menginformasikan
pelayanan
D. Implementasi
Pada proses ini perawat merealisasikan tindakan untuk mencapai
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai. Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian
yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi
jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif
yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara
keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan
menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format
“SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan
balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan
sebelumnya (Nursalam 2008).
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien. Pelaksanaan
mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.
Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual
dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan
dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan
standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).
14. Impotensi
F. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama Klien
Umur
Agama
Suku
Pendidikan
Alamat
Pekerjaan
Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Status social ekonomi keluarga
2) Dapatkan riwayat seksual :
Pola seksual biasanya
Kepuasan (individu, pasangan)
Pengetahuan seksual
Masalah (seksual, kesehatan)
Harapan
Suasana hati, tingkat energy
G. Diagnosa Keperawatan
1. Disfungsi seksual b/d perubahan tubuh atau fungsi yang ditandai
dengan perubahan dalam mencapai kepuasa seksual (D.0069)
2. Harga diri rendah b/d gangguan fungsional ditandai dengan
perubahan bentuk salah satu anggota tubuh (D.0087)
3. Pola seksual tidak efektif b/d penyakit atau terapi medis
(D.0071)
H. Renacan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Disfungsi seksual b/d Pasien dapat menerima Bantu pasien untuk
perubahan tubuh atau perubahan struktur tubuh mengekspresikan
fungsi yang ditandai terutama pasa fungsi seksual perubahan fungsi tubuh
dengan perubahan yang kriteria hasil : termasuk organ seksual
dalam mencapai Mengekspresikan seiring dengan
kepuasa seksual kenyamanan bertambahnya usia.
(D.0069) Mengekspresikan Berikan pendidikan
kepercayaan diri kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
Motivasi klien untuk
mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak,
rendah kolestrol, dan
berupa diet vegetarian.
Anjurkan klien untuk
menggunakan krim vagina
dan gel.
2. Harga diri rendah b/d Pasien dapat menerima Kaji perasaan atau
gangguan fungsional perubahan bentuk salah satu persepsi pasien tentang
ditandai dengan anggota tubuhnya secara perubahan dengan
perubahan bentuk salah positif, kriteria hasil : keadaan anggota tubuhnya
satu anggota tubuh Pasien mau berinteraksi yang kurang berfungsi
(D.0087) dan beradaptasi dengan secara normal.
lingkungan tanpa rasa Lakukan pendekatan dan
malu dan rendah diri bina hubungan saling
Pasien yakin akan percaya dengan pasien.
kemampuan yang dimiliki Tunjukkan rasa empati,
perhatian dan penerimaan
pada pasien.
Bantu pasien untuk
mengadakan hubungan
dengan orang lain.
Beri kesempatan pada
pasien untuk
mengekspresikan perasaan
kehilangan.
3. Pola seksual tidak Pasien dapat menerima 1. Kaji factor-faktor
efektif b/d penyakit perubahan pola seksualitas penyebab dan penunjang,
atau terapi medis yang disebabkan masalah yang meliputi
(D.0071) kesehatan. Kriteria hasil : Kelelahan
Mengidentifikasi Nyeri
keterbatasannya pada Nafas pendek
aktivitas seksual yang Keterbatasan suplai
disebabkan masalah oksigen
kesehatan Imobilisasi
Mengidentifikasi Kerusakan inervasi
modikasi yang pantas saraf
dalam respon terhadapan Perubahan hormone
keterbatsannya Depresi
Kurangnya informasi
tepat
2. Ajarkan pentingnya
menaati aturan medis
yang dibuat untuk
mengontrol gejala
penyakit
3. Berikan informasi yang
tepat pada pasien dan
pasangannya tentang
keterbatasan fungsi
seksual yang disebabkan
oleh keadaan sakit
4. Ajarkan modifikasi yang
mungkin dalam kegiatan
seksual dapat membantu
penyesuaian dengan
keterbatasan akibat sakit
I. Implementasi
Pada proses ini perawat merealisasikan tindakan untuk mencapai
J. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai. Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian
yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi
jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif
yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara
keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan
menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format
“SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan
balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan
sebelumnya (Nursalam 2008).